Ketidakpastian (2)

438 53 1
                                    

"Udahlah... Udah ga bener itu nak"

"Tapi dia juga terpaksa bu, bukannya yang mau juga"

"Masa iya terpaksa bisa hampir setaunan??"

"Dia itu dipaksa ibunya bu... Renjun itu ga kaya yang ibu pikirin"

"Kamu yang harusnya mikir. Selama itu lho dia kasih cowo lain datang ke rumah dia. Kalopun emang dipaksa ibunya, emang dia gabisa nolak? Ga ada pendirian banget jadi orang"

"Ga gitu buu"

"Terus gimana?"

"Ya pokoknya aku sama renjun itu udah berkomitmen buat saling punya satu sama lain bu"

"Naif banget kamu nak. Iya sekarang dia ga kepincut sama cowo cowo itu, tapi kalo ini masih berlanjut... Emang kamu yakin dia masih tetep milih kamu?"

"Masih. Buktinya udah selama ini dia masih cinta sama aku"

"Kita gapernah tau kedepannya gimana. Realistis lah nak, cowo cowo itu kaya. Kita ga punya apa apa"

"...."

"Kalaupun pada akhirnya kalian nikah. Kamu harus udah yakin banget kalo kamu mapan, kamu mampu ngidupin dia. Salah salah kalian berantem, bisa aja dia nyesel ga milih cowo cowo itu dan malah milih kamu"

"...."

"Ibu bukannya ngelarang kamu suka sama dia. Anak ibu berhak milih yang dia mau, tapi liat kondisi nak. Nikah itu bukan sebentar. Bukan makan cinta doang. Bukan juga tentang siapa yang berjuang"

"...."

"Yang menang itu tetep duit. Dan ibu paham betul. Ibu nikah sama bapakmu itu udah hampir 25 taun. Ibu sama bapak bisa dibilang hampir gapernah berantem. Tapi kamu tau kan terakhir kali ibu sama bapak berantem karena apa? Duit nak"

"...."

"Ibu cuma mau ngomong. Nikahlah kalau udah mapan. Kalau belum, jangan kasian istrimu"

"Iya bu, kalo itu memang sudah aku pikirin. Aku mau nikah kalo aku sudah selesai kuliah sama dapet pekerjaan yang stabil dan layak"

"Iya. Memang harus gitu. Tapi balik lagi, itupun kalau renjun mau nunggu"

"...."

"Tapi sebenernya... Tetep. Ibu kurang setuju sama dia. Ibu gamau punya besan yang kejam sama anaknya sendiri. Anak sendiri kok dipaksa berjodoh sama orang bukan pilihannya"

"...."

"Kenapa dia bisa dijodoh jodohin? Ibunya tau hubungan kalian?"

"Tau bu"

"Kalo gitu kenapa dia justru jodohin anaknya sama anak orang lain?? Ga suka dia sama kamu ya??"

"...."

"Udahlah... Firasat ibu ga enak. Kalau kamu mau tenang hidupnya, denger kata ibu. Ibu cuma mau yang terbaik buat kamu"

Jeno termenung menatap dua sejoli yang sedang bermesraan di depannya ini. Dahi berkerut dengan kilatan amarah di mata ibunya yang selalu berlaku lembut itu terus terusan menghantui dirinya, hingga di saat sang sahabat memintanya untuk memberikan saran tentang segala macam mengenai pesta pernikahannya ia hanya bisa sekedar mengangguk atau menggelengkan kepalanya tanpa suara.

"Jen? Kak mark lebih suka latarnya abu, tapi aku sukanya yang putih... Kamu sebagai penentu, bagusnya yang mana?"

"...."

"Jen?"

"Ungu"

Ungu, warna baju yang dipakai renjun terakhir kali mereka berjumpa, jangkrik yang berderik tak mampu meredam tangis renjun malam itu. Tepat di pelataran rumahnya ia hanya bisa memeluk erat tubuh kecil itu sambil mengucapkan maaf berkali kali. Sama seperti renjun, tangisnya pun ikut tumpah karena nampaknya Tuhan senang sekali mencurangi doanya yang ia panjatkan setiap malam. Kiranya ia mendapatkan sedikit celah untuk memiliki renjun namun justru balasan menyakitkan yang diberikan Tuhan.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant