Bertemu Nenek

421 38 36
                                    

"KAK CHENLEEEE"

"ADEKKKKK"

Jisung langsung menghambur ke arah karibnya itu ketika mata sipitnya melihat sosok bocah dengan kulit seputih susu berdiri di ambang pintu rumah sang nenek. Rasanya sudah lama sekali ia tak melihat teman jarak jauhnya itu. Dua minggu lamanya membuat ia selalu menanyakan keberadaan karibnya itu kepada sang ayah. Teman sepermainannya itu pun langsung memeluknya ketika ia tepat berada di depan hadapan kak chenlenya yang manis itu.

"ih adek kok lama banget. Aku udah nungguin loh daritadi"

"gatau bapak lama banget naik motornya"

"halah orang kamu yang minta mampir ke spbu dulu buat pipis. Ngajak kamu tuh dikit dikit minum dikit dikit pipis. Pusing bapak"

"ish, kan aku disuruh ibu minum air putih yang banyak"

Jeno hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan berlalu begitu saja tanpa menghiraukan kedua bocah beda dua tahun yang tengah berpelukan melepas rindu itu. Matanya memindai rumah yang telah membesarkannya itu dengan lamat, berusaha mencari sang ibu yang biasanya tengah menonton variety show di siang yang cukup panas ini. Namun alih alih menemukan sosok sang ibu, justru sosok felix yang ia temui ketika teman lamanya itu menyibak tirai dapur rumahnya dengan secangkir teh di tangannya.

"oh lix, ibu mana?"

Tak ada jawaban dari bibir penuh itu melainkan mata bulatnya yang fokus pada secangkir teh panas di tangannya sembari berjalan ke arah salah satu kamar disana -kamar orangtuanya. Dan benar saja, di sana terdapat sosok sang ibu yang tengah berbaring dengan sebuah smartphone di tangannya. Oh, pantas saja ibunya ini nampak tak menyadari kehadirannya dengan sang cucu, earphone yang tersumpal di telinganya itu pastilah membuat sang ibu mendadak tuli sementara waktu. Jeno hanya bisa menghela napas dibuatnya.

"bu..."

"...."

"buUUuuUUuu"

"oh jeno. Ada apa?"

"ada apa apanya? Orang anaknya main ke rumah kok ditanya ada apa"

"sssst diem. Ibu lagi nonton drama turki. Kamu jangan berisik. Oh iya, makasih ya lix"

"iya bu"

Jeno hanya berdecak jengkel dan segera beranjak dari kamar beraroma minyak urut itu lengkap dengan felix yang mengekorinya. Ia pun mendaratkan pantatnya pada salah satu sofa berwarna coklat tua di ruang televisi itu, sementara tubuh felix kembali tertelan tirai abu dapurnya dan kembali setelah melakukan sesuatu di sana yang terdengar seperti kegiatan masak memasak.

"ibu kenapa?"

"ngga kenapa napa. Ngeluh pusing dikit ibumu tadi makanya aku bikinin teh"

"main hp terus kerjaannya. Apa ga pusing dia"

"biarin lah jen. Hiburan orang tua apalagi kalo bukan hp"

"hmmm"

"...."

"gimana? Kamu masih ngidam ngelus kepala upin ipin?"

"gatau... Aku masih kepo aja"

"kepo kenapa sih?"

"yah kok bisa anak seumuran mereka kepalanya botak licin gitu"

"...."

"padahal temen temennya pada normal normal aja. Rambutnya bagus bagus aja. Apa mereka stunting ya bisa ga ada rambut begitu?"

Jeno mengulum tawanya ketika temannya itu nampak begitu sedih dengan mata kosong menerawang lengkap dengan kilau air mata menghuni pelupuk mata bulatnya. Pikirannya kembali mengingat betapa cemas chenle -anak temannya itu ketika mulut kecilnya berkicau tentang ibunya yang selalu menangis sambil memeluk dirinya ketika menonton serial kartun anak anak tersebut.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن