Dikejer Soang (3)

624 123 12
                                    

Aku udah triple update nih guys, di vote y jangan kaga hikd :)))


"jenooo.. Kamu ga keberatan?"

"hm, ya berat"

"yaudah turunin aku sini"

"kalo kamu berat aku ga akan betah gendong kamu selama ini ren"

"yaa siapatau kamu memang udah cape"

"terus kamu mau jalan pake sendal sebelah doang gitu?"

Ternyata benar, belum sempat mereka selesai menceritakan perihal angsa pak carik yang di lepas pada malam hari, hewan dengan sebutan preman kampung itu meneror mereka berdua dengan kepalanya yang menjorok maju kedepan hendak mematuk kedua kaki bocah itu. Tidak sepenuhnya kedua bocah itu, nyatanya yang paling hebohlah yang memancing angsa tersebut untuk menyerang lebih jauh.

Ya, renjun dengan kaki kecilnya sedaritadi kewalahan kesana kemari menghindari paruh angsa yang hendak mematuk kakinya. Sampai akhirnya penyerangan itu berhenti dengan tindakan heroik jeno yang menginjak leher angsa tersebut hingga ia merunduk kemudian berlari pergi menjauhi kedua bocah tersebut.

Namun, mungkin memang hari ini adalah hari sialnya, renjun sudah terlanjur menjeburkan dirinya ke kubangan tanah yang lebih rendah dari tempat jeno berdiri, menyisakan sedikit tanah di sela sela kuku dan kaki pendeknya. Dan jadilah renjun terisak kecil karena syok juga karena dirinya tak mendapati sandal di kaki kanannya.

Jeno yang melihat hal mengenaskan tersebut menjadi khawatir walaupun terbesit rasa geli di hatinya begitu mendapati bocah 6 sekolah dasar itu berada di kubangan tanah, tengah merentangkan kedua tangannya dengan mata yang berbinar oleh air mata dan bibirnya yang melengkung sedih. Ia pun berinisiatif menawarkan punggungnya untuk menjadi tumpangan sementara bagi renjun untuk mencapai rumahnya.

"hikss.. Sendal kesayangan aku, baru aja seminggu yang lalu ibu beliin" renjun terisak di bopongan jeno, merenungi nasib sandalnya yang hilang sebelah.

"ya pake sendal yang lain aja lah ren"

"GABISA!! itu sendal paling bagus yang pernah aku punya.. Padahal besok rencananya mau aku pamerin ke shuhua"

"ck, makanya ilang.. Niat kamu jelek"

"hueee jangan gitu, hikss.. Sendalkuuuu~" renjun kembali terisak mengingat nasib sendalnya yang tak ia ketahui keberadaannya.

"yaudah yaudah, besok juga paling aku cariin sendal projen kamu" kuping jeno sudah terlalu pengang sedaritadi mendengar tangisan cempreng renjun di belakang punggungnya. Belum lagi, dengan tidak sopannya bocah kurcaci itu menggosok gosokkan hidung penuh ingusnya ke baju belakang jeno.

"yeayyy.. Nah gitu dong daritadi" renjun bergerak senang di dalam gendongan jeno.

"ren, kamu beneran gapapa balik semalem ini?"

"seharusnya aku yang nanya.. Kamu beneran gapapa nanti balik sendiri ke sini? Ga minep aja?"

Ugh menginap adalah ide buruk yang pernah terlintas di otak jeno. Pertama, ia belum izin dengan kedua orang tuanya. Kedua, ia bukan tipikal anak laki laki yang hobi menginap di rumah temannya. Dan terakhir, ia tak begitu pandai memulai percakapan, jika memang diharuskan nantinya berbicara kepada orang asing, maksudnya kedua orang tua renjun mungkin ia akan mati gaya karena tak memiliki bahan pembicaraan apapun.

"ngga usahlah ren, ntar aku bisa kok pulang sendiri" jawab jeno ragu.

"hmmm? Yakiiiin? Ntar kamu diculik genderuwo lho pulang sendirian"

"ck ih jangan ada ada deh ren udah malem ini" tangan jeno yang berada di pangkal paha renjun ia naikkan sedikit hingga membuat renjun sedikit berjengit kaget.

"ih kaget tauu"ujar renjun sambil menepuk pundak jeno.

Keheningan kembali menyelimuti keduanya, yang besar tengah bergumul dengan benaknya tentang bagaimana cara ia pulang nanti dan yang lebih kecil tengah menyenderkan dagunya di pundak yang lebih besar, sesekali menguap sambil terkantuk kantuk. Namun untuk membangkitkan dirinya dari rasa kantuk, ia kembali membuka pembicaraan dengan jeno.

"jen, besok jadi kan main ke tempat aku? Sama kak chan ya?"

"hm iya, ga janji tapi.. Soalnya siang besok aku mau nemenin bapak bikin kandang baru buat ayam, jadi gatau selesainya jam berapa"

"yahhhh.. Padahal besok aku mau ngenalin kamu ke temen temen aku"

"ga ah ogah, temen temen kamu pasti sama berisiknya sama kamu-akhh hobi banget sih jambakin rambut orang"jeno mengusap usap kepalanya yang terkena tindakan anarkis renjun.

Percakapan pun diakhiri ketika renjun telah mendapati rumah yang sangat familiar bagi dirinya, dan ya itu rumahnya yang menampilkan ibu dan bapaknya yang hendak membuka kunci rumah. Kedua orang tua renjun itu ternyata baru selesai pulang dari pengajian di rumah tetangganya, ibunya tengah membawa bingkisan yang sepertinya berasal dari tempat mereka menghadiri pengajian tersebut.

"ibuuuuu, dapet apa??" itu renjun yang masih betah bertengger di punggung jeno.

"lho kamu kenapa digendong? Kaki kamu kenapa lumpur semua?"

"abis dikejer soang hihihi" entah mengapa bocah itu malah mengayunkan kedua kakinya di gendongan jeno.

"eh cepet turun badan kamu berat" jeno yang sedaritadi menyimak percakapan renjun dan ibunya langsung berbicara begitu mendapatkan kesempatan untuk menyela, sedikit berbisik agar dirinya tak menarik perhatian kedua orang tua renjun.

"iya bawel breeeegh" renjun bersendawa di sisi kuping jeno sebelum ia turun dari bopongan jeno yang hanya dibalas oleh elakan dari jeno, merasa tidak enak jika berbicara yang kurang mengesankan di depan orang tua.

"eh kamu siapa namanya?"

Jeno menolehkan kepalanya begitu dirinya diberikan pertanyaan oleh lelaki paruh baya itu, dirinya mendapati ibu renjun yang di usianya yang sepertinya tak muda lagi itu masih terlihat cantik dan bersinar, persis seperti anaknya eh.

"jeno bu, temen renjun dari desa seberang"

"ih jauh banget mainnya sampe sini" bukan dirinya yang bermain kejauhan tapi anaknya lah yang begitu lincah hingga hampir setiap hari singgah ke rumahnya, pikir jeno.

"ini kamu ga berat daritadi gendong renjun? anak ini kecil kecil berat lho"

"hehe iya bu lumayan awww" jeno mendapat cubitan ringan dan delikan kecil dari renjun begitu ia menjawab ala kadarnya pertanyaan ibu renjun.

"renjunn! Gaboleh gitu sama temennya, maafin anak ibu ya emang agak anarkis anaknya.. Cuci kaki kamu renjun jangan keluyuran lagi hehh" tangan ibu renjun melambai ke arah renjun yang hendak melangkahkan kakinya ke rumah felix yang pintunya sedikit terbuka, ibunya tengah mengomel sambil menggiring si bocah tengil masuk ke dalam rumah.

"ini kamu rencana mau pulang sama siapa? Udah malem lho ini" yang ini bapak renjun. Sedaritadi ia tengah membersihkan sepeda motornya, sedikit mencuri dengar pembicaraan ketiganya.

"oh jalan kaki pak"

"jauh lho dari sini ke desa seberang, mana udah malem lagi. Bapak anter aja ya?"

Hahhh, pucuk dicinta ulam pun tiba. Jeno tak akan menyia nyiakan tawaran ini. Meskipun ia memberikan raut wajah sungkan dan sedikit enggan namun ia tak memungkiri bahwa hatinya merasa sangat lega ketika bapak renjun menawarinya untuk mengantarkan dirinya sampai rumah.

"itu... Apa gapapa pak?" bukannya apa apa, pasalnya ia sedikit merasa tidak enak melihat sepeda motor milik bapak renjun yang sudah nampak mengkilap, akan digunakan berkendara lagi semata mata hanya untuk mengantar dirinya pulang.

"iya gapapa, bapak lho yang makasih sama kamu udah nganterin renjun balik pake segala digendong pula" pria paruh baya itu tersenyum, menampilkan sedikit lubang cacat di pipinya. Jeno memuji ketampanan bapak renjun juga, huh pantas saja anaknya secantik itu, ketampanan dan kecantikan kedua orangtuanya saja masih terlihat nyata di usia tuanya.

"yaudah ayok sini naik ke motor"

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now