Babak Baru

776 91 12
                                    

Renjun kini sedang sibuk dengan ponselnya sembari membalas pesan dari jeno. Temannya itu mengaku sedang berada di sungai sekarang- bersama temannya. Entahlah, ia tidak tahu teman mana yang dimaksud oleh jeno, karena setau dirinya jeno tak begitu memiliki banyak teman. Teman beda dua tahunnya itu bukannya tak pandai bersosialisasi, hanya saja ia memang hanya akan berteman dengan orang orang yang menurutnya satu kepala dengan dirinya.

Ia pun segera bersiap siap menuju ke tempat yang dimaksud, dengan celana pendek selutut dan baju kaos sedikit kebesarannya ia memenuhi undangan temannya itu.

"renjun, aku pergi ya!"

"iya, hati hati lix"

Sebelum ia benar benar melangkahkan tungkai kecilnya itu ia mendapati temannya yang berada di seberang sana dengan pakaian rapi hendak memakai sepatu putihnya. Dari penampilan itu ia sepertinta tahu kemana anak ayam itu akan pergi.




























"mana felix?"

"aaa.. Ngga ikut, di rumah. Lagi males katanya"

"tumben, biasanya sepaket sama kamu?"

"yaa emang kenapa sih kalo dia ga ada, nanya mulu kaya orang nyasar"

"sewot amat, nanya doang gaboleh"

"emang gaboleh!"

Jeno mendengus malas melihat sosok kecil di sampingnya ini yang terlihat begitu sensitif. Padahal kan ia hanya sekedar basa basi karena tak biasanya renjun berpergian sendiri, biasanya ia akan ditemani oleh teman manisnya itu kemanapun ia melangkah.

"katanya bawa temen, mana temen kamu itu?"

"itu lagi jajan cilor, jajan mulu kerjaannya emang"

Kini mereka sedang duduk di batu sungai yang besar, yang permukaannya sedikit curam namun masih bisa diduduki oleh bokong keduanya. Renjun yang bertanya tanya tentang teman jeno itupun mendadak tersadar untuk menelisik temannya yang sedang memasukkan umpan cacing tanah pada kail pancingnya, mengundak decakan geli dari dirinya yang disambut dengan usil oleh sang pelaku.

"iiii, bisa pake ikan aja ga sih umpannya? Geli banget"

"mana ada mancing ikan pake ikan renjun, ngapain aku cape cape mancing ikan kalo ujung ujungnya aku jadiin umpan lagi?"

Oh iya benar juga. Ia pun menghela nafasnya ringan kemudian melanjutkan lamunannya, memakukan pandangannya pada bias kakinya pada air yang bergemericik itu sambil sesekali membuat riak kecil. Pandangannya menerawang jauh entah kemana, ia juga bingung harus mencari kegiatan seperti apa di sungai yang udaranya sejuk itu.

Dengan rasa bingungnya itu netra miliknya tanpa sadar mengalihkan pandangannya sosok di sampingnya yang masih sibuk berkutat dengan umpan di kailnya. Wajah itu begitu fokus hingga terkadang ia mengernyitkan samar hidung kokohnya. Renjun yang baru pertama kali melihatnya menganggap itu lucu. Kemudian netra rubah itu melihat secara keseluruhan wajah lelaki di sampingnya itu.

Dahi yang sempit.

Tulang pipi dan rahang yang menonjol.

Alisnya yang rapih dan tebal.

Mata sipitnya yang terkadang tenggelam dalam gelak tawanya.

Hidungnya yang kokoh dan bangir.

Apa ya yang ia bisa simpulkan dari deskripsi tersebut?

Kata apa yang bisa menyimpulkan wajah tegas dengan mata tajam, hidung bangir, dan bibir tipis?

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now