28 - Lara dan Luka

46.5K 3.7K 119
                                    

Lara menutup matanya saat merasakan pipinya terasa kebas dan panas. Gadis itu menoleh dengan mata yang berair lalu melihat Dara—Mamanya yang baru saja melayangkan tamparan kepadanya tanpa sebab itu tengah menatapnya marah.

"Ke... Kenapa Mama tampar aku?" Tanya Lara terbata. Pipinya terasa sangat panas dan sakit.

Dara mendekat lalu tanpa segan ia menjambak rambut Lara dari belakang, "Kamu tahu apa kesalahan kamu? Kamu itu anak bawa sial! Semenjak Hendra bawa kamu kesini, kamu hanya jadi beban untuk kami! Terutama Larissa! Hendra jadi tidak pernah memperhatikannya semenjak ada kamu!" Teriaknya tepat di telinga Lara.

"Sakit... Ma! Sa...sakit....." Lara meringis. Kepalanya sakit sekali karena jambakan kuat Mamanya.

Lara terus menangis sambil meringis. Ia tidak tahu apa kesalahannya sampai Mamanya melakukan ini padanya saat ia baru saja pulang dari sekolah. Yah, bertepatan saat ia baru saja diantar pulang oleh Argan. Lara harap, Mamanya tidak melihat ia bersama Argan di depan gang tadi.

"Kamu tahu? Tadi Hendra datang dan melakukan hal yang sama pada Rissa seperti yang saya lakukan padamu hanya karena tadi pagi Rissa ambil uang jajan kamu!" Kata Dara dengan mata yang berkilat amarah.

"Salah Lara dimana? Lara enggak ngadu ke Ayah sama sekali," Kata gadis itu membela dirinya.

"Salah kamu, karena kamu udah bikin posisi anak saya terganti di mata Hendra!" Bentaknya.

"Lara juga anak Mama!"

"KAMU BUKAN ANAK SAYA!" Dara kembali membentak, menghempaskan wajah Lara begitu saja.

Lara semakin menangis. Kenyataan yang di lontarkan oleh Mamanya adalah hal yang tidak pernah bisa ia ubah bagaimana pun caranya. Kenyataan pahit yang selalu menikamnya di kala ia ingat jika ia hanyalah anak yang di pungut Hendra dari pinggir sungai. Anak yang tidak diinginkan oleh orangtua kandungnya sehingga ia di buang. Sendirian.

"Kamu itu anak pembawa sial! Karena itu orangtua kamu buang kamu!"

Setelah mengatakan itu Dara langsung pergi lalu tak lama kemudian keluar dari kamar Lara dengan membawa sebuah tas besar. Wanita berambut panjang itu langsung melemparkan tas yang dibawanya pada Lara.

"Seharusnya dari dulu saya lakukan ini ke kamu. Membawa kembali nasib burukmu yang seharusnya berada dijalanan. Bukan disini! Tempat kamu bukan disini! Cepat pergi!"

Dugh!

Lara kembali meringis ketika Dara mendorongnya dengan keras hingga ia tersungkur dan dahinya mengenai sudut pintu. Tanpa memperdulikan dahinya yang baru saja terbentur, gadis itu berbalik dan langsung memeluk kedua kaki Mamanya yang hendak menutup pintu.

"Mama maafin Lara....,"

"Lara janji gak akan nyusahin Kak Rissa lagi. Lara janji bakal nurutin semua kemauan dia asalkan Mama enggak usir Lara dari sini," Ujar gadis itu dengan kedua tangan erat yang memeluk kaki Dara.

"Pergi kamu!" Dara berusaha melepaskan pelukan erat Lara di kakinya.

"Mama jangan usir Lara. Lara mau tinggal dimana kalau Mama usir Lara?"

Tatapan-tatapan ingin tahu yang dilontarkan para tetangganya tidak gadis itu hiraukan. Sebanyak apapun air matanya yang berjatuhan saat ini pun sudah lagi tidak ia pedulikan. Yang Lara inginkan hanya maaf dari Mamanya walaupun ia tidak bersalah, dan juga kasih sayang wanita itu, apa itu salah?

Selama ini Lara hidup dengan dibeda-bedakan dengan anggapan bahwa karena ia bukan putri kandung dari Dara. Lara sadar diri, ia tahu jika berapa lama pun ia tinggal bersama Dara, itu tidak akan menghapus fakta bahwa ia hanyalah seorang anak pungut. Anak pungut yang cukup beruntung karena ada yang menemukannya dan merawatnya walaupun ia tahu itu secara terpaksa. Lara tahu jika Mamanya dan Kakaknya itu sudah sejak lama membencinya karena Ayahnya yang lebih sering mengutamakannya dibandingkan mereka.

ARGAN [END]Where stories live. Discover now