Rahasia (3)

621 79 8
                                    

"jeno aaaaa~"

Jeno membuka mulutnya begitu renjun menyodorkan satu sendok olahan nasi ke depan mulutnya, membuat ia membuka mulutnya lebar lebar agar makanan tersebut ia lahap dengan baik, membuat kurcaci di sampingnya ini tersenyum senang hingga membuat pipi gembilnya tertarik. Pipinya pun mendapatkan kecupan dari bibir manis tersebut, membuat pemilik mata sabit itu menoleh dan ikut memberikan senyum gembiranya pada sang terkasih.

"makan yang banyak ya jenooo.. Biar gembul kaya sapi kamu"

"yaudah, harusnya kamu kasih aku makan rumput kalo gitu"

"ih kok rumput sih?"

"ya kamu nyama nyamain aku sama sapi"

"daripada aku sama samain sama babi wle"

"ish"

Hiruk pikuk perkotaan mereka dapati lagi setelah sekian lama. Lampu kemerahan atau kekuningan kendaraan yang berlalu lalang memantulkan cahayanya pada dua wajah remaja yang sedang kasmaran tersebut, senyum manis tak bosan bosannya menghiasi kedua anak adam yang terpaut usia dua tahun yang kini tengah tertawa lepas sebab yang lebih muda tak sengaja bersin hingga lendir di hidung bangirnya bergelantungan keluar dari rongga hidungnya.

"ih jorok banget"

"biarin, nih nih ingus aku mau??"

"dihh ogahhh.. Makanya jangan keseringan makan makanan pedes nanti ingusnya meler"

"bodoamat"

"IH JOROK BANGET JANGAN DILAP KE BAJU AKU"

Renjun hanya terkikik geli melihat jeno yang berusaha menyingkirkan lendir bening dari hidung kurcaci nakal yang sekarang tengah bertengger di lengan kaus baju bagian bawahnya.

"jeno, a lagi"

"hah?"

"nasi goreng kambing kamu belum abis, sini aku suapin"

"hm"

"aaaaaaa~"

Renjun mengulum senyumnya sembari menyembunyikan kembali potongan cabai merah di piring makanan milik jeno, menunggu reaksi pemuda tersebut sebelum ia berteriak kepedasan yang membuat ia tertawa di dalam hati. Bibirnya menggambarkan senyum licik begitu dahi lelaki di sebelahnya ini mengernyit sementara mulutnya berusaha mengeluarkan "ranjau"merah dari dalam mulutnya.

"kok pedes... kok pedes sih???"

"xixixixi"

"nasi goreng aku kamu masukin cabe ya??"

"hehehehehe"

"ahhh pedes banget ren, ini cabe rawit sebiji kamu masukin ke nasi aku"

"kunyah aja"

"gamau"

"nanti aku cium"

Dan bagai mantra, jeno pun langsung menyanggupi permintaan renjun yang kini tertawa puas kearahnya. Huft, tau saja kurcaci itu kelemahan dirinya.

Sementara renjun sedaritadi tengah memegang bungkusan berbentuk kubus di tangannya, dan begitu jeno berusaha untuk menghabiskan makanan yang ada di mulutnya ia pun membuka bungkusan tersebut dan memasukkan sesuatu berwarna merah muda ke dalam mulutnya, mengunyahnya sambil mengamati lelaki yang nampak amat tersiksa dengan wajah memerah menahan pedas. Huhu kasian sekali, namun kali ini ia pastikan hadiahnya akan setimpal.

"huhh hahh, udah hab-"

Renjun pun langsung mengeluarkan permen karet yang sudah berwarna pucat itu, menangkup rahang tirus milik jeno dan melumat bibir tipis yang menjadi candunya, berusaha membagi rasa manis dari permen karet yang ia kunyah barusan. Lidahnya yang menyapa lidah lawannya itupun bagai menerima ajakannya untuk berbagi rasa manis dari mulutnya, membuat renjun memejamkan matanya dan memperdalam sesapannya pada rongga mulut itu hingga ia harus memiringkan kepalanya untuk mendapatkan sesapan yang kian intim dari lawan mainnya.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum