12.5 ; The Wedding Debt

3.1K 418 10
                                    

Tampaknya makan siang yang suaminya janjikan bukanlah makan siang biasa. Tulip bisa merasakan tingkat gairah mereka naik semenjak pagi kemarin. Makan siang itu adalah kode dari Hippo yang masih haus untuk menghabiskan waktu dengan istrinya. Tulip merasakan tubuhnya terbakar karena tatapan Hippo yang tidak berhenti terarah padanya sejak memasuki mobil dan kini duduk berhadapan di restoran terkenal yang berada di hotel mewah juga. Tampaknya Hippo memanfaatkan kesempatan makan siang untuk bisa kembali bercinta dengan istrinya. 

"Makan yang banyak, Tulipa."

Hal itu bukan untuk menakuti Tulip sama sekali, justru Hippo mengingatkan hal yang benar. Namun, terdengar di telinga Tulip menjadi sebuah peringatan yang harus dituruti.

"Kenapa harus makan banyak?" balas Tulip.

Hippo menghentikan sejenak kunyahannya dan menatap sang istri.

"Karena kamu harus mengeluarkan banyak stamina setelah ini."

Tulip secara otomatis menelan ludahnya seolah dirinya memang amatiran. Padahal, sebelum menjadi istri Hippo, mereka memiliki pengalaman seks yang bisa dikatakan luar biasa. Lalu, kenapa fase mereka saat ini seakan kembali ke titik awal? Apa mungkin karena ada perasaan yang dimulai bertumbuh semakin besar?

Karena kegugupan yang melanda dan pikiran yang sudah berpikir kemana-mana, Tulip memilih untuk makan lebih lama dari sebelumnya. Memperlama waktu untuk mengeluarkan stamina karena gugup tidak akan menjadi masalah, pikir Tulip. 

"Jangan sengaja diperlambat makannya."

Sayangnya Hippo sudah tak sabar untuk meng-unboxing istrinya sendiri siang ini.

"Siapa yang memperlambat?" Tulip mencoba bersikap biasa saja.

"Kamu."

Tulip tidak mau bersikap lebih memalukan dengan menjawab hal yang akan menunjukkan betapa gugupnya ia. Jadi, lebih baik bersikap cool di depan suaminya.

"Kenapa? Kamu gugup karena kita mau—"

Tulip langsung menendang kaki Hippo di bawah meja cukup keras karena refleks. Pria itu jelas langsung mengaduh sakit dan melepaskan sendok garpu hingga membuat beberapa pengunjung menatap ke arah mereka.

Jika seperti ini, Tulip menjadi semakin malu!

*

Dua suara sibuk bersahutan di kamar hotel yang disewa hanya untuk dipakai beberapa waktu saja. Walau sebenarnya Tulip tidak setuju, awalnya. Dia tak bisa apa-apa karena yang memiliki kuasa dan kehendak adalah suaminya.

"Kenapa malah jam segini, Mas?" tanya Tulip ditengah tubuhnya yang dihimpit sang suami ke tembok.

"Kalo tunggu nanti malam, kemungkinan besar bakalan terganggu sama Nania. Dia lebih sering bangun malam."

Kedua tangan Tulip dinaikkan ke atas dan Hippo memiliki akses untuk menarik lepas pakaian yang istrinya gunakan. Tulip tidak bisa menahan desahan ketika suaminya mengecup lehernya dan tetap menjalankan tangan di tubuh Tulip.

Leher perempuan itu melebar, seolah memberikan akses memudahkan Hippo untuk mengobservasi.

"Boleh aku tahu perasaan kamu setiap kali kita melakukan ini, Tulip?" tanya Hippo yang memberi jarak bagi mereka tanpa menghentikan diri untuk melepaskan pakaian satu sama lain.

"Aku suka."

Hippo menggeleng pelan. "Selain itu?"

Tulip sedang membaca apa yang suaminya inginkan. Tentu saja bukan mengenai percintaan mereka yang dimaksud oleh pria itu, tapi hal lain yang lebih mendalam.

"Mas Pome berharap apa? Katakan yang sejujurnya. Jangan berbelit."

Ketika tubuh mereka sudah sama-sama tak terbungkus apa pun, Hippo mengusap kewanitaan istrinya.

"Aku ingin tahu isi hati kamu selama melayani aku, suami kamu. Apa yang kamu rasakan, Tulip?"

Tulip menyentuh bahu suaminya, berjinjit karena refleks ketika tubuh bawahnya disentuh oleh sang suami, ia akan melakukan hal itu.

"Nggak adil," ucap Tulip dengan napas yang menderu.

"Hm?"

"Mas Pome harus bilang dulu ... apa yang dirasa untuk aku—istrimu."

Tulip tak ingin perasaannya bertepuk dan membuat sakit sendiri.

Hippo tahu jawaban di hatinya, tapi dia belum berani menyatakannya.

Tulip tahu reaksi ragu suaminya, dan itu membuat Tulip gemas sendiri hingga menarik kepala pria itu dan mencumbunya dengan keras.

Siang ini, Tulip akan menunjukkan bahwa dia tak akan melakukan ini dengan pria yang tidak dirinya beri tempat di hati. Aku jelas mencintai kamu, Mas.

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now