Penerimaan

299 41 6
                                    

"Makasih ya catetannya, besok kalo aku pinjem lagi gapapa kan?"

"Liat nanti ya kak. Aku nyatet atau ngga"

"Oke. Btw kamu pulang naik apa?"

"Ituuu... Sama temenku udah nunggu di gerbang"

Jeno hanya menggeleng gelengkan kepalanya geli melihat wajah jengah temannya yang tengah mengarahkan pandangannya pada dirinya yang tengah melambaikan tangan itu. Melihat bocah itu seperti ini mengingatkan ia pada kejadian satu tahun silam yang lalu dimana teman konyolnya -lucas berusaha melakukan pendekatan pada teman lugunya ini.

"Anak baru udah ada yang ngincer aja"

"Diem deh jen. Aku lagi ga mood"

"Cakep juga tapi, siapa namanya?"

"Gatau lupa"

"Masa gatau, emang kalian ga kenalan?"

"Kenalan. Cuma aku ga peduli namanya siapa. Yeonghak, haknyeon, siapalah. Lupa aku"

"Dih, sok banget"

"Udah deh. Jadi nebengin aku ga?"

"Yaudah sok naik"

Jeno terkekeh begitu felix menghentakkan tubuhnya kasar pada jok penumpang motornya masih dengan wajah bersungut sungut. Entah apa yang membuat bocah ini uring uringan di tengah cuaca sejuk di siang bolong. Ia pun hanya mengendikkan bahunya dan mulai memutar kunci pada motor tuanya yang berbunyi sedikit ribut. Dan setelahnya ia memacu kendaraan itu pada hunian milik temannya sebelum mereka kembali ke desa di akhir pekan ini.

"Lucas tau?"

"Tau apa?"

"Kamu dideketin kaya tadi?"

"Tau, aku selalu cerita ke kak lucas"

"Pokoknya pacarmu harus tau kalo kamu lagi dideketin anak anak sekolahanmu sekarang ini"

"Iyaaa... Lagian kalo aku bisa milih, aku gamau dideketin jen. Takut aku"

Di lampu merah pertigaan menuju kost felix jeno kembali membuka suaranya. Angka masih berada di detik 59, yang berarti ia masih memiliki satu menit untuk bercengkerama dengan penumpang uring uringannya ini untuk sekedar membunuh waktu. Karena jika tidak, pikiran kosongnya akan berkelana kemana mana dan berakhir kehilangan fokus. Ingat, ia masih di jalan raya, masa depannya masih sangat panjang hanya untuk mati konyol di jalanan padat ini.

"Dari kapan dia deketin kamu?"

"Dari mulai aku masuk sekolah"

"Ngapain aja dia?"

"Ngechat aku, ngasih aku cemilan di meja aku. Terakhir tadi sih, minjem catetan"

"Minjem catetan? Bukannya katamu dia kakak kelas ya?"

"Iya makanya. Aneh banget, masa iya anak kelas 12 masih butuh catetan anak kelas 11"

"Namanya juga usaha lix"

"Tapi ga masuk akal"

"Kaya pacarmu yang masuk akal aja pas deketin kamu"

"Iya juga ya. Kak lucas itu... Entahlah, kadang aku bingung kenapa dia bisa se absurd itu"

Oh iya, omong omong lucas, seharusnya anak itu yang menjemput kekasihnya yang berada di kota ini untuk dibawa ke desa menikmati liburan akhir pekannya. Namun, dering ponsel yang mengejutkannya di subuh hari membuat ia terjaga dan mendapati nama lucas yang mencoba mengganggu tidur lelapnya. Lelaki itu dengan suara paraunya mengatakan bahwa ia tak bisa menjemput felix yang berada di kota sebab harus menjaga adik kecilnya sementara ia diminta untuk menggantikan jadwal lelaki itu yang jelas saja membuat kepalanya mengangguk setuju.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now