24 - Teman? [2]

39.3K 3.5K 239
                                    

Lara berjalan dengan kepala yang tertunduk ke bawah. Sejak kejadian tadi pagi sesaat sebelum bel masuk berbunyi, rasanya moodnya menjadi sangat buruk. Perkataan Argan saat itu seperti sebuah jarum yang menusuk tepat di relung hati Lara. Ucapan tanpa rasa bersalah itu saat mengatakan bahwa Lara hanya penambah beban bagi Argan benar-benar membuat gadis itu ingin menangis.

Ia bahkan belum memulai langkah awal perjuangannya, tapi Argan seakan sudah memberikan batasan di antara mereka berdua. Mengingatkan Lara bahwa interaksi keduanya selama ini hanyalah sebatas pertanggungjawaban atas kejadian saat itu. Lagipula sejak awal Argan memang terpaksa melakukan semua itu karena permintaan dari Kakaknya. Tidak lebih dan juga tidak kurang. Dan itulah yang membuat Lara tersenyum miris.

Argan itu seperti berlian. Semua orang yang melihatnya pasti mengenalnya, tapi belum tentu Argan mengenal mereka semua. Dia incaran para kaum hawa, tapi belum tentu gadis yang ia inginkan berada di antara sekian banyak dari mereka. Dan yang terpenting dari sebuah berlian itu adalah harganya. Sangat tinggi dan mahal. Hanya orang yang setara saja yang dapat memilikinya. Dan Lara sangat jauh dari kata setara. Derajatnya terlalu berada di bawah Argan. Mungkin memang seharusnya ia berjalan dibelakang Argan, bukannya berusaha untuk berjalan disamping cowok itu.

"Aduh!" Ringis cewek itu tiba-tiba saat seseorang menarik tangannya.

Lara mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang tadi menarik tangannya dengan kasar seperti tadi.

"Lo? Lo ngapain ada disini?" Tanya gadis itu kaget saat menemukan keberadaan Marcell.

"Harusnya gue yang nanya. Ngapain lo jalan di tengah jalan kayak tadi? Cari mati?!" Tanya balik cowok itu dengan sedikit membentak.

"Tengah jalan?" Gumamnya bingung.

Anggukan Marcell membuat Lara langsung memperhatikan sekitarnya. Sekarang ini mereka tengah berada tepat di pinggir jalan raya dengan tangan Marcell yang memegang erat pergelangan tangan cewek itu. Melihat mata Lara yang terfokus pada tangannya membuat Marcell refleks langsung melepaskan tangan gadis itu.

"Sorry, refleks," Ujarnya takut Lara salah paham.

"Ini dimana?" Tanya Lara sambil memperhatikan sekitarnya.

Marcell mengerutkan keningnya, "Lo gimana sih? Masa jalan gak tau arah? Ini jalan yang searah ke sekolah gue," Jawab cowok itu.

"Sekolah lo? Lo sekolah dimana?"

"SMA Taruna." Jawab cowok itu sambil menunjuk badge lokasi yang terpasang di salah satu lengan seragamnya.

"Itu kan lokasinya lumayan jauh dari sekolah gue. Kok gue bisa ada disini sih?" Tanya gadis itu entah pada siapa.

"Ya, mana gue tahu lah. Untung gue yang lihat lo ada disini, coba kalau anak sekolah lain, pasti lo udah dibawa pergi sama mereka," Kata cowok itu.

"Kok dibawa pergi? Di tolongin maksudnya?" Tanya Lara lagi dengan polosnya.

Marcell memutar bola matanya malas. Kenapa gadis yang berada dihadapannya ini bisa selemot ini? Ia terlalu polos atau bagaimana? Cowok itu menggelengkan kepalanya pelan. Pertanyaan besarnya saat ini adalah, bagaimana bisa seorang cowok dengan insting sekuat dan juga se waspada seperti Argan Deano bisa menjalin hubungan dengan gadis lemot ini? Ia benar-benar tidak percaya akan hal ini.

"Di culik anjir! Di jadiin sandera mereka buat meras sekolah lo! Terutama buat meras Argan supaya tunduk sama mereka!" Jawabnya dengan gemas.

"Udah-udah. Intinya gitu. Sekarang lo ikut gue aja dulu," Kata cowok itu saat Lara hendak membuka mulutnya kembali. Lalu tanpa meminta persetujuan gadis itu, ia menarik pergelangan tangan Lara agar ikut bersamanya.

ARGAN [END]Where stories live. Discover now