Keruh

645 62 4
                                    

"ayo cepetan ke rumah, aku udah nungguin kamu daritadi"

"iya bentar lagi aku ke rumah kamu, aku masih di jalan. Ada urusan"





Renjun mengunci layar ponselnya hingga wajahnya yang cemberut itu terpantul dari benda pipih digenggamannya. Remaja di kelas awal sekolah menengah atas itu berdecak dan menoleh ke arah jam dinding di ruang keluarga rumahnya untuk keberapa kalinya di 15 menit terakhir hingga akhirnya sosok remaja bermata bundar yang sudah lama tak ia temui didapatinya berada di ambang pintu, membersihkan celana kain panjangnya yang basah serta poninya yang sedikit lepek berkat hujan yang tak kunjung berhenti setidaknya sejak sang ayah menyuruhnya -lagi lagi menjadi asisten reparasi, yang kali ini ditugaskan untuk memegangi kabel berarus itu membuat ia tak habis pikir dengan ayahnya yang suka sekali menaruh anak semata wayangnya ini di kegiatan beresiko.

Remaja berparas cantik itupun langsung mengembangkan senyumnya mempersilahkan karibnya untuk segera menduduki sofa berwarna putih tulang di ruang tengah rumahnya. Dan begitu sang karib berada di sampingnya ia langsung memeluk erat remaja manis itu sambil menggoyang goyangkan badannya. Mengucapkan semua yang ia rasakan setelah lama tak berjumpa dengan teman satu popoknya itu.

"felix.. Kita udah lama banget ga ketemuu, aku kangen banget sama kamu"

"aku juga kangen banget sama kamu ren"

Remaja dengan bintik matahari di wajahnya itu tersenyum lembut menatap sahabatnya yang memekik girang begitu melihatnya. Hatinya terenyuh ketika ia merasa bahwa kehadirannya memang ditunggu tunggu oleh sang sahabat, demikian itu ia merasa dihargai.


"padahal rumah kita depan depanan tapi kok kayanya jarang banget ya kita ketemu"

"iya.. Maaf ya gara gara aku kita jarang ketemuan"

"ngga kok, kamu butuh waktu. Aku tau, dan yang lainnya juga santai kok lix"


Renjun tersenyum dan memegang tangan itu lembut begitu sang sahabat melontarkan kata maaf yang seharusnya tak ia ucapkan, ia maupun teman lainnya tak merasa keberatan dengan absennya felix dalam pertemuan mereka. Ia, jeno, dan haechan mengerti bahwa hubungan yang berjalan selama 3 tahun yang temannya jalin dengan mantan kekasih tak mudah dilupakan begitu saja oleh sosok yang sedang menunduk ini.


"harusnya aku yang minta maaf. Begitu kamu lagi di keadaan terpuruk aku malah ga ada buat kamu"

"ngga kok ren, sama sekali ngga. Aku udah banyak ngerepotin kamu juga, hidup kamu bukan tentang aku aja, kamu punya kehidupan yang lainnya"

"eiii jangan ngomong gitu, kamu bagian dari hidup aku juga. Kalo ga ada kamu aku bingung mau nyeritain siapa ke anak aku nanti hehehe"


Keduanya terkekeh bersama sebelum pada akhirnya keheningan menguasai udara sejuk sehabis hujan di rumah itu, menciptakan suasana yang damai namun juga hangat berkat kebersamaan dua teman karib ini. Namun sebelum renjun kembali membuka mulutnya sang ayah datang dengan membawa peralatan reparasi ke hadapan remaja tanggung itu, menggaruk kepalanya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan seperti sedang mencari sesuatu.

"kamu liat obeng bapak ngga?"


Renjun menggeleng menatap ayahnya tak mengerti lalu menatap felix begitu temannya berbisik ke arahnya.

"itu yang dipegang om jaehyun bukannya obeng ya?"

"bukannya itu baut?"

"hah? Baut kan yang kecil kecil itu bukan sih?"

"baut itu temennya obeng kan?"

"iya"

"obeng itu bukannya tang ya?"

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang