Sehari Tanpa Jisung (3)

1.5K 123 5
                                    

Begitu mendengar suara guyuran air dari dalam kamar mandi renjun tersadar dengan keadaan nya sekarang yang bisa dikatakan hampir sepenuhnya telanjang, dengan bajunya yang masih tersangkut di pinggang rampingnya ia langsung melepas keseluruhan bajunya itu untuk menyeka sisa sisa sperma suaminya yang masih mengalir di lubangnya hingga paha dalamnya.

Kemudian dalam keadaan telanjang ia beranjak menuju dapur, melemparkan baju kotornya itu ke keranjang cuciannya dan segera mengambil kain mandinya, membebat kain itu hingga bagian dadanya. Tak lama kemudian ia tersadar bahwa perutnya belum terisi semenjak semalam dan memutuskan membuat makanan instan ketika jam menunjukkan pukul setengah dua siang.

"masak apa?"

"mi"

"berapa?"

"dua"

"nah bagus, nanti aku minta ya"

"hmm"

Renjun memang sengaja memasak dua bungkus mie instan karena ia sudah tau pasti bahwa suaminya itu akan merecoki dirinya, terlebih pemilik mata sipit itu juga belum mengisi perutnya dari semalam.

Dan tak selang beberapa lama, jeno segera kembali ke dapur setelah ia menuju ke kamar tidur mereka untuk berganti pakaian terlebih dahulu. Begitu memasuki area dapur, netranya mendapati sang istri yang sedang berkacak pinggang sembari mengaduk aduk mie instan yang kelihatannya sudah matang itu, lalu meniriskannya dan menaruhnya di satu piring beserta bumbu bumbunya.

"sumpah deh aku laper banget dari semalem belom makan"

Jeno langsung mendekati renjun begitu masakan istrinya itu siap untuk di makan. Ia berdiri di belakang renjun sambil membuka mulutnya mengisyaratkan bahwa ia meminta sang istri untuk memasukkan mie instan yang masih mengepul itu dalam mulutnya.

"sabar ih, gasabaran banget. Masih panas"

"gapapa, akk... Haduh hanash"

"udah dibilang panas"

"nasi nasi nasi, aku butuh nasi"

"nasinya nasi kemaren tapi mas, udah ga enak kayanya"

"gapapa, biar kenyang. Laper banget aku soalnya"

Renjun sibuk menyuapi bayi besarnya bergantian dengan dirinya, dengan menghadap ke arah suaminya yang barusan berada di belakangnya ia menyendokkan mi goreng tersebut yang langsung dilahap oleh jeno.

"berghh, akhirnya kenyang juga hehe"

Setelah semangkuk mi instan itu tandas, ia langsung berbagi air mineral yang barusan diambil oleh suaminya di dispenser yang terletak di belakang tubuh sang suami. Setelah masalah perut keduanya telah teratasi, renjun baru tersadar dengan penampilan suaminya itu yang terlihat seperti anaknya, dengan rambut basah yang bulir airnya masih menetes beberapa di pelipisnya. Nampaknya suaminya itu semangat sekali mengisi perutnya sampai sampai tak memiliki banyak waktu untuk mengeringkan rambutnya dengan sempurna.
Dengan demikian ia langsung menyeka wajah sang suami menggunakan tangannya, mengusap bulir air itu yang menetes hingga ke leher jeno.

"orang tuh dilap dulu yang bener rambutnya, mukanya. Kaya jisung aja selesai mandi ga andukan"

"andukin"

"ya ambil anduknya, bawa sini"

Jeno langsung mengambil handuk yang tak jauh dari tempatnya berdiri, sekaligus menarik kursi plastik yang memang selalu berada di dapur untuk dirinya duduk lalu segera memberikan handuk yang dimaksud pada sang istri.

"haiii adik jisung"

"heh orang belom jadi"

Jeno duduk menghadap perut renjun yang sedang menyeka rambutnya itu. Dengan main main ia berbicara dengan perut istrinya itu sambil mengusap usapnya, memberi gestur seperti ada kehidupan di dalam perut istrinya.

"kira kira kalo jisung punya adek mukanya mirip siapa ya?"

"mirip aku lah, masa mirip kamu terus"

"dih sewot, baguslah jisung mirip aku. Tinggi, ga kaya kamu cebol-AWW"

"aku sampe bingung jisung itu anak kamu doang apa gimana. Perasaan bikinnya bareng tapi dari badan sampe sifatnya plek ketiplek kamu"

Jeno hanya diam sambil mendengarkan celotehan istrinya itu, sambil melingkarkan lengan kekarnya pada perut sang istri, ia sibuk menikmati pijatan pijatan lembut di kepalanya yang diberikan oleh tangan lentik istrinya.

"kalo aku sih sebenernya gapapa jisung niru kamu dari segi apapun, tapi jangan ambekannya juga diembat. Liat kamu ngambek aja aku kuwalahan apalagi dua duanya lagi begitu. Hiii, ampun deh"

"emang kalo aku ngambek gimana sih ren?"

"kamu tuh kalo ngambek bener bener gamau ngomong. Kan aku gatau salahnya aku dimana, aku tau kamu diem itu biar aku introspeksi diri, tapi ya kalo disuruh introspeksi mulu ya aku pusing lah. Salah aku tuh apa, aku gatau"

Percakapan seperti inilah yang sering dibangun keduanya. Lewat momen kebersamaan mereka, sekecil apapun selalu saja ada unek unek yang diutarakan oleh salah satu mereka. Keduanya sepakat untuk tidak membantah pendapat satu sama lain, jika dirasa itu masukan dan membuat ikatan mereka menjadi lebih kuat, mereka bersedia untuk memperbaiki itu.

Jeno hanya diam mendengarkan keluh kesah pasangan hidupnya, membiarkan renjun mengeluarkan unek uneknya yang baru tersampaikan saat ini.

"maaf ya sayang kalo diemnya aku buat kamu bingung. Aku sebenernya diem itu karena aku lagi nunggu emosi aku reda, soalnya aku takut ngomong yang macem macem sama kamu. Aku gamau kamu sakit hati karena omongan aku, jadi aku diem sementara buat nenangin diri dulu"

Jeno membawa renjun ke pangkuannya, dan menemukan mata rubah milik istrinya itu berkaca kaca. Ia pun langsung memeluk sang istri erat erat, mengusap usap pundak ringkih itu sembari mengucapkan kalimat penenang.

"udah ah, kok jadi nangis gini sih. Mending kita lanjutin bikinin jisung adek"

Dan ya, jeno segera mengangkat renjun ke ruang depan untuk melanjutkan kegiatan yang entah keberapa kalinya mereka lakukan di hari ini.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now