Razia

577 82 24
                                    

Hewoww guys, orenmaniyaaa~






"jen! Jangan ngebut ngebut helm aku nanti lepas!"

"hah???!"

"jangan ngebut ngebuuuut! Anginnya kencenggg!! Helm aku kedodorannnn"

"IYA INI BENTAR LAGI LAMPU MERAH!!!"

"BUDEGGGGG!"


Yang lebih kecil mendengus kesal dan meremat jaket sosok didepannya kali ini lebih kencang, sedangkan yang tua tetap awas pada jalanan luas perkotaan dan sesekali mewanti wanti kurcaci itu untuk berpegangan lebih erat, takut terbang katanya, dan tepukan keras yang mendorong kepalanya pada helm abu tua itu balasannya. Kini kedua anak adam itu tengah menghirup hiruk pikuk udara perkotaan. Berkat kurcaci yang duduk di boncengan itu -yang merengek rengek- ingin merasakan suasana malam yang didesaki gemerlap lampu dari berbagai penjuru itu mereka menyisir jalanan luas di minggu malam ini entah untuk apa.

Iya, entah untuk apa karena jelas mereka tak memiliki kepentingan apapun untuk berkeliaran di tengah tengah bisingnya suara kendaraan di situ, karena tepat pukul setengah delapan malam tadi renjun menghubungi jeno untuk segera menjemputnya di persimpangan lorong rumahnya dengan suara yang seperti sedang diburu penagih hutang, dan tanpa banyak bicara pun ia langsung membawa kuda besinya menghampiri renjun.

Dengan angin malam yang menerpa wajah bagian bawahnya ia harus membagi fokus berkendaranya dengan celotehan tidak jelas renjun di belakangnya. Sesekali ia hanya membalas alakadarnya yang tak jarang justru disambut dengan nada tinggi dari suara cempreng itu. Ia pun tak tau ada apa dengan anak itu hingga lampu merah ketiga mereka berhenti tepat di perempatan jalan pusat kota, ia mengambil kesempatan untuk mendengarkan suara renjun kali ini dengan lebih jelas.

"kita mau kemana sih ren??"

"alun alun aja kali ya?"

"ngapain?"

"ya gatau"

Jeno mendengus jengah dan kembali memusatkan pandangannya pada jalanan. Sejauh mata memandang ia hanya akan melihat motor dan mobil berkeliaran di jalan raya ini, sangat membosankan. Ia pun mendongakkan kepalanya beberapa detik hanya untuk sekedar melihat pemandangan lain dari langit kelam malam itu dan kembali memakukan pandangannya ke depan hanya untuk melihat petugas lalulintas dengan rompi neonnya yang mencolok dari kejauhan dan membuat ia mengalihkan pandangannya pada papan dengan angka merah disana. Hah, bahkan melihat papan detik di lampu merah saja sudah sangat menjemukan.

56...

55...

54...

53...

52...

Ia kembali menelisik mata sipitnya pada jalanan di depannya, kini giliran sisi kiri jalan raya memperbolehkan kendaraan di sana untuk melaju sedangkan untuk sisi jalannya membutuhkan setidaknya setengah menit lagi untuk diperbolehkan melaju, ia pun memeriksa renjun dari spionnya untuk melihat apa yang sedang dilakukan kurcaci itu alih alih untuk membunuh waktunya. Namun ketika ia menolehkan wajahnya pada renjun yang ternyata hendak memulai pembicaraan dengannya itupun membuat ia mempersilahkan renjun untuk berbicara terlebih dahulu.

"jen, polisi"

"yaudah"

"gatau aku ada perasaan ga enak deh liat polisi"

"ya emang gitu sih ren"

"jen"

"apalagi??"

"jen ayo serius mikir kenapa aku parno kali ini liat polisi"

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang