Hari Celaka Felix

497 71 1
                                    

"gila banget yah dia tuh, ga ada otak"

"makanya.. Untung aja kamu ga jadi pacaran sama dia kemarin"

"iya, untung kamu kasih tau"

"halah.. Aku kasih tau aja waktu itu kamu gamau denger, untung aja beneran ga jadi"

"ya gimana yaa. Kan aku juga pengen pacaran"

Renjun menghela napas jenuh begitu ia memikirkan kisah percintaannya yang seperti tak memiliki harapan. Ia kini bukanlah lagi bocah sekolah menengah, melainkan anak remaja yang akan beranjak dewasa. Pekan depan ia sudah boleh memakai seragam putih abu abunya dan menjalani peliknya hidup remaja setengah dewasanya.

Netra rubah itu menatap jauh jendela kamarnya yang menampilkan langit biru beserta angin siang yang menerpa wajah cantik itu. Kepalanya sibuk memikirkan masa depan seperti apa yang akan ia hadapi nanti sementara hidupnya saat ini sangatlah tidak berwarna, dibilang biasa biasa pun tidak juga. Ia masih memiliki teman teman yang selalu membagi tawa dan sedihnya kepada dirinya. Setidaknya hati kecilnya mensyukuri itu.

"kenapa? Kamu pengen banget ya pacaran?"

Pertanyaan familiar itu membuat dirinya menoleh ke sosok kalem yang sedang berusaha membuka kardus dengan plastik hitam melingkupinya, yang ia yakini sebagai paket dari aplikasi daring yang selalu tersesat di rumahnya -salah alamat. Dirinya menatap jengah temannya yang sedang sibuk dengan gunting di tangannya itu, sesusah itukah kardus paket itu terbuka dengan sempurna?

"sini! Susah banget sih buka gituan doang"

Dirinya yang hanya memiliki ambang kesabaran di bawah rata rata ini merampas kotak entah berisi apa itu dari tangan felix. Dengan gunting yang ia raih dengan tak sabaran itu mulutnya menggerutu sebal sebab bunyi plastik hitam yang dihasilkan itu sangatlah mengganggu khidmatnya ia dalam meratapi hidup.

"oh... Kamera disposable"

Felix mengambil kamera itu dari tangan renjun. Ia pikir ini adalah paket yang ia beli beberapa hari yang lalu, namun setelah ia mengetahui isinya bibirnya menyunggingkan senyuman sebab sepertinya ia tau mengapa benda ini bisa berada di genggamannya. Matanya mendadak berkaca kaca sebab ia tak pernah meminta benda ini kepada seseorang di masa lalunya. Benar, di masa lalunya sebab kini sudah berjalan selama 5 hari sejak ia memutuskan hubungan dengan kekasihnya, tepatnya teman temannya yang meminta hal tersebut dibawah ancaman mereka.

Sementara renjun di depannya itu menatap ia dengan pandangan yang tak dimengerti oleh temannya itu. Ia tak memberikan eskpresi yang berarti kepada felix yang sedang tersenyum sendu itu. Ah, itulah mengapa ia tak begitu setuju dengan keputusan jeno untuk sesuatu yang menurutnya bukan haknya untuk melarang. Pun sebenarnya terbesit rasa iri dengan sosok bermata bundar di depannya ini karena menerima banyak kasih dari seseorang, sedangkan ia disini merana -tengah meratapi hatinya yang ingin terisi. Entah apa arti penyiksaan ini, ia seperti sedang menjalani karma dari seseorang sekarang.

"udah, jangan senyum senyum! Ntar kesambet setan"

"kenapa sih.. Kan cuma senyum doang"

"gaboleh! aku lagi sedih. Kamu harus ikut ngerasain kesedihan aku karena udah ngelarang larang aku pacaran sama kak sunghoon!"

Felix mendengus jengah menatap temannya yang sedang berapi api itu. Lihatlah temannya yang sangat labil ini, tadi mulut itu mengatakan bahwa ia beruntung tak memiliki kekasih seperti nama yang ia sebutkan barusan namun juga ia menyuarakan keberatannya dengan lantang kepada dirinya karena telah melarang dirinya memiliki kekasih.

"ya kamu kalo mau pacaran mah boleh boleh aja. Tapi jangan sama dia"

"tapikan dia cakep"

"makan cakepnya doang kamu"

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now