18.1 ; The Wedding Debt

2.8K 189 8
                                    

Tulip tidak tahu apa yang ingin dikatakan oleh ayah mertuanya. Pria yang sejak awal menyuruhnya untuk menjebak Hippo, kini dalam kondisi yang tidak jauh berbeda dengan putranya. Berada di rumah sakit, terbaring lemah, dan tampaknya tidak memiliki semangat hidup. Tulip bermain tebak-tebakan, apa penyebab dari keputusasaan Agungsyah yang penuh kuasa hingga begini?

Saat pintu terbuka, Agungsyah yang semula memejamkan mata langsung terbangun. Tulip tahu bahwa pria itu tidak benar-benar tertidur. Selain Tulip, yang saat ini memiliki beban pikiran adalah Agungsyah. Putra satu-satunya sedang berada di rumah sakit, kondisinya tidak begitu baik dan pasti menjadi beban pikiran bagi Agungsyah hingga ikut masuk rumah sakit begini. 

"Tulipa, akhirnya kamu datang juga."

Tulip tidak tersanjung dengan sambutan mertuanya. Kondisi perasaannya sedang tidak baik-baik saja. Apa yang sempat Hippo lakukan padanya hingga anak kedua mereka harus tiada, itu semua masih membekas dalam ingatan Tulip. Lalu, perasaannya yang sudah kacau semakin dibuat lumpuh dengan kabar Hippo yang masuk rumah sakit karena kecelakaan. Ini bukan waktu yang mudah bagi Tulip. Sesaat lalu, dia ingin Hippo pergi dari kehidupannya selamanya. Lalu, saat mendapati suaminya dalam kondisi hampir mati seperti ini ... Tulip menyesali keinginannya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

"Ayah mau bicara dengan aku?" tanya Tulip yang memilih duduk di kursi di samping ranjang perawatan Agungsyah.

"Tulipa, mungkin kamu tidak akan berkenan memanggil saya ayah lagi setelah ini."

"Setelah apa? Setelah Ayah tahu bahwa Hippo membuat anak kami tiada?"

Agungsyah menggelengkan kepalanya pelan. "Itu bukan bagian saya, Tulipa. Bagian saya bukan membiarkan Hippo merusak keluarganya sendiri. Saya merelakan diri sendiri untuk menjadi perusak, saya tidak berharap Hippo melakukannya."

Tulip mulai tidak suka dengan kata 'perusak' yang mertuanya gunakan. Pembicaraan macam apa yang akan mereka lewati dengan memulainya dengan kata tersebut? 

"Tulipa, saya meminta maaf dari hati yang terdalam. Maafkan saya yang sudah merusak banyak kehidupan yang kamu lalui, Tulipa."

"Apa maksudnya? Merusak kehidupan ... apa yang Bapak sebenarnya rencanakan??"

Tulip sudah mengganti panggilannya pada Agungsyah hanya dalam beberapa menit. Pembicaraan mereka bahkan belum jauh, tapi Tulip sudah tidak nyaman untuk memanggil pria itu dengan sebutan ayah selayaknya menantu yang akrab dengan mertuanya. 

"Saya sudah tidak merencanakan apa-apa setelah kamu dan Hippo menikah. Saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan, begitu yang kakek kamu inginkan, Tulipa. Tapi saya tidak tahu bahwa rencana itu mungkin akan berubah menjadi kegagalan setelah ini. Rencana kakekmu yang saya ubah sebagiannya ... perlahan membuat saya sadar mengenai sesuatu. Saya bukan Tuhan yang bisa membawa rencana dengan kesempurnaan."

Tulip tahu Agungsyah bukanlah orang yang melakukan apa pun tanpa rencana. Dia tahu Agungsyah adalah pria yang sangat pandai merangkai taktik. Rencana yang Tulip ketahui adalah rencana dimana menjebak Hippo untuk menikahinya, membayar hutang dengan rencana itu, tapi Tulip tidak tahu apa alasan yang ada di belakangnya.

"Apa semua ini berhubungan dengan pernikahan saya dan Hippo, Pak?"

"Itu adalah bagian di dalamnya, tapi semua rencana lebih pelik dari yang kamu perkirakan. Saya tidak akan memberitahu kamu mengenai rencana busuk saya secara rinci, tapi saya ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin bisa membuat kamu paham kenapa Hippo tidak sepantasnya kamu benci. Saya yang harus kamu benci, jangan Hippo. Dia mencintai kamu sejak awal, tapi saya menggunakan perasaan kalian."

Kini, Tulip tampaknya harus mendengarkan penjelasan yang sangat menguras emosi disaat kewarasannya belum sepenuhnya pulih.

The Wedding Debt / TAMATWo Geschichten leben. Entdecke jetzt