13.3 ; The Wedding Debt

3.2K 417 8
                                    

Tulip tidak tahu siapa yang bicara dengan suaminya di telepon, tapi dari apa yang ditangkap oleh Tulip, pembicaraan itu tidak berjalan dengan baik karena banyak kata-kata memperingatkan dari Hippo kepada seseorang di panggilan tersebut. Sepertinya memang tidak baik mendengarkan pembicaraan orang lain, Tulip hendak menyentuh bahu suaminya tapi ada kalimat yang menarik perhatian perempuan itu.

"... kamu pernah berbuat keji padanya hingga sebagian ingatan istriku hilang. Jika bukan karena kekuasaan papamu, mungkin kamu sudah berada di penjara karena mencelakai orang lain."

Apa yang pernah Tulip lewatkan hingga kini dia merasa aneh sekali dengan segala yang suaminya ucapkan. Apa ingatannya yang dimaksud oleh Hippo?

Tulip tidak mendengarkan kalimat lain karena Hippo sudah lebih dulu menoleh ke belakang dan menyadari kehadiran istrinya.

"Li? Sejak kapan kamu berdiri di sini?"

Tulip tidak ingin gegabah untuk meminta penjelasan pada suaminya. Mereka masih berada di rumah Agungsyah dan kunjungan itu tidak boleh dikacaukan dengan rasa penasaran yang Tulip miliki.

"Mas Pome masih lama teleponannya? Ayah minta Mas untuk masuk ke dalam dan jangan mengurus pekerjaan terus."

Tulip tahu bahwa ada reaksi panik dari suaminya yang tidak bisa ditutupi. Namun, kali ini Tulip tidak ingin ada perdebatan. Tulip lebih memilih tidak mendengarkan apa-apa dan menjalankan hari dengan baik sebelum Tulip memastikan sendiri apa yang terjadi dengan dirinya.

Hippo menutup panggilannya dan menatap istrinya dengan cepat. "Aku udah selesai. Ayo, kita masuk ke dalam. Ayah dan Nania pasti nggak mau menunggu lama."

Tulip mengiyakan dan mengiringi langkah suaminya untuk masuk. Mereka bersikap biasa saja dan Tulip masih menyimpan rasa penasarannya.

Mereka habiskan sisa hari itu untuk menemani Nania dan Agungsyah bersama.

*

Tulip menunggu suaminya untuk masuk ke kamar karena pria itu memaksa akan menjadi orang yang bisa menidurkan Nania malam ini. Hippo tidak mengerjakan apa pun hari ini, kecuali telepon yang masih menjadi tanda tanya bagi Tulip. Sepertinya sang suami memang benar-benar tidak bekerja dan telepon itu ... adalah gangguan.

"Kenapa belum tidur? Masih bengong begini ... apa lagi pengen?"

Tulip merasakan pahanya yang disentuh oleh Hippo. Pria itu mengira istrinya ingin mendapatkan jatah. Padahal bukan itu yang Tulip inginkan