Dini Hari

826 86 6
                                    

"lix yang ini ganteng ga?"

"iya ganteng lumayan"

"tapi aku gasuka alisnya"

"lah kenapa?"

"gasuka aja"

"dih gajelas"


Setelah melalui setengah harinya di rumah sang sahabat, renjun memutuskan untuk menginap di rumah remaja bermata bundar itu. Ini memang sudah menjadi kebiasaan di antara keduanya, tanpa masing masing memberitahu pun orangtua mereka sudah hafal dari gelak tawa yang terkadang menggelegar hingga terdengar setidaknya hingga jarak 3 pintu rumah tetangga sekitar.

Kedua remaja cantik ini begitu betah di dalam kamar berwarna ungu pudar yang di beberapa sisinya sudah sedikit terkelupas, hingga untuk makan saja keduanya harus diteriaki terlebih dahulu. Untung saja ibu sang sahabat sedang dalam suasana hati yang baik, kalau tidak sudah pasti kupingnya pengang karena mendapatkan ceramah dadakan yang sering juga ia dengar dari mulut sang ibu.

Sesudah menumpang mandi karena malas pulang ke rumah dan meminjam piyama satu ukuran milik felix kini renjun sedang berbaring sambil memeluk boneka milik temannya itu dengan ponsel di tangannya, yang sesekali ia julurkan kepada sang sahabat untuk dipintai pendapatnya mengenai para lelaki *ekhem* yang mendekatinya.


"kalo yang ini?"

"cakep tapi kayanya ga sefrekuensi deh sama kamu"

"yakannn, masa aku becanda ngeluh cape aja disuruh zikir dan mendekatkan diri pada tuhan, kan maksud aku ga gitu"

"iya ih, serius banget"

"kalo yang ini?"

"ihh gantenggg, mana liat ig nya ren"

"oh iya bener juga, bentar"

"DIH JAMETTT/DIH JAMETTT"

Renjun terus menggulir layar ponselnya demi menemukan pria yang dinilai cocok dengan dirinya, setidaknya sudah dua jam ini ia sibuk memainkan ponselnya yang bahkan masih tersambung dengan konektor karena dalam mode mengisi daya.

"ck, kabel kamu pendek banget sih lix. Aku gabisa guling guling nih"

"ya makanya jangan main hp sambil ngecas, ntar jomblo"

"lah apa hubungannya?"

"gatau"

"bocah prik gajelas"

Renjun kini sudah berbaring dengan kaki kecilnya yang menjulang untuk disandarkan pada dinding dingin itu. Sambil sesekali menyenandungkan lagu dengan suara sengau, renjun seringkali mendorong usil pinggang sang teman yang sedang berbaring disampingnya menggunakan kakinya hingga tak jarang mengundang decakan kesal dari mulut sang teman.

"apasih ren?"

"eh yang ini ganteng ga lix?"

"yang ini matanya sipit, ga like"

"heh ngaca! Mantan kamu juga sipit ya"

"ya tapi ganteng, kamu aja ngaku kan dulu kak hyunjin ganteng huuu"

"iyadah iya"

"ren ngantuk, matiin lampunya"

Jam menunjukkan pukul 11 malam ketika renjun menuruti permintaan sang teman. Ia segera beranjak dari tempat tidur itu untuk mematikan saklar lampu dan menggantikannya dengan lampu tidur yang menjadikan cahaya di sekitar kamar berukuran kecil itu temaram, membuat suasana menjadi sunyi namun hangat dalam satu waktu. Kini renjun tengah berbaring di samping sang teman yang sudah bergelung dengan selimutnya dan menghadap dinding.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now