Lagu Jisung

980 127 13
                                    

"linting daon suntik tangan obat ditelan hirup asap.. Ingin terbaaang me-"

"nyanyi apa sih nak dari kemarin, ga jelas banget nyanyian kamu"

"dari hape temen aku bu, dari tiktok"

"jelek itu nak artinya, jangan dinyanyiin lagi.  Ketauan bapak kena sambel mulut kamu"

Tak terhitung sudah berapa kali di hari ini ia mendengar sang anak menyenandungkan lagu yang sepertinya memiliki makna jelek itu. Seperti saat ini, ketika ia sedang sibuk dengan urusan dapurnya-menggiling cabai di batu apung yang memang biasanya ia gunakan untuk menghaluskan rempah rempah bumbu dapur, sudah dua kali telinga ibu muda itu menangkap lantunan lagu tersebut ketika sang anak sibuk mondar mandir di dapur sederhananya. Dan kini bocah itu tak menghiraukannya, anaknya itu malah memilih membuka kulkas untuk mencari minuman yang sekiranya dapat menyegarkan tenggorokannya dari dahaga sebab bermain sedaritadi.

"mau kemana lagi kamu?"

"main lah, ape lagi"

"hehh.. Kerjain dulu tugas dari bu gurunya baru ma-JISUNGGGG MAU KEMANA KAMU HEI"

Telat, anaknya sudah kabur terlebih dahulu sebelum ia beranjak dari posisinya sekarang. Renjun hanya menghela nafas melihat kelakuan anaknya itu yang terkadang memang tak jarang memancing emosinya yang setipis kertas.

"ya Allah anak aku main sama siapa sih tingkahnya jadi begajulan begitu"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"yaudah gausah sekolah"

"...."

"ya kalo kamu ga mau ngerjain pr, ngerjain tugas, mau main main aja gausah sekolah. Main aja tuh kaya temen temen kamu biar jadi anak nakal, mau??"

"...."

Mulut bocah kelas 1 sekolah dasar itu memberengut sambil memain mainkan pensilnya yang berada di tangan, ia masih tak membuka suaranya dan memilih menundukkan kepalanya sambil sesekali menjawab pertanyaan sang ibu dengan gestur yang ia berikan dari anggukan atau gelengan kepalanya. Ia masih merasa kesal karena kegiatan maha pentingnya harus diinterupsi dengan tugas sekolahnya yang menumpuk. Ia juga semakin kesal ketika baru saja menapakkan kaki di rumah temannya yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumahnya itu, sosok sang ibu langsung tertangkap oleh netranya-tengah berteriak memanggil namanya dari luar rumah temannya. Mungkin sang ibu mengenali dirinya dari sandal yang terhampar di teras rumah temannya itu.

Huh, baiklah lain kali ia harus menyembunyikan sandalnya agar keberadaan dirinya tak terdeteksi oleh mata rubah sang ibu.

"denger ga, kalo ibu ngomong?"

"..."

"jangan manggut manggut aja. Jawab!"

"iya bu"

"nah sekarang kerjain prnya yang bener, ibu mau lanjut masak. Nanti kalo udah selesai ibu baru ngajarin kamu"

Renjun lalu kembali ke dapur untuk menyelesaikan urusannya yang hampir rampung itu. Tinggal menanak nasi dan menunggu sayurannya matang barulah ia bisa meninggalkan area dapur itu dengan damai. Dan tak selang beberapa kemudian ia kembali lagi ke tempat sang anak berada yang kini sedang berkutat dengan tugas sekolahnya. Entah mengapa melihat anaknya seperti ini dirinya diliputi rasa bersalah karena telah membentak bocah 6 tahun itu. Maka jadilah ia menyogok jisung dengan satu gelas susu putih kesukaan anaknya untuk menebus rasa bersalahnya karena telah membuat anaknya murung.

"nih, susu. Minum dulu susunya"

Yang dipanggil pun menoleh ketika rungunya menangkap suara sang ibu yang kini air mukanya telah melunak, membuat ia berani merespon ucapan sang ibu.

