Hujan

970 100 8
                                    

Pagi ini renjun terbangun dengan hawa dingin yang menyentuh kulit kaki kurusnya. Dengan tetes hujan yang berjatuhan dari genting yang menyapa rungunya itu ia menyadari ada tangan kokoh suaminya yang sedang memeluk pinggang rampingnya dari belakang. Cuaca di pagi hari yang sejuk itu membuat ia membalikkan badan hendak mencari kehangatan lewat badan kekar itu. Namun pada kenyataannya sebelum semua itu terjadi sang suamilah yang mengeratkan pelukannya pada sang istri. Kepala renjun yang hendak masuk ke dalam dekap hangat suami pun mendadak urung ketika pasangan hidupnya itu justru mendahuluinya dengan menyisipkan kepalanya ke dalam dekapan badan kecilnya.

Kini kepala itu tengah bertengger di dadanya, dengan tangannya yang besar itu jeno melingkupi tubuh kecil milik istrinya. Samar ia mendengar dengusan kesal dari sang istri yang malah mengundang tawa dari dirinya. Ayah beranak satu itu sibuk membenarkan letak kepalanya agar lebih nyaman bersandar pada dada itu. Jujur saja, detak jantung sang istri sangat membuat dirinya nyaman walaupun itu berujung dengan dirinya yang mendapatkan protesan dari sang istri karena ia yang juga ingin berada di dekapannya.

Huuu, salah sendiri kurang cepat.

"mas ish! Kan aku yang mau meluk kamu. Gantian dong sekali sekali"

"gamau, siapa cepat dia dapat"

Renjun hanya diam tak berniat membalas ucapan sang suami. Selain pintar merajuk, suaminya ini juga pintar berdebat. Ia malas jika sudah beradu mulut dengan sang suami, terlebih saat ini jam masihlah berada di pukul setengah tujuh pagi. Ia sedang tak ingin memakai otaknya untuk memikirkan argumen yang tepat untuk mengalahkan suaminya yang tangannya kini sedang berada di bokongnya.

"heh, ngapain pegang pegang pantat aku. Pagi pagi jangan mesum"

"justru pagi itu waktunya buat kelonan, dingin. Enaknya diangetin"

Suaminya itu makin menjadi, sekarang tangan berotot itu kini tengah meremas lembut bokong sintalnya yang jujur saja sedikit menaikkan libidonya. Oh tidak, tangan nakal itu makin memperluas daerah jajahannya pada pahanya yang hanya tertutup gaun malamnya yang tipis itu. Jujur saja jika sudah seperti ini ia tak lagi bisa menahan lenguhannya yang kemungkinan besar membuat suaminya ini menjadi jadi.

"anhhh, mas.. Udah ah"

"udah apa?"

Huh lihatlah muka mesum suaminya yang mulai mengecupi dadanya yang terekspos itu. Kecupan yang awalnya ringan itu kini telah berubah ketika gigi dan lidah suaminya juga ikut andil, yang jelas saja mengundang lenguhannya yang makin terdengar jelas itu.

"ahhh, shhh... Udah ah mas jangan ninggalin tanda, ntar diliat jisunghh"

"emang kenapa kalo diliat jisung? Udah pernah juga kan?"

Mata itu makin menyayu ketika ia melihat wajah sang istri yang sedang kesusahan menahan desahannya. Kepalanya sesekali mendongak untuk melampiaskan kenikmatan yang istri cantiknya itu dapatkan dari dirinya. Melihat hal tersebut jeno semakin tertantang untuk bergerilya di tubuh sintal istrinya.

Jeno meremas kedua pipi kembar itu lebih kuat lagi hingga badan kecil sang istri sedikit terangkat, membuat kemaluan keduanya saling bersinggungan hingga desahan itu tak terelakkan lagi terdengar jelas dari keduanya. Dengan kedua tangannya yang berada di bokong sang istri itu ia mulai menaik turunkan tubuh ringan itu.

Mulutnya yang sedaritadi tengah menggeram rendah kini mengalihkan aktifitasnya dengan menggigit sensual puting didepannya yang tercetak dari balik gaun satin itu, mengundang lenguhan panjang dari istrinya yang tangannya kini tengah meremat rambut legamnya.

"shhhh, ahhh anhhh... Udah massh, ntar diliat jisung"

Jeno tak segera begitu saja menuruti kemauan sang istri. Ia justru menaikkan satu kaki kecil itu ke pinggangnya agar ia leluasa menggesekkan kemaluan keduanya. Tangannya pun tak tinggal diam, ia menyisipkan tangan kekar itu ke dalam terusan istrinya untuk memasukkan jari panjangnya ke dalam lubang surgawi milik sang istri yang sudah berkedut samar itu.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now