Ledakan (2)

601 65 9
                                    

"coba buka dulu mulut kamu"

"aaaaaa"

"inimah bukan sakit gigi, tapi gusi kamu yang bengkak jen. Kok bisa sih?"

"aku kemarin makan ikan terus ketusuk duri, aku pikir kena sela gigi... Ssssh sakit banget"


Renjun pun beranjak dari pangkuan jeno dengan wajah prihatin lalu melangkahkan kakinya ke dapur yang sudah terasa familiar baginya, tata letak beserta perabotannya pun kini ia ketahui diluar kepala. Terbukti dengan tangannya yang dengan otomatis membuka lemari kabinet di atas kepalanya, mencari beberapa bahan makanan untuk dihidangkan pada lelaki yang duduk di sofa sana -merintih kesakitan sambil memegangi pipinya yang sedikit bengkak.



"ati ati masih panas"

"awwww"

"sini sini aku aja yang suapin"



Setelah mengambil kursi di ujung sana untuk diletakkan di hadapan jeno ia pun menduduki pantatnya, mengambil mangkuk yang ada di tangan lelaki di hadapannya itu dengan hati hati sebab jika tidak bubur mengepul itu akan menimpa paha jeno dan menambahkan kemalangan bagi lelaki itu. Renjun pun mengambil sesendok bubur itu dan meniupinya sebelum ia berikan pada jeno.


"kalo ga enak aku minta maaf ya"

"ngga kok, enak enak aja"

"kurang asin ya?"

"pas pas aja sih, aku ga begitu suka yang asin asin"

"bisa ngunyah suwiran ayamnya ga?"

"bisa lah, aku ini sakit gusi ren. Bukannya ompong"

"butuh kecap ngga?"

"ngga"

Dan isi mangkuk itu kini telah tandas setelah satu sendok terakhir bubur amatir itu masuk ke mulut jeno. Renjun pun menaruh mangkuk kosong itu pada meja kaca di sampingnya, memberikan bunyi 'tak' yang kentara di kediaman jeno itu sebab tak ada satupun dari mereka yang ingin membuka suara sampai punggung tangan kecil renjun ia tempelkan pada kening jeno yang terkantuk di hadapannya ini.


"kamu tuh demem jen"

"masa? Tapi aku ga ngerasa apapun?"

"pasti pusing kamu tuh, cuma kamu tahan tahan aja"

"ngga sumpah"

"apa jangan jangan infeksi? Ke puskesmas ya?"

"ngga, ngapain"

"ntar makin parah lho"

"timbang ketusuk duri ikan aja ren, lebay banget kaya anak kecil aja"

"emang kaya anak kecil, tuh liat mulutnya aja belepotan bubur"

"orang kamu yang nyuapin"


Renjun pun kembali merangkak untuk mendudukkan pantatnya pada paha jeno, sedangkan sosok itu hanya diam sembari mengamati pergerakan kurcaci binal itu yang menatapnya nakal, ia yang menangkap maksud sosok cantik di depannya ini hanya diam sembari menatap balik mata mengundang itu yang ternyata mendekatkan wajahnya pada wajah miliknya. Selanjutnya ia hanya diam membiarkan renjun melakukan apa yang ia inginkan, yaitu menyapukan lidah hangatnya pada sekitar mulutnya yang memiliki sisa bubur -membuat bubur mengering itu kembali meleleh sebab liur panas renjun yang melingkupinya.

Jeno pun meremas pinggang itu bermaksud untuk menyudahi tingkah binal kurcaci di pangkuannya ini yang ternyata diabaikan. Bibirnya justru dilumat oleh bibir menggoda milik renjun yang menggeliat di pangkuannya, membuat ia membalas ciuman itu tak kalah erotis. Tangan besarnya ia sapukan pada setiap lekuk tubuh indah itu dengan sedikit remasan, membuat sosok di pangkuannya itu melenguh ketika tangan lihainya meremas paha lembut itu dengan perlahan, dan merambat seduktif pada pantat sintal yang sedaritadi menyinggung penisnya itu untuk ia remas perlahan hingga sang pemilik terlonjak dan melepaskan tautan bibir keduanya. Membuat kedua insan yang sedang dimabuk cinta ini kembali mendarat pada kenyataan, namun itu tak membuat keduanya canggung. Bahkan renjun masih sempat mencuri kecupan pada bibir mengkilap di depannya itu.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz