Kembang Desa (2)

3.2K 328 29
                                    

"ah iya, terimakasih bu.. Gausah repot repot atuh harusnya"

"ah kamu mah, yang namanya tamu ya harus disuguhi jamuan.. Pamali kalo dibiarin gitu aja, buang buang rejeki haha"

"oh iya, mari bu.. Saya minum ini tehnya"

"ya sok diminum, jangan minta izin sama ibu... Lagian jangan kaku kaku ah sama ibu, bukannya yang kenal sehari dua hari ini kita"

"oh iya bu, maaf hehe"

























Renjun berjalan dengan raut wajah yang datar, terlihat dingin serta kaku. Ada kilatan emosi di matanya yang memandang lurus jalanan dan memilih abai dengan orang orang yang samar samar ia dengar tengah menyapanya. Dirinya mendengus kecil sembari menaikkan sedikit sudut bibirnya.

Ingatan remaja kelas 2 SMA itu kembali di kejadian tadi, ah.. Melihat wajah yang juga sering dipuji selain dirinya itu membuatnya muak setengah mati. Walaupun ia tau secara harfiah orang itu tidak bersalah, namun ia berhak tersulut amarahnya ketika melihat wajah itu.

Wajah teman kecilnya sedari mereka menduduki sekolah dasar, tengah melemparkan tatapan tidak menyenangkan ke arah dirinya.

Masih jelas di ingatannya, ketika jeno memotong perkataannya tadi ia sempat mengedarkan pandangannya ke arah sekitar dan mendapati felix menatap remeh dirinya dan memalingkan muka begitu ia menatap balik orang yang menjabat sebagai karibnya selama 10 tahun itu.

Tapi, sebenarnya buat apa ia harus marah dengan ekspresi sahabatnya itu?

Terus, mengapa pula ia uring uringan dengan jawaban jeno tadi?

Apakah ia menyukai jeno?







Iya, tapi tidak. Entah kapan juga ia mulai menyukai teman kecilnya itu. Bisa jadi karena hatinya yang mungkin sedikit terketuk oleh lelaki yang memiliki sikap perhatian dan mudah mengalah itu. Tapi otak nya menolak keras lelaki kaku dan tidak berhati itu, tidak.. sebenarnya organ itu tengah melakukan penyangkalan untuk menolak pesona lelaki yang menjadi temannya selama 7 tahun itu.

Yah, tapi yang jelas ia tidak butuh lee jeno menyebalkan itu. Lagian ia kembang desa, siapapun bisa ia dapatkan hanya dengan sekali tunjuk saja, termasuk jeno harusnya.

Ah, tidak usah dipikirkan. Dirumah sudah ada anak kepala desa merangkap juragan beras yang sedang menunggunya, jadi yang ia lakukan adalah memamerkannya ke jeno mungkin?

Kenapa jeno lagi?

Bukan begitu, dia hanya ingin balas dendam kepada jeno yang berani beraninya menolak pesona seorang kembang desa tersohor ini. Awas saja kalau nanti tiba tiba si mata segaris jatuh kepada pesonanya, sudah pasti akan ia campakkan.

Lagian, siapa suruh abai dengan paras cantik miliknya?


Jadi, demi membalaskan "dendam" nya, ia langsung mengubah ekspresinya, mengatur sedemikian rupa dengan berlatih membuat senyuman manis di tiga langkah sebelum memasuki rumah dan mendapati lelaki sebaya jeno yang menoleh ke arahnya, lalu menatapnya penuh damba.

Ah, ia senang sekali dengan tatapan itu, nampak konyol namun membuat dirinya merasa dipuja. Maka, ia tersenyum kembali -yang kali ini sedikit ikhlas- hingga membuat lengkungan manis di matanya.


"oh, ada kak jaemin rupanya" apa apaan itu, dirinya memanggil jeno saja hanya dengan nama tanpa embel embel apapun, enak sekali laki laki ini mendapatkan perlakuan spesial dari dirinya. Tapi.. tak apa, lagipula na jaemin ini merupakan anak tunggal kaya raya.

"ren, kamu abis darimana? Kok aku chat tadi ga dibales?"

"oh, kuotaku habis tadi di jalan.. Jadi gabisa bales chat kakak deh hehe" alibi renjun kepada jaemin.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu