31 - Sebuah Kebenaran

42.6K 3.7K 531
                                    

Argan mengendarai motornya memasuki sebuah pekarangan rumah yang sudah hampir 3 tahun ini tidak ia kunjungi. Membuka helm-nya, ia langsung di suguhi pemandangan dimana ada Roy yang berdiri di depan pintu utama sambil tersenyum miring padanya.

Cowok itu melangkah mendekat, sedang Argan sudah siaga dengan mata elangnya jika saja Roy kembali menjebaknya seperti biasa. Ketika sudah sampai di depan Argan yang masih setia duduk di motornya, Roy tertawa.

"Gak usah waspada gitu," Ujarnya dengan nada bergurau.

Argan mendelik, "Elang selalu waspada saat melihat ular. Apalagi yang sejenis lo," Ketusnya.

Roy kembali tertawa, "Turun lo! Motor lo gak akan gue ambil lagi!"

Argan berdecih. Cowok itu lantas turun dari motornya lalu berdiri di depan Roy dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celana.

"Ngapain nyuruh gue ke sini? Mau adu jotos lagi?" Tanya Argan dengan sebelah alis terangkat.

"Kali ini enggak. Gue hanya berpikir siapa tau lo kangen rumah gue," Jawabnya santai.

"Cih! Bacot!"

"Santai, Gan," Kata Roy. Cowok itu melihat ke arah belakang Argan lalu menoleh kembali.

"Lo sendiri, kan?" Tanya nya.

"Gue bukan pendusta kayak lo! Cepetan! Mau lo apaan?" Tanya Argan mendesak. Ia tidak suka basa-basi seperti ini.

"Sebentar," Roy berjalan ke arah gerbang. Cowok itu berbincang sebentar dengan dua orang satpam yang menjaga rumahnya lalu tak lama pintu gerbang di tutup rapat. Argan yang melihatnya mengerutkan kening. Ia semakin curiga jika sepertinya ia akan kembali di jebak.

"Ikut gue." Ucap Roy.

Dengan kewaspadaan yang tinggi Argan berjalan mengikuti Roy dari belakang. Cowok itu sempat melihat sekitar rumah Roy. Rumah ini masih sama seperti dulu. Tidak ada banyak perubahan, hanya ada tambahan berupa kolam ikan kecil dan juga taman bunga saja yang ada di pekarangan rumahnya yang cukup luas.

Keduanya memasuki rumah Roy ketika pintu utama rumah itu di buka lebar-lebar. Roy masuk terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh Argan. Ia menutup pintu rumahnya rapat-rapat, membuat Argan semakin bersiaga di tempatnya. Apalagi ketika melihat gelagat Roy yang semakin mencurigakan.

"Sorry, Gan. Kali ini lagi-lagi lo masuk jebakan gue," Ucap Roy sambil menyeringai. Cowok itu mengambil pisau lipat yang sudah ia siapkan di saku celananya lalu berjalan mendekati Argan yang mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Sialan!"

🍃🍃🍃

"Kenapa, Ra?" Tanya Marcell saat melihat Lara masuk ke dalam toko dengan wajah lesu.

"Capek, Kak," Jawabnya. Ia lalu duduk di kursi sebelah Marcell.

Marcell mengelus rambut Lara, "Ya udah, istirahat. Biar tokonya gue yang jaga sementara,"

"Lara bantu, Kak,"

Marcell menggeleng, "Enggak. Istirahat aja, Tante Lala pasti ngerti kalau lo lagi capek," Katanya.

"Aku gak mau makan gaji buta," Kata Lara.

Cowok itu menghela nafasnya. Lara selalu sulit di beritahu. Padahal kondisi gadis itu sedang tidak baik, tapi ia tetap ingin bekerja. Marcell tidak punya cara lain selain membiarkannya, karena Lara itu terkadang suka mendiami Marcell jika cowok itu tidak membiarkannya melakukan apa yang gadis itu mau.

ARGAN [END]Where stories live. Discover now