Spekulasi (2)

449 64 3
                                    

Jaehyun mematikan lampu kamarnya lalu menggantinya dengan cahaya kuning lampu tidur kamarnya setelah ia memastikan sang istri telah tenggelam dalam mimpinya. Pria paruh baya itu mengecup lembut dahi sang belahan jiwa lalu mengusap rambutnya lembut sembari berbisik di telinga itu, betapa ia mencintai ibu dari anaknya tersebut.

Setelahnya ia keluar untuk memenuhi jadwal menonton pertandingan bola -di televisinya. Jam masih menunjukkan pukul 11 malam yang artinya butuh waktu setidaknya dua jam lagi sebelum ia harus betah mendudukkan pantatnya pada sofa putih tulang sekurang kurangnya selama 90 menit kedepan.

Dan mata suntuknya ternyata menemui sang anak tengah duduk bersila sambil memakan kudapan buatan istrinya, memusatkan netranya pada televisi yang nyaris tak bersuara itu. Mata rubahnya menatap lurus layar pipih itu tanpa ekspresi yang berarti, meskipun sayup sayup suara tawa terdengar dari layar tersebut namun sang anak tetap pada ekspresi murungnya.



"Belum tidur nak?"

"Belum"

"Kenapa?"

"Ga bisa tidur"

"Ga bisa tidur kenapa?"

"Gatau"




Jawaban singkat sang anak dan raut wajahnya yang kian kecut itu membuat dirinya mengerutkan dahi, sekaligus bertanya tanya apakah ia memiliki kesalahan dengan sang anak hingga ia bersikap seperti ini? Maksudnya, nada tak enak yang keluar dari mulut itu membuat kupingnya berdenging tak suka. Ia tak suka jika anaknya berbicara ketus padanya, namun yang pasti sebagai ayah yang bijak ia harus menanyakan hal ini kepada anaknya -sebagai tambahan, dengan nada lembut.


"Kenapa nak?"

"....."

"Anak bapak kenapa sih? Kok ditanyain bapak jawabnya gitu?"




Dan jaehyun terkejut bukan main ketika sang anak menolehkan wajah mendungnya padanya, lengkap dengan mata memerah dan air mata yang dibendungnya sedaritadi. Ia pun langsung memeluk sang anak begitu isak tangis terdengar dari sosok anak manisnya itu. Hatinya langsung tak tenang mendengar sedu sedan tangis yang mendayu itu.


Siapa yang berani beraninya membuat anak manisnya menangis seperti ini?





"Renjun, kenapa nak? Cerita sama bapak, jangan nangis gini"

"Hiks hiks.... Huhuhuhu"

"Anak bapak kenapa hm? Ada yang usilin kamu ya? Yang mana orangnya? Bapak kenal ga?"

"Felix.... Huhuhu, aku ga mau temenan sama felix lagi"




Oh, benar juga. Kurang lebih sudah sebulan ini ia tak menjumpai sang anak bercengkerama dengan anak tetangganya itu. Sudah lama ia tak melihat kembaran anaknya yang sudah menganggap kediamannya adalah rumah kedua baginya barang sekedar menginap di rumahnya. Dan jika anak tetangganya -lebih tepatnya teman dekat sang anak yang membuat ulah sepertinya ia tak bisa membuat perhitungan  begitu saja. Bisa bisa ia habis duluan di tangan ibu felix begitu saja tanpa perlawanan.




"Emang felix kenapa nak? Dia ngapain kamu?"

"Aku benci banget sama dia. Aku jadi benci pernah temenan sama dia hiks....hiks. Kenapa aku harus temenan sama dia sih???"




Jaehyun hanya bisa mengusap usap surai lembut sang anak. Nalarnya berkata pertikaian seperti ini memang sering terjadi dengan remaja puber beranjak dewasa seperti anaknya. Mungkin ini hanya kekesalannya sesaat dengan sang karib, tak mungkin keretakan pertemanan mereka ini berlarut hingga berminggu minggu lamanya.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum