Labil

670 104 23
                                    

PERINGATAN! BANYAK DIALOG





"heh, mau kemana?"

"mau nembak renjun"

"renjun? Temennya pacar hyunjin itu?"

"iya"

"gausah, jual mahal. Kemaren aku nembak dia ga ada balesan coba, pas aku telepon hp nya juga yang ngangkat ibunya"

"masa?"

"iya. Katanya udah banyak juga yang nembak dia tapi ga diwaro, gila jual mahal banget. Padahal kalo diliat liat dia gabegitu cakep gasih?"

"yeeee, mentang mentang ditolak jadi ngomong gitu"

"tau nih si jay, dateng dateng nyamber aja kaya belut listrik"

"yaudah aku nunggu hyunjin putus ajalah, mayan felix kan cakep juga"

"halah nunggu karatan yang ada, mereka aja lengket banget kaya lem korea"

































"jadi gabisa banget lix balik bareng kita?"

"gabisaaa.. Lain kali deh ya, sekali iniiiii doang deh suer aku janji. Besok kita pulang bareng hehe"

"is lupa daratan banget ni bocah satu emang. Kemaren kemaren pas kamu jomblo yang nemenin pulang siapa coba kalo bukan aku sama renjun?"

"hehehe, yamaaap. Besok deh janji, bye renjun bye jihan aku sayang kalian semua muah"

"najis banget ngadepin orang kasmaran"

"sirik bilang ren"

"siapa yang sirik??"

"dih sewot"

Kedua remaja yang duduk di bangku kelas 2 SMP itu kini tengah berjalan beriringan menuju kediamannya masing masing. Renjun dengan wajah murungnya berjalan sambil sesekali menendangi batu kerikil jalanan sementara jihan sibuk mencabuti bulu bulu putih pada pucuk ilalang yang baru saja dicabutnya sembarang. Keduanya memilih untuk berjalan dengan khidmat sambil menikmati angin yang menyapa seragam sekolah mereka, membuat seragam putih itu sedikit berkibar akibat angin yang bergerak bebas tanpa halauan apapun di sepanjang sawah itu.

Keduanya juga sesekali menyapa warga sekitar yang dirasa mereka kenal, sampai salah satunya langsung mereka kenali dengan cepat tengah menaiki sepedanya dengan tatakan telur di sadel penumpang sepedanya.

"oi jeno!"

"jihan? Renjun?"

Jihan menyambut sapaan jeno dengan senyum sumringahnya sedangkan renjun menjawab ucapan jeno dengan sedikit pelan dan terbata sampai sampai ucapan itu hanya bisa didengar oleh telinganya saja. Sumpah demi apapun ia merasa kikuk melihat wajah yang sudah seminggu lebih tak ia temui itu. Terlebih entah kenapa otaknya langsung mencerna kembali ucapan jihan beberapa hari yang lalu, membuat perutnya sedikit bergejolak hingga membuatnya mual.

"ren? REEEN?"

"oh?"

"kenapa? Kamu kesambet?"

"serah kamu lah ji"

"udah tuntun aja sepedanya, jalan bareng kita"

Kali itu jeno menuruti permintaan jihan untuk turun dari sepedanya dan berjalan beriringan dengan kedua remaja itu. Lagipula sudah lama ia tak bercengkerama dengan kedua temannya ini mengingat ia sudah berbeda sekolah dengan keduanya, terlebih setelah melihat paras manis milik renjun itu ia rasa bocah itu ingin menjelaskan sesuatu kepada dirinya. Lagipula, tempat ia mengantarkan pesanan pelanggan telur tak jauh dari sini.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя