Keraguan (2)

533 64 13
                                    

"haechan!"

"oh.. Iya ren, duluan"

Selanjutnya haechan kembali melangkahkan kakinya tanpa mendengar respon dari sosok renjun di kejauhan sana yang tengah bercengkerama dengan teman teman sekelasnya. Wajahnya yang masam semakin menjadi jadi ketika dirinya mendengar tawa dari primadona sekolah yang terdengar seperti ejekan di telinganya.

Teman kecil jeno itupun mempercepat langkahnya kembali ke kelas sebelum bel istirahat berakhir, namun dirinya kembali dicegat oleh teman angkatannya yang sedang berkerumun di koridor kelas. Menatap dirinya tengil sembari menyapukan tatapan mata remeh kepada dirinya yang kesabarannya sudah di ujung tanduk itu.


"mana temen kamu itu... Siapa? Siapa? Pacarnya renjun?"


Haechan meremat bungkus kudapan yang ada di tangannya dengan erat ketika gerombolan setan di depannya ini menertawakan dirinya dan memberikan tatapan menantang yang kentara, membuat ia memalingkan wajahnya sejenak dan berdecih ketika salah satu dari mereka kembali membuka suara yang menyulut emosinya.

"katanya pacar... Timbang dirangkul aja gamau, pacar apa pacar tuh?"

Tawa menggelegar kembali terdengar dari wajah tengil itu. Ia pun memejamkan matanya dan mengatupkan bibirnya rapat untuk sekedar meredam emosinya yang sudah di ujung tanduk. Bungkus kudapan di tangannya pun kini sudah tak berbentuk, bahkan isinya sudah berceceran di mana mana. Mulutnya memilih diam daripada harus menumpahkan sumpah serapahnya pada manusia manusia bermulut sampah di depannya ini.



"halu banget... Berobat noh berobat, bpjs ngecover orang gangguan jiwa kan sekarang??"

"..."

"lagian cowo loyo gitu kok ngarep jadi pacarnya renjun. Ngimpi boleh sihh tapi ya ga gitu juga kal-BUAGHHH"


Cukup sudah, kini ia tak bisa lagi menahan amarahnya yang sudah berada di ubun ubun itu. Suara suara menjengkelkan di depannya ini sangatlah mengganggu telinganya hingga otaknya memerintahkan tangannya untuk menutup mulut itu dengan paksa. Yang ternyata mengundang banyak kerumunan hingga mereka menjadi pusat perhatian, dan di antara orang orang itu ia melihat teman pucatnya di sana, menatap kondisi di sekitarnya tak mengerti.

Ia pun mengendurkan kepalan tangannya dan segera membubarkan kerumunan itu dan menarik teman pucatnya menjauh yang justru mengundang kerumunan itu memusatkan perhatian kepada mereka berdua, siap siap mendengarkan percakapan teman sebangku ini dengan dengusan remeh dan tawa tertahan yang masih dapat haechan dengar hingga membuat telinganya berdenging.

"kamu kenapa chan?"

"udah sana masuk kelas"

"i iya tapi ini kenapa???"

"masuk kelas jeno.. MASUKKKK"


Haechan menarik paksa temannya yang malang itu untuk segera masuk ke ruang kelasnya, ia tak mau teman sepermainannya itu mencerna situasi barusan yang akan membuatnya bersedih. Temannya itu hanya korban, ia tak tau apa apa tentang rumor murahan yang beredar. Dan dirinya sebagai teman pun tak ingin jeno membantah rumor rumor itu dengan cara yang memalukan.

Seperti memohon kepada renjun untuk menepis semua ucapan mulut kotor itu.

Bahwa jeno hanyalah pecundang yang sedang bermimpi memacari primadona sekolah.


Entah apa yang ada di otak dangkal milik renjun, yang dengan mudahnya menepis rangkulan jeno di depan khalayak ramai setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri pergumulan keduanya di kediaman jeno.

Dari apa yang semua ia lihat, mengapa renjun berlaku demikian?

Apakah primadona sekolah itu malu bersanding dengan temannya itu?

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now