Risalah Hati

892 109 16
                                    

"tumben kamu pake baju kaya gini?"

"hm? Iya... Kata felix baju aku terlalu gombrang, makanya aku ganti yang lebih ngepas aja sama badan hehe"

"nah gitu dong, gini kan cakep. Jangan pake baju gombrang kaya orang orangan sawah. Btw, rambut kamu juga bagus"

"makasih"

Tanpa sadar mata rusa milik seseorang itu tengah menyimak percakapan sosok tersebut sedaritadi, dengan tatapan sendunya ia tengah menatap kedua temannya yang sedang asyik bercengkerama. Remaja itu sesekali menarik sedikit otot pipinya untuk sekedar memberikan respon atas ucapan yang dilontarkan kepadanya itu.

Iya, tersenyum palsu adalah pilihannya saat ini.

Bagaimana tidak, sarannya beberapa hari yang lalu langsung diterapkan oleh pria bermata sabit itu, seakan akan memperjelas spekulasinya waktu itu.

Lidahnya begitu kelu dan dadanya terasa sesak ketika pemilik wajah yang dipuja itu terlihat sangat sumringah begitu sang lawan bicara memberikan kalimat pujian kepadanya. Lelaki yang disukainya itu tengah memberikan tatapan semanis madu lewat mata segarisnya itu untuk merespon sahabatnya. Semakin ia menunjukkan raut ceria untuk menegaskan bahwa ia menyukai kalimat pujian itu semakin hatinya terasa remuk, membuat ia tak sanggup mengucapkan satu patah kata pun selain senyum sendunya.


"ayo lix, beli bakso di tempat biasa. Yang aku bilang deket rumah jeno itu"

"hmm"

"kamu beneran ga ikut jen?"

"iya, bapak nyuruh nemenin ke pasar beli pakan ayam. Kalo aku pergi bakalan ga keburu"

"hmm, okedeh. Ayo lix"











"halo?"

Baik renjun dan jeno menoleh ke arah felix yang sedang menempalkan smartphone nya ke telinga, tengah menjawab panggilan di seberang sana. Dua pasang mata remaja itu kini tertuju seutuhnya kepada felix yang tengah menunjukkan raut wajah yang sedikit canggung.

"kayanya aku ga bisa deh kak, mau nemenin renjun"

Sambungan telefon terputus secara sepihak membuat felix menatap layar hitam yang memantulkan wajah muramnya. Namun tak beberapa lama dari matanya yang terpaku di benda pipih itu, rungunya menangkap suara bising motor
















"renjun lagi?"

Yang ternyata dari kekasihnya.

"kenapa akhir akhir ini kamu sibuk banget sih, sesusah itu ya nemenin pacar kamu?"

"a.. Itu kak"

"kenapa? Karena kamu lebih meduliin temen kamu?"

















"biasa aja bisa ga sih ngomongnya. Ga liat felix ga nyaman gitu?"

Hyunjin menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Pandangan datar dari pemuda berambut legam dan bermata sipit itu didapatinya dari sudut matanya. Kaki jenjangnya memutuskan untuk turun dari sepeda motor itu. Penuh dengan tatapan mengintimidasi netranya tertuju pada pemuda yang memiliki tinggi badan tak jauh dari miliknya. Ia sudah cukup muak dengan teman teman kekasihnya yang terlalu menyita perhatian remaja manis itu.

Pemuda itu terlihat sangat ingin menantang dirinya, tampak berdiri tegap tak bergeming seinchi pun dari posisinya. Begitu ia berjarak setidaknya satu meter dengan salah satu teman pacarnya ini, tangannya gatal untuk segera memberi pelajaran pada wajah yang tak segan menatap dirinya nyalang itu.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now