Penyangkalan

704 105 0
                                    

"hayolo renn, gimana tuh jeno ngambek kan jadinya"

"ya ga gimana gimana, aku juga gatau harus gimana"

"ya lagian kamu sih ngomongnya gitu banget. Kalo aku jadi jeno juga ya bakal kesinggung lah ren"



Renjun kini sedang sibuk duduk di pelataran rumah salah satu tetangganya, jihan. Tepat pukul 2 siang di panas yang terik ini renjun memutuskan untuk bertandang ke salah satu rumah teman sebayanya. Mengaku tidak bisa tidur siang lah alasannya agar remaja bersuara cempreng itu mau membukakan pintu untuk dirinya. Dan disinilah mereka berdua sekarang, di pelataran rumah jihan dengan duduk di lantai terasnya yang dingin ditemani oleh beberapa kudapan dan minuman dingin sebagai jamuan "rumpi" kali ini.

Bukan tanpa alasan sebenarnya ia mendatangi salah satu teman dekatnya ini. Itu karena insiden tempo lalu yang menimpa dirinya dengan jeno, tidak menurutnya ini hanyalah sebuah kesalah pahaman saja. Namun, sepertinya teman sipitnya itu benar benar tersinggung hingga memilih bungkam setidaknya dalam satu minggu ini hingga menghiraukan renjun yang saat ini dalam keadaan gundah gulana.

"bisa ga sih gausah nyalahin aku terus. Aku kesini bukan buat disalah salahin jiii"

"ya gimana orang kamu yang salah. Jeno kan nonjok kak hyunjin juga karena gasuka liat felix mengkeret kaya gitu, bukan asal tonjok aja"

"iyadeh aku salah. Tapi kenapa harus bela belain sampe main fisik gitu sih, kan bisa ngomong aja gitu maksudnya"

"emangnya kalo temen kamu digituin kamu bakal diem aja ren?"

"ya emang aku bisa ngapain kak hyunjin yang jelas jelas jauh lebih kuat daripada aku coba?"

"yaitu makanya si jeno yang maju, kenapa kamu malah ngeributin dia. Jeno tuh tau cara bertindak"

"cara bertindak? Maksud kamu nonjok orang itu cara tepat untuk bertindak?"

Entah mengapa kini atmosfer diantara keduanya sedikit memanas, baik renjun dan jihan menunjukkan raut wajah yang tidak bisa dibilang "santai", dengan alis yang bertaut dan sedikit tatapan mengintimidasi itu dilemparkan pada satu sama lain.

"hhhh, bukan gitu. Jeno kan cowok, mungkin keahlian dia bukan di adu mulut. Lagian secara fisik mungkin juga dia lebih mumpuni, lagian felix temennya. Wajar dong dia ngebelain temennya. Udahlah ren, kamu kenapa sih datang datang bikin emosi"

Kini posisi duduk mereka tidak lagi berhadap hadapan, keduanya sibuk mengarahkan pandangan ke depan -yaitu rumah felix yang memang berdekatan dengan rumah mereka berdua. Es yang mencair dari minuman yang dibuat sang tuan rumah kini mulai mencair, menyisakan bulir bulir di gelas kaca, membuat cairan merah di dalamnya sedikit meluap akibat tak tersentuh sama sekali.

Keduanya kini memilih bungkam, sibuk meredakan emosi masing masing. Di sisi lain renjun juga merasa bersalah karena entah mengapa akhir akhir ini ia terus terusan membuat emosi orang orang disekililingnya tersulut, jujur ia tak tau. Apakah ada yang salah dari nada bicaranya? Atau tutur katanya?






"apa jangan jangan kamu cemburu?"

Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menolehkan wajahnya ke arah jihan yang kini air mukanya mulai melunak.

"kamu cemburu karena jeno kesannya rela ditonjok karena ngebelain felix?"

"huh?"

Kedua pasang mata itu menatap telak dirinya, tatapan iris kelam dari temannya itu seakan akan menghunus matanya hingga rasanya akan tembus ke belakang kepalanya. Ia mendadak tak bisa menjawab apapun pertanyaa jihan, maksudnya. Masa iya ia suka dengan teman sipitnya itu?

"kamu tau kenapa felix tiba tiba jarang main sama kita? Itu karena dia cerita sama aku karena akhir akhir ini kamu sengak sama dia"

Benarkah? Menurut dirinya ia bersikap biasa biasa saja kepada teman karibnya itu. Tak terlintas sedikit pun ia ingin menunjukkan raut wajah yang tidak enak dilihat kepada teman polosnya itu. Apakah benar yang dikatakan oleh jihan?


























"kak hyunjin lagi lix?"

Felix menoleh dengan tatapan cerianya, membuat renjun bertanya tanya atas temannya yang sepertinya nampak senang itu.

"iya, kak hyunjin mau ngajak aku ke alun alun. Abis itu kayanya kita mau ke kota hehehe"

"cieee, kayanya udah mulai beneran suka nih ya sama kak hyunjin?"

"hm, aku udah terus terang ke kak hyunjin apa yang buat aku ga begitu nyaman sama dia"

"sumpah??? Kamu seberani itu lix? Sumpah ya aku gatau lho kalo kamu bisa juga ngomong hal yang riskan kaya gitu"

"itu karena jeno"

"huh?"

"jeno pernah ngomong sama aku kalo kita harus terus terang tentang apa yang kita ga suka, jangan terus terusan merasa ga enakan. Sekali sekali demi kepuasan hati gapapa dilakuin"

Tanpa disadari raut wajah renjun berubah saat itu juga. Entah mengapa ia tiba tiba melemparkan tatapan dinginnya kepada felix yang masih betah dengan eskpresi senangnya tadi. Sangat kontras dengan ekspresinya yang sedingin es batu.

"ren? Kenapa?"

"oh? Kamu ga berangkat sekarang?"

"iya, bentar lagi mau dijemput"

"kalo gitu aku pulang dulu ya lix"

"iya, bye renjuuun"

Dan setelahnya tak ada balasan dari renjun, ia langsung bergegas membalikkan badannya dan berjalan dengan tergesa menuju rumahnya, membuat felix bertanya tanya mengapa temannya itu tak membalas ucapannya dan memilih untuk berpikiran positif pada saat itu.

































"aku gatau kalo kamu itu hobi ngerepotin orang kalo lagi cemburu"


Renjun kembali dari lamunannya sebab suara cempreng jihan yang sekali lagi masuk ke rungunya. Membuat ia menatap teman sebayanya itu dengan tatapan yang sulit diartikan, lebih tepatnya seperti seorang pencuri yang baru saja tertangkap karena bukti barang curian yang ada di genggamannya. Mulutnya bungkam seribu bahasa, memilih untuk tidak mengakui kemungkinan itu dengan meneguk segelas sirup yang daritadi masih terisi penuh itu.

Berarti apakah alasan rasa kesalnya waktu itu bukan karena ia iri dengan kisah asmara felix, melainkan karena ia tak suka pengorbanan jeno yang terkesan "berlebihan" dalam membela felix?




























"gatau ji, mungkin akhir akhir ini aku badmood karena ditinggal pacaran mulu sama felix"

"oh iya itu, bisa jadi juga! Aku juga pas liat felix lebih milih pacarnya daripada kita yang temen lamanya juga badmood"
























Tanpa diketahui lawan bicaranya ia mengehela nafas lega, untunglah Tuhan menyelamatkan dia dengan menjelaskan alasan yang masuk akal.

MIGNONETTE (KEMBANG DESA) || NOREN [END]Where stories live. Discover now