Jengah (2)

388 36 28
                                    

"Ternyata getol banget kamu ya deketin anak saya. Sampe malem malem aja kamu culik dia, kamu balikin diem diem. Gatau sopan santun banget jadi orang"

"...."

"Inget ya. Mau kamu bawa kabur renjun ke kutub utara sana aja saya ga akan restuin kamu"

"...."

"Sampe kuburan saya isinya kain kafan doang juga saya ga akan kasih restu ke kamu. Paham kamu?"

Renjun hanya diam dengan raut datarnya, membiarkan jeno mendapatkan cecaran dari ibunya sedangkan ia berlalu meninggalkan suasana tegang itu untuk segera memasuki rumahnya. Biarlah lelaki itu mendapatkan getahnya kali ini. Ia juga sudah tak memiliki pembelaan apapun lagi untuk dimuntahkan kepada ibunya, biarlah lelaki itu menanggung semua sumpah serapah ibunya. Ia tak peduli, seperti lelaki itu yang tidak mempedulikan perasaan diabaikannya.

Mata suntuknya merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya yang bergetar, dan tersenyum setelahnya begitu mengingat betapa tak sabarannya sosok itu menunggu responnya yang tak kunjung ia berikan, sebab perjalanan pulangnya yang memakan waktu setengah jam lamanya sementara memeriksa ponselnya saat berkendara adalah ide yang buruk.

"Iya kak, kenapa?"

"Kok lama banget bales chatnya, kamu kemana?"

"Temenin bapak beli gas. Gas di rumah abis"

"Ohh... Kirain kamu kenapa. Besok kamu ada waktu luang?"

"Buat kamu banyak kak. Kalo bisa seumur hidup pun bakal kukasih"

Kekehan di seberang sana membuat senyum itu ikut terkembang hingga pipi gembilnya membulat merah. Ah, mendengar kekehan itu saja berasa surga baginya. Terasa renyah dan menyejukkan di saat bersamaan. Ia jadi teringat wajah tampannya yang pasti dihiasi matanya yang menyabit indah serta deretan gigi putihnya yang rapih ketika tertawa.










































"Hayooo... Kemarin katanya mau nyelesain puzzlenya, kok belum selesai selesai? Tinggal dikit lagi lho"

"Ihh susah tau kak. Kecil kecil banget puzzlenya, males aku maininnya"

"Padahal itu bisa bikin stress hilang lho. Kamu agak mendingan kan sekarang?"

"Hm, mendingan. Karena kakak disini"

Ruang kendaraan beroda empat milik lelaki tampan ini dipenuhi oleh gelak tawa keduanya. Renjun pun tak dapat menahan perasaan senang yang membuncah di dadanya ketika lelaki itu mencium pelipisnya lembut, membuat ia menoleh ke arah paras sempurna itu untuk melihat ekspresi seperti apa yang lelaki ini berikan kepadanya yang waktu itu ia campakkan.

"Maaf kemarin aku tiba tiba minta break sama kakak"

"Iya gapapa. Kamu pasti butuh waktu"

"Aku labil banget ya kak?"

"Ngga kok. Masa SMA itu, emang masa peralihan paling krusial. Kamu pasti bingung mau memutuskan jadi orang dewasa seutuhnya apa masih pengen seneng seneng kaya pra remaja pada umumnya"

"Hmm.. makasih pengertiannya"

"Anytime sayang"

Hening menyapa keduanya yang tengah sibuk dengan pikirannya masing masing. Mobil yang mereka tumpangi ini sama sekali belum bergerak, keduanya belum menentukan akan kemana mereka menghabiskan waktu berdua. Renjun mengarahkan pandangannya pada jendela mobil itu, memperhatikan hiruk pikuk manusia yang sibuk mengejar tujuan masing masing. Namun setelahnya ia menoleh ketika suara maskulin itu masuk ke gendang telinganya.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang