Pertemuan

425 56 9
                                    

Jaehyun menata penampilannya pada cermin lemari kamarnya. Setelah ia rasa penampilannya sudah cukup pantas untuk bertandang ke rumah teman lamanya ia menyudahi acara berbenah dirinya dan bermaksud beranjak dari sana sebelum sang istrinya menghampiri, pantulan tubuh ramping sang istri ia dapati dari belakang punggungnya. Nampaknya ia penasaran dengan apa yang ia lakukan.

"Kenapa ngela nafas gitu, kamu lagi banyak pikiran mas?"

"Ngga"

"Oh"

Istrinya melangkahkan kakinya berbalik arah, namun sebelum punggung istrinya menghadap dirinya seutuhnya langkah kaki itu berhenti. Tangan sang istri bersedekap di depan dadanya sambil memicingkan mata seakan sedang mengendus sebuah kecurigaan darinya.

"Kamu mau kemana mas?

"Beli pecel"

"Hmm? Rapih amat, yang bener??"

"I iya bener, kan kemarin sore kamu pengen pecel"

"Oh emang iya ya? Aku ga inget tuh"

"Iya.. bener"

"Tapi... Wangi amat?? Kamu mau ngapain sih?? Awas ya kalo macem macem aku giling titit kamu aku campur jadi pakan ayam!"

"Ih apa sih, orang suaminya berpenampilan rapih gini ga boleh. Justru seneng harusnya kamu aku begini"

"Heleh alasan, awas ya kamu macem macem. Aku minggat bawa renjun"

Kali ini ia benar benar menghela nafas lelah. Tak ada terbesit barang secuil pun di kepalanya untuk mengkhianati sang istri. Jika ia memang harus berselingkuh, manusia mana lagi yang sesempurna istrinya untuk dimiliki? Andai sang istri tau, ia harus berpikir keras untuk itu.

"Udah ya, aku pergi dulu"

"Mau kemana?"

"Beli pecel pesenan kamu udah aku bilang"

"Kapan aku mesen pecel sama kamu?"

"Kemaren sore, udahlah ga inget kamu tuh paling"

Lalu sebagai salam perpisahan ia mengecup bibir sang istri yang nampaknya sudah tak memiliki kata apapun untuk diucapkan. Tapi, setelah melihat ke arah pekarangan rumahnya entah mengapa kakinya terasa berat untuk melangkahkan keluar dari kediamannya ini. Jantungnya kembali berdegup membayangkan kemungkinan terburuk yang akan ia bawa kembali ke rumah ini, untuk anaknya.


Tolong nak, doakan ayahmu ini berhasil.


"Tolong ganti baju renjun. Bajunya udah basah karena keringet, dan kalo nanti sore panasnya ga turun turun juga, siapin dia. Kita bawa ke rumah sakit di kota"

























Di sepanjang jalan perjalanan menuju rumah teman lamanya itu ia habiskan setengah waktunya untuk termenung, karena sebagiannya lagi ia habiskan untuk memperhatikan jalanan berlubang yang entah kapan akan dibenahi itu. Sejujurnya sebagai orangtua ia tak mau mencampuri urusan asmara anaknya. Tapi ia pun tak mau mendengar racauan dan tangisan menyayat hati milik sang anak tiap malamnya, sebagai orangtua ia tak rela jika anaknya mengalami sakit hati yang teramat dalam.

Jika jeno yang diinginkan oleh sang anak, ia tak bisa berbuat apapun kecuali berusaha mengabulkannya. Karena ia berdiri untuk kebahagiaan anak dan istrinya, janjinya di depan Tuhan tak akan ia ingkari. Walaupun ia tak suka dengan keinginan sang anak, ia lebih tak suka jika anak sematawayangnya itu merasa sakit.

Dan masalah istrinya, biar ia urus nanti.

"Oh kak jaehyun... Masuk kak"

Pintu kayu berulir di depannya ini terbuka, menampilkan seseorang yang ia ketahui sebagai istri sang teman. Setelahnya ia berdehem lalu melepas sandalnya dan mengekori sang tuan rumah masuk ke dalam rumah yang sudah lama tak ia singgahi itu.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now