Kebenaran

494 47 22
                                    

"Lee jeno, bukan?"

"Iya... Ada apa ya?"

Tak ada jawaban dari pria di depannya ini kecuali bibirnya yang enggan berbicara dan memilih memutuskan kontak matanya dan berdehem setelahnya. Wajah gusarnya tergantikan oleh senyum ramahnya yang jujur saja justru membuat jeno merasa aneh. Terlebih, sepertinya ia merasa familiar dengan pria berwajah tampan ini.

Nampaknya ia pernah mengenali wajah semacam ini. Wajah sumringah yang justru mengintimidasinya lewat penampilannya yang membuat ia merasa rendah diri. Untung saja agendanya hari ini ke festival bunga dengan felix membuat ia setidaknya berpenampilan baik, membuat ia tak merasa begitu jomplang dengan pria yang menguarkan aroma maskulin ini.

Siapa lelaki menjulang di hadapannya ini? Matanya sibuk menilai sampai pada akhirnya ia mendapatkan jawaban.

"Aku eunwoo"

"Oh..."

"Aku... Aku, renjun..."

"Oh.. iya"

Iya, entah mengapa ia langsung mengerti maksud pria ini karena ia ingat betul bahwa pria inilah yang membuat ia berprasangka buruk dengan renjun waktu itu. Bukannya apa, pasalnya ia tau betul berapa lama kesayangannya itu membutuhkan waktu untuk memutus hubungan dengan para lelaki yang silih berganti datang kerumahnya.

1 bulan, itu lelaki yang paling lama mampu berhubungan dengan renjun.

Sampai pada akhirnya ia berakhir dengan kernyitan di dahinya ketika renjun nampak menyembunyikan sesuatu darinya. Waktu itu ia meminta renjun memberitahukan lelaki mana lagi yang mendekatinya namun si cantik itu enggan memberitahukannya.

Dan entah mengapa otaknya cukup pintar untuk menerka bahwa renjun masih berhubungan dengan orang yang sama sejak satu bulan sebelumnya. Dan ia menemukan nama cha eunwoo pada salah satu situs web, mendapatkan identitasnya, mengolahnya menjadi beberapa info penting sampai pada akhirnya ia mendapatkan nomor plat mobil atas nama lelaki itu. Yang ia ketahui sering singgah di rumah renjun.

Lantas, ada apa gerangan lelaki itu bertandang ke rumahnya?

Dengan demikian ia pun mempersilahkan lelaki ini masuk ke kediamannya. Ia membiarkan lelaki ini menelisik isi rumahnya dan mendaratkan pantatnya dengan tidak nyaman. Jelas saja, keadaan seperti ini mungkin terasa asing bagi pria ini -yang mungkin saja tak memiliki sofa dengan sayatan sayatan kecil di rumahnya.

Canggung mengelilingi keduanya, terlebih pria ini nampak seperti terdakwa yang tertangkap basah mengakui kesalahannya, terlihat dari matanya yang selalu enggan menatap langsung matanya.

"Ada apa ya?"

"Jeno... Kamu pacarnya renjun kan?"

"Iya, bisa dibilang begitu. Ada apa ya?"

"Aku... Mau minta maaf"

"Minta maaf kenapa?"

"Aku ngedeketin renjun. Maaf ya jeno, tapi aku bener bener gatau kalo dia udah ada yang punya. Dia ga pernah ngasih tau apapun sama aku tapi aku lebih bodoh karena ga cari tau dulu dia terikat hubungan sama orang lain atau ngga.

"....."

"Aku minta maaf ya jeno, aku bener bener gatau kalau dia ternyata punyamu"

"Iya..."

"Andaikata aku tau aku ga bakal deketin dia"

"Iya gapapa"

"Maksudnya? Kamu beneran gapapa?"

"Singkatnya aku emang ga direstuin sama ibunya. Jadi ibunya sengaja nyariin cowo buat dia. Kamu bukan yang pertama dan aku maklum kok. Kamu gausah ngerasa bersalah banget ya"

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang