38 - Penawaran Kakek

40.7K 3.5K 192
                                    

Tepat seperti dugaan Argan sebelumnya, Veera langsung memarahinya habis-habisan ketika ia, Dafa dan Anton sudah sampai dirumahnya. Lalu dengan santainya Anton dan Dafa hanya menyaksikannya saja sambil duduk di atas sofa ruang tengah sedangkan ia berdiri di hadapan Veera. Ia benar-benar merasa seperti sedang disidang saat ini. Bayangkan ia sudah hampir selama satu jam berdiri tanpa bergerak sedikitpun dihadapan Kakaknya!

Dan coba lihat dua orang pria yang sedang enak-enakan di atas sofa itu. Demi Tuhan rasanya ia ingin melemparkan kepalan tangannya pada Dafa yang sudah terbahak ditempatnya. Oh, jangan lupakan wajah menyebalkan Tuan Antonio Alaska itu yang tidak berniat sama sekali untuk membantunya.

"Gue gak ngerti lagi sama jalan otak lo, Gan. Kalau misalnya terjadi apa-apa sama Papa gimana?! Coba kalau misalnya luka Papa parah dan lo gak ngasih tahu gue! Bilang apa gue nan—"

"Lo ngedoa'in luka Papa parah?" Argan memotong cepat.

"BUKAN! Gue bilang 'kan misalnya, bukan ngedoa'in!" Jawab Veera sewot sambil berkacak pinggang.

"Ya udah, terus hubungannya sama gue apa? Yang kecelakaan Papa, yang ada disana dari awal Dafa, dan yang nyuruh jangan bilang ke lo juga Papa sama Dafa. Terus disini salah gue apaan?!" Tanya Argan tak kalah sewotnya.

Veera langsung terdiam sambil menggaruk tengkuknya. Argan benar juga ternyata, kenapa ia memarahi adiknya untuk kesalahan papanya sendiri? Tapi ia memarahi Argan seperti ini karena orang yang pertama kali ia lihat saat datang adalah cowok itu, jadi semua dugaan buruknya langsung mengarah pada adiknya itu saat itu juga.

Ia bahkan belum mendengar penjelasan Argan dan langsung memarahinya habis-habisan. Dan Argan hanya berdiri diam sambil membiarkannya mengoceh panjang lebar tanpa membantah sama sekali semua yang ia tuduhkan padanya. Dan Argan baru memotong ucapannya ketika emosinya mulai mereda dan berhasil membuatnya langsung tersadar saat itu juga. Lihatlah betapa beruntungnya ia memiliki adik seperti Argan. Membiarkan dirinya sendiri menjadi pelampiasan amarah Veera tanpa berbicara sedikitpun.

Wajah Veera langsung memelas dengan bibir bawahnya yang maju beberapa senti. Gadis itu berjalan mendekati Argan lalu memeluk salah satu lengan cowok itu sambil menyenderkan kepalanya.

"Gue salah sasaran, maafin ya. Mood gue lagi rawan banget soalnya, jadi pas liat lo datang tadi bawaannya pengen langsung gue marahin," Ucap Veera sambil merengek.

"PMS?" Tebak Argan.

Veera mengangguk lemas.

"Ya udah lanjutin aja. Kalau lo mau pukulin gue juga gak apa-apa," Kata Argan.

Raut wajah Veera langsung berubah. Matanya mulai berkaca-kaca. Sudah ia katakan bukan jika ia adalah Kakak paling beruntung karena memiliki adik seperti Argan?

"Papa jadi tenang kalau ninggalin kalian pergi lagi," Ucapan Anton berhasil membuat Argan, Veera, dan juga Dafa menoleh pada pria itu.

Veera mengernyitkan keningnya, "Lho, emangnya Papa mau kemana?"

"Ada pertemuan kolega bisnis di Jerman untuk proyek baru perusahaan lusa nanti. Papa berangkat besok pagi," Jawab Anton.

"Kenapa mendadak?" Tanya Argan heran.

"Papa sengaja. Soalnya itu bertepatan dengan hari dimana di adakannya acara lelang besar-besaran disana,"

"Acara lelang apa, Om? Mobil?" Tanya Dafa karena setahunya pamannya yang satu itu adalah seorang pengoleksi mobil.

Anton menggeleng, "Bukan, tapi barang-barang antik,"

Mendengar jawaban Papanya membuat Veera langsung melotot, "Pa jangan bilang kalau—"

ARGAN [END]Where stories live. Discover now