"tulisannya di tengah garis nak, jangan pas di garisnya"

"ini juga kenapa tulisan kamu kaya naik turun gini sih, ada yang besar ada yang kecil"

Renjun mulai mengoreksi tulisan sang anak yang sebenarnya sudah terlihat rapih itu. Hanya saja ia memang tak begitu puas jika tugas yang dikerjakan sang anak belum benar benar terlihat bagus dan rapih.

"bu, sambil nonton tv"

"nanti kamu ga konsen, ga kelar kelar tugasnya malah ga bisa main sama sekali. Makanya cepet sekarang aja kerjainnya biar cepet selesai, inikan ibu bantuin juga"

"tapi nanti dibolehin main ya?"

"iya, kalo tugasnya udah selesai mau kamu main ke ujung berung juga ibu bolehin. Udah cepetan kerjain tugasnya"

Dan pada kenyataannya,  setelah bocah itu selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh sang guru ia malah mengeluh mengantuk-mungkin karena efek segelas susu hangat yang diberikan ibunya tadi dan akhirnya jatuh tertidur begitu sang ibu menghidupkan kipas angin yang anginnya membuai dirinya untuk betah bermalas malasan di rumah.

"akhirnya kerjaan rumah beres juga"























"linting daon.."

"jisung"

"maaf bu keceplosan"

Sejujurnya lagu ini terus terusan terngiang di benaknya, membuat ia terkadang tanpa sadar menyenandungkan lagu yang tak disukai ibunya entah karena apa itu. Seperti saat ini, selepas ia bangun dari tidurnya-ketika ia sedang menonton televisi bersama sang ibu yang sedang berkutat dengan baju baju yang belum terlipat itu tanpa sadar ia menggumamkan lagu yang tak ingin ibunya dengar.
























"LINTING DAON SUNTIK TANGAN HIRUP ASAP OBAT DITELAN INGIN TERBAAANG, MELIHAT BINTANGGGG. RUMAH SAKIT OVERDOSIS NYAWAPUN MEEE-"





'GEDUBRAK'









"IBUUUUUUUU, HUAAAAAA IBUUUUUUU"















"bu aku main sepeda ya?"

"jangan dulu, nanti kamu jatuh"

"aku udah bisa kok beneran"

"kamu aja baru diajarin bapak naik sepeda tiga hari yang lalu jisung. Itu aja masih pake roda pembantu, jangan laga laga main sepeda deh, nanti nyungsep kamunya"

"ngga bu beneran"


Dan benar saja, begitu bocah tengil itu mendapatkan izin secara paksa dari sang ibu untuk mengendarai sepeda tanpa pendamping apapun, tak selang beberapa lama ia mengeluarkan sepedanya dari dalam rumah dan mengendarainya untuk beberapa menit, sesuai dengan ucapan sang ibu bocah itu benar jatuh terjerembab ke arah selokan tak jauh dari area rumahnya, yang untungnya selokan itu ditutupi rerumputan yang lumayan rimbun sehingga luka yang ia hasilkan tak begitu parah.

"huhuhuhu ibu, hiks ibuuuuu"

"kok lagunya ganti jadi lagu ibu? Tadi aja kamu lancar banget nanyi lagu ga bener kamu itu"

"huhuhu ibuuu maafin akuuu,  aww sakitttt"

"baru tiga hari, belajar sepeda sama bapaknya udah sok sokan naik sepeda sendiri. Ya biarin nih kan sakit kakinya lecet semua, ga mau denger omongan ibu ya gitu jadinya"

Renjun membersihkan luka di lutut sang anak dengar air hangat lalu memberikan obat merah ke luka itu yang direspon dengan ringisan, teriakan, atau tangisan berlebihan dari sang anak. Lalu kemudian ia segera membebat luka yang tak begitu parah itu dengan kain kasa.

Setidaknya sudah 30 menit setelah insiden kecelakaan "parah" menurut jisung itu terjadi. Namun, karena anaknya itu memang pada dasarnya cengeng dan hiperbolis, jadilah bocah itu menangis seharian hingga membuat dirinya jengah.

"makanya, kalo ibu bilang jangan tuh jangan"

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now