Ledakan

587 61 6
                                    

"hmppphh.. Nghhh ahhhhh udah jennh"

Jeno menyudahi ciumannya pada dada renjun yang terbuka. Kurcaci kecil yang duduk di pangkuannya itu mendorong kepalanya menjauh dari area jamahannya tadi, membuat ia mencebik kesal karena kegiatan yang ia lakukan dengan khidmat barusan harus diinterupsi oleh tangan kecil yang menangkup kepalanya untuk menjauh. Dan kini kurcaci kecil itu tengah mengancingkan kembali bajunya yang kusut masai, merapihkannya sedikit sebelum melontarkan protesan kepada dirinya yang berhadapan dengan sosok di pangkuannya itu.

"ih kan aku udah ngomong jangan bikin tanda, kalo ketauan gimana??"

"kan di dada juga, emang keliatan?"

"ya ngga sih tapi tetep aja jenooo"

"yaudah iya maaf"



Renjun pun menyebikkan bibirnya sembari berusaha menggapai tisu yang berada di belakang tubuh jeno-yang untungnya langsung dicerna oleh jeno, lelaki itu dengan tanggap langsung mengambil barang yang ia inginkan. Tisu itu ia ambil beberapa helai untuk ia sapukan pada pangkal pahanya yang dihiasi sperma milik lelaki di depannya ini. Dengan kaki yang dilebarkan ia sedikit kesusahan membersihkan kegiatan "nakal" mereka tadi.

"bantuin kek"

"hh hah?"

Jeno dengan ragu mengambil serat putih yang disodorkan oleh sosok cantik di hadapannya ini. Demi Tuhan, bagaimana bisa renjun dengan mudahnya meminta dirinya untuk membersihkan bagian intim milik remaja itu, lihatlah bahkan dengan entengnya ia melebarkan kaki telanjangnya di hadapan dirinya, memamerkan analnya yang merekah dan berlendir yang jelas saja dapat membangkitkan birahinya kembali.

"aku gamau main lagi ya"

"...."

"aku mau pulang abis ini"

"tumben cepet banget?"

"ibu kayanya lagi ngambek sama aku. Gamau ngomong"

"kan aku udah ngomong jangan pulang malem malem ren"

"iyaaa.. Tapi kan tetep aja aku pengen ketemu sama kamu~"


Jeno segera mengalihkan pandangannya begitu tugas yang diberikan oleh renjun selesai, merapatkan segera kaki itu dan memungut kembali bawahan milik renjun, lalu mengumpulkan gumpalan tisu tisu tersebut untuk dibuang pada tempatnya.

"ayok"

"aku pulang sama felix"

"kok sama felix?"

"aku bawa felix biar ibu ga marah. Ibu kan apa apa felix apa apa felix"

"nanti dia kesini?"

"iya"

Renjun yang buntu akal itu pada akhirnya menggunakan sang karib sebagai tamengnya untuk menghadapi kemarahan dan keraguan sang ibu. Ibunya yang mudah luluh dan memiliki kepercayaan penuh pada sang sahabat membuatnya meminta remaja bermata bundar itu membantu dirinya melepaskan diri dari belenggu sang ibu yang tak memperbolehkannya keluar rumah di malam hari.

"jadi kamu kesini tadi bareng felix?"

"dari beberapa hari belakangan sih iya, kebetulan juga dia keluar bareng kak lucas jadi yaa aku minta dia buat pura pura minta ditemenin kemana gitu"

"gapapa dia sendirian ke sini?"

"bareng kak lucas palingan juga jen"

"terus kamu bonceng tiga gitu sama lucas?"

"ngga lahhh.. Kak lucasnya langsung pulang, kita berdua pulang bareng"

"aman kan tapi?"

"aman... Tenang aja-nah itu kayanya felix"

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें