89 - Tikus, Ular, dan Elang

21.5K 2.8K 3.4K
                                    

Punten, ada yang nungguin?

Kalau ada, absen dulu sini-!

Baca jam berapa?

Posisi liat notif?

Pembaca baru atau lama?

Tau Argan dari mana?

Tim gercep atau nanti aja?

Eh, btw, kayak kemaren-kemaren lagi, di part ini juga panjang sekali, soalnya aku bingung mau motong dimana, jadi yaudah lah trobos aja sekalian:v

MAKANYA AYO RAMAIKAN, AKU UDAH NGETIK PANJANG, JANGAN SIDER-!

Oke, sekian, kasih tau aku kalau ada typo atau yang lainnya yaaaa

Selamat membaca❤

















Bugh!

Tanpa ragu Argya melayangkan kepalan tangannya ke arah rahang Rio hingga cowok yang kini bagi Argya berstatus sebagai musuhnya itu hampir saja terjungkal dari balik kursi pengemudi jika saja tidak segera memegang kuat stir mobil.

"Ngapain lo mukul gue, sat?" Rio bertanya kesal, terkejut, dan juga berang disaat yang bersamaan. Kepalanya hampir saja terantuk kaca mobil akibat ulah Argya yang tiba-tiba saja memukulnya tanpa alasan yang jelas ditempat sempit seperti ini.

"Halah, anjing! Gak usah sok gak tau lo! Padahal otak lo emang otak kriminal! Bisa-bisanya lo ngekhianatin bang Argan terus jebak bang Panji di tempat Marcell!" Jawab Argya benar-benar tidak bisa membendung amarahnya.

Kening Rio langsung berkerut tipis, "gue? Ngekhianatin bang Argan? Gak salah lo?"

"Iya! Lo juga antek-anteknya Danu 'kan? Ngaku njir!"

Rio memandang aneh pada temannya itu, "stress lo ya?"

"Lo yang stress, anj!"

"Lo dapet ilham dari mana kalau gue jadi antek-anteknya si Danu?"

"Gue dengar sendiri ya tadi! Lo pikir gue tuli?"

Kerutan dikening Rio semakin kentara saat itu juga, "halu lo? Emangnya ada gue ngomongin Danu di telpon tadi sama Marcell?"

"Tinggal ngaku kalau lo salah satu dari anak buah dia apa susahnya, hah?!"

"Faedahnya gue ngaku apaan coba?"

"Biar gue tau kalau lo itu emang muka topeng! Gue gak nyangka lo bisa ngebohongin bang Argan kayak gini, Yo," suara Argya terdengar lemas di akhir kalimatnya. Cowok itu sudah melepaskan cengkeraman tangannya pada jaket Rio.

"Bukan gitu maksud gue, Gya, tadi gue—"

"Terus apaan lagi, sat?! Mau nipu gue lagi lo?"

Rio menghela nafas, "oke, anggap aja gue emang bagian dari Danu, tap—"

"TUH 'KAN, NJENG! NGAKU JUGA LO!" Argya menyeru tidak santai sambil menunjuk Rio tepat di depan wajah cowok itu.

"GAK USAH MOTONG GUE BISA GAK SIH, NYET? GUE HANTAM JUGA LO YA!" Rio ikut-ikutan membalas ngegas. Kesal sendiri karena Argya terus-menerus menuduhnya seperti ini.

Melihat Rio yang sejak tadi tenang tiba-tiba saja mengeluarkan uratnya, membuat nyali Argya langsung menciut saat itu juga. Cowok itu segera mengatupkan bibirnya rapat, hingga membuat Rio yang menyadari perubahan raut wajah Argya langsung menurunkan bahunya, berusaha kembali tenang.

ARGAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang