7.5 ; The Wedding Debt

6.5K 1K 25
                                    

Permintaan Hippo yang dibawa Lentera membuat kening Tulip mengkerut. "Saya diminta ke dalam?"

"Ya."

"Sama Pak Hippomenes?"

"Ya."

"Ada keperluan apa, ya, Pak?" tanya Tulip kepada Lentera yang mendadak kesal dengan perempuan itu.

"Kalo saya tahu, untuk apa saya nggak menjelaskannya ke kamu? Apa kamu nggak ngerti perintah untuk—"

Ucapan Lentera terhenti karena pintu ruangan Hippo terbuka. Wajah pria itu tidak bersahabat sama sekali.

"Kamu memarahi sekretaris saya, Lentera?" teguran dari Hippo seketika saja membuat Lentera terdiam. Tak mau membuat atasannya semakin geram, Lentera memilih mengucapkan maaf dan segera beranjak dari sana. Urusan antara Hippo dan Tulip bukan bagian dari yang ingin Lentera campuri.

"Kamu kenapa masih disitu?" tanya Hippo yang kini sudah beralih fokus pada Tulip.

"Apa ada tugas penting untuk saya kerjakan sampai harus ke ruangan Anda, Pak?"

Hippo tahu Tulip masih berusaha menghindarinya sampai serumit ini hanya untuk bicara berdua di ruangan pria itu.

"Apa saya harus didikte sekretaris saya sendiri? Sebenarnya, siapa di sini yang memiliki jabatan lebih tinggi?" Hippo tidak memiliki pilihan lain untuk membujuk Tulip. Dia harus menggunakan jabatan agar perempuan itu bisa tunduk.

Keberhasilan cara ini memang 100% terjamin bisa membuat Tulip menuruti keinginan Hippo. Namun, Tulip tetap menjaga jarak dari Hippo dan membatasi diri sebagai sekretaris yang bertugas di kantor saja. Tidak bersikap lebih dengan membawa status friend with benefit.

"Baik, Pak." Jawaban singkat itu sebenarnya membuat Hippo kesal bukan main. Sebab kalimat Hippo sebelum ini jelas tidak berkorelasi dengan jawaban 'Baik, Pak.' milik Tulip.

Mencoba untuk mengenyampingkan emosi sesaat. Hippo membiarkan Tulip berjalan masuk ke ruangannya dan mereka harus bicara. Ya, Hippo harus fokus terhadap hal itu.

"Jadi, apa yang harus saya kerjakan, Pak?"

Hippo lebih dulu mengunci pintu sebelum berbalik dan menarik pinggang Tulip untuk memutuskan jarak diantara mereka. Hippo tahu dari ekspresi Tulip yang tidak terkesan dan seolah bisa membaca situasi ini sejak awal, perempuan itu mempertahankan wajah datarnya.

"Tolong maafkan saya, Tulip."

"Untuk apa? Saya yang bawahan di sini, bukan Anda, Pak."

Hippo melihat sisi paling keras kepala Tulip saat ini. Dia cukup terkejut dengan sikap Tulip yang sulit sekali dibujuk dan membuat Hippo tidak berkembang sama sekali dalam bersikap. Pria itu seperti anak kecil yang sedang berusaha dimaafkan oleh orangtuanya karena melanggar aturan.

"Tulip ... saya nggak bermaksud membuat kamu melakukan kesalahan dalam bekerja. Saya benar-benar panik karena kamu ketiduran dengan suhu tubuh yang hangat. Kamu sengaja tidak datang ke unit saya, bahkan tidak membiarkan saya memiliki kartu akses apartemen kamu dan kamu juga sengaja tidak memberitahu kode pintu unit kamu. Bagaimana saya bisa menyelesaikan kesalahpahaman diantara kita supaya tidak berlarut-larut?"

"Harusnya kamu biarkan saya bekerja, bangunkan saya, dan jangan perlakukan saya seperti seseorang yang spesial. Karyawan lain pasti curiga dan menyebarkan rumor mengenai saya."

Hippo meletakkan keningnya di bahu Tulip. Pria itu mendesah lelah karena belum mendapatkan maaf dari Tulip.

"Kenyataannya kamu memang spesial bagi saya, Tulip. Sejak dulu."

Tulip tidak bisa mendengar jelas kalimat Hippo karena pria itu mengucapkannya dengan sangat pelan dan posisi wajah Hippo yang tidak bisa Tulip lihat. Hanya kata 'memang spesial' yang bisa Tulip tangkap dengan baik.

"Saya maafkan, Pak." Tulip mengalah setelah memikirkan ini lagi. Tiba-tiba saja hatinya tidak ingin memperbanyak masalah.

"Serius?" Hippo langsung mengangkat wajahnya.

"Iya. Lagi pula saya nggak merasa marah lagi—"

Hippo langsung memutus ucapan Tulip dengan mencium bibir perempuan itu. Namun, belum sempat dibalas dan melakukan gerakan, tubuh bawah Hippo ditendang agak keras oleh Tulip.

"Argh! Kenap—"

Tulip segera menuju kamar mandi di ruangan pria itu dengan menutupi mulutnya sendiri. Hippo yang memperhatikan itu jadi kebingungan ditengah rasa sakitnya akibat tendangan Tulip.

"Kamu lagi kenapa, sih, Tulip?"

[😆😆 Ditendang otongnya si Hippo. Btw, udah pada baca special chapter 5 di Karyakarsa? Udah paham, kan si Tulip ini siapa?]

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now