Pantai

1.1K 147 20
                                    

Semenjak insiden permen karet minggu lalu, renjun seperti tak punya rasa letih dengan terus berkeliaran di benak jeno. Kehadirannya dirasa rasa tak pernah absen barang sehari pun, kecuali ketika jeno terlelap tidur tentu saja.

Sebenarnya tidak juga, sebelum tidur pun  memikirkan renjun seperti sudah menjadi rutinitas, yang jika tidak jeno lakukan seperti ada yang hampa... hatinya merasa kosong.

Jeno sebenarnya merasa tak keberatan dengan kemunculan renjun -yang kadang tiba tiba- hadir di benaknya, malah merasa bersyukur masih bisa menyimpan wajah ayu itu apik walau di memorinya saja.

Ia merasa baik baik saja, menurutnya selagi yang mengetahui kekaguman ia kepada renjun hanya dirinya dan hatinya ya tak masalah.



Sampai ia tersadar, bahwa ia dan renjun bisa saja secara kebetulan bertemu mengingat jarak tempat tinggal mereka yang dekat.

Ah, jeno tidak mempertimbangkan yang satu ini... Aduh bagaimana ya?



Ia belum siap jika harus berpapasan dengan renjun, bocah 12 tahun itu merasa takut tidak bisa mengontrol dirinya ketika mungkin bertemu dengan renjun.

Ia takut mengeluarkan gelagat aneh ketika bertemu si cantik. Bagaimana jika ia merasa sulit untuk mengontrol ekspresinya, kemudian bertingkah kikuk, lalu tergugu dalam pembicaraannya, kemudian renjun merasa dirinya aneh, curiga dan berakhir dengan renjun yang berspekulasi aneh..  Dan, dan bagaimana renjun ternyata berspekulasi bahwa jeno menyukai dirinya??



Oh tidak tidak! Tidak ada satupun yang boleh tau kecuali diri dan hatinya. Terutama renjun!!  Objek yang sedang dikaguminya tidak boleh tau tentang isi hatinya, ughhh memikirkannya saja membuat perutnya mulas.

Tapi mau bagaimana lagi ya, jantungnya otomatis berdegup kencang melihat renjun,

Mata itu...





















Hidungnya....






















Raut wajahnya...

Oh tidak jeno kembali membayangkan wajah ayu nan rupawan itu,  sebenarnya jeno tidak memungkiri perasaan senang jika ia diharuskan bertemu dengan bocah pendek itu, namun ia tidak mau repot repot bertingkah aneh di depan nya. Plis Tuhan jangan temukan jeno dengan renjun dalam waktu dekat



























Tapi disinilah ia sekarang, berada di tepi pantai yang sedang dipenuhi perahu perahu cantik -karena telah dihiasi berbagai pernak pernik- yang akan digunakan untuk prosesi terakhir tradisi di desa ini. Desa jeno tak jauh dari desa pesisir ini sehingga ia pun memang sudah biasa menghampiri pantai yang kini sedang ramai oleh orang orang yang sibuk membawa daging, buah,atau bunga untuk dilarungkan ke laut.

Suasana pantai yang sedang ditemani semilir angin diiringi bunyi gemerisik daun yang menenangkan hati, belum lagi bunyi deburan ombak dan bau khas laut di pagi hari yang menguar masuk ke rongga pernapasan jeno membuat ia menarik napasnya dalam dalam sambil memejamkan matanya sejenak, pikirannya kepada renjun sedikit teralihkan untuk sementara waktu hingga..




























"JENOOOOOOOO"

Belum sempat jeno menghela napasnya, ia mendengar suara orang yang tidak ingin ditemuinya saat ini.

Itu suara huang renjun, bocah itu sedang duduk di salah satu perahu yang telah dihiasi, tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah jeno.

Oh, gawat.. Seharusnya ia sudah memprediksi ini, pantai pasti akan ramai oleh warga desa sekitar dan renjun adalah salah satunya. Jeno belum siap untuk bertemu renjun dalam waktu dekat, kenapa ia harus mendengar suara yang serupa dengan orang yang ia hindari terhitung sejak 1 minggu terakhir ini?




MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now