16.5 ; The Wedding Debt

2.3K 307 11
                                    

Tulip merasakan ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya saat mencoba terlelap setelah tindakan tidak menyenangkan yang suaminya lakukan. Tulip sudah membersihkan tubuhnya, tapi entah kenapa masih ada rasa tak nyaman untuk bisa terlelap. Tubuhnya yang lelah seolah memberikan sinyal kepada perasaannya untuk menjadi gamang tak menentu. Tentu saja semua itu berimbas pada gerakannya di atas ranjang yang mengganggu Hippo. 

Meski mereka tidak saling bicara dan pria itu memilih memunggungi Tulip, tentu saja mereka bisa saling merasakan keanehan yang terjadi pada salah satu dari mereka. Hippo melirik pelan-pelan kepada istrinya dan mendapati Tulip meringis dengan mata yang sengaja dipejamkan. 

Meski berusaha tak ingin peduli, tapi Hippo nyatanya tak bisa. Dia mendapati gestur tak nyaman dari Tulip dan dia merasakan serangan rasa bersalah karena baru menyadari tindakannya tadi berdampak pada perempuan itu. Karena merasa canggung untuk bertanya, Hippo memilih menunggu hingga berapa lama Tulip akan melakukan gerakan tak nyaman. 

Lalu, Tulip bergerak duduk tanpa bicara apa-apa. Perempuan itu mulai mendesis dan Hippo seketika cemas saat istrinya meremat bagian perut.

Sebagai bentuk refleks, Hippo menyalakan lampu dan mendapati raut kesakitan istrinya. "Kamu kenapa?"

Tulip menggeleng tidak bisa menjelaskan apa-apa. Perempuan itu mulai mmenyibak selimut dan terkejut saat melihat seprai berwarna biru muda itu menggelap di bagian bawah. 

Hippo sontak terkejut mendapati hal tersebut. "Tulip ..." Pria itu tidak bisa berkata-kata sama sekali. 

Tulip mulai menangis karena panik dan mengerti kemana arah dari semua rasa sakit dan darah yang mengalir dari antara pahanya. Dengan cepat Tulip menatap suaminya dan berkata, "Bawa aku ke rumah sakit! Sekarang juga!"

Hippo menganggukkan kepala dan segera menggendong tubuh Tulip tanpa berkata. Mereka menuju rumah sakit dengan pakaian seadanya dan terpaksa meninggalkan Nania yang masih tertidur. Hippo akan menghubungi Ane nanti untuk datang ke rumah utama meski itu akan mengganggu. 

Sekarang, yang ada di dalam pikiran Hippo adalah sampai ke rumah sakit dan memastikan apa yang terjadi dengan Tulip. 

***

Di rumah sakit, orang-orang terlalu santai menghadapi segalanya. Mungkin memang karena Hippo yang terlalu panik dan tidak bisa berpikir jernih. Yang jelas, Hippo merasa jantungnya berhenti berdetak saat dokter meminta bicara dan mengatakan bahwa istrinya harus melakukan proses kuretase karena janin di dalam perut si ibu tidak bisa diselamatkan lagi. Si ibu, istri Anda, itu semua adalah nama lain sebagai Tulip. Mereka kehilangan calon adik Nania yang selama ini sebenarnya sudah ditunggu. 

Hippo tidak bisa tidur, tapi juga tidak bisa berpikir apa-apa karena rasanya isi kepalanya terlalu penuh hingga tidak benar-benar bisa memilih mana yang harus dirinya prioritaskan. 

Hingga pagi menjelang dan Nania datang bersama pengasuhnya, Hippo kesulitan menjawab pertanyaan putrinya.

"Papa, mama kenapa? Mama sakit apa?"

Hippo terlihat melamun menatap wajah Nania. Dengan itu Ane mengambil tindakan untuk membuyarkan lamunan majikannya.

"Pak? Ibu Tulip sedang dintindak apa?" 

Ane pasti bertanya-tanya kenapa mereka masuk ke lantai dimana ruangan bayi, ruang persalinan dan macamnya ada di sana. 

"Adek bayi!" Nania langsung berseru mengalihkan perhatian dua orang dewasa di sana.

"Papa, di sini tempat adek bayi, ya? Wah, aku mau dapet adik, ya? Mama lagi diperiksa sama adek bayinya, ya, Papa?"

Nania yang begitu senang dengan kesimpulannya sendiri membuat Hippo mengangguk dengan menahan tangis. Pria itu sudah bersalah pada banyak pihak, Tulip, Nania, dan calon adik Nania yang tidak akan bisa hadir diantara mereka. 

Hippo tidak bisa menjelaskan apa pun saat itu, dan Nania pasti akan memahaminya cepat atau lambat bahwa mama dan calon adiknya ditangani untuk tidak bisa saling bertemu di dunia. 

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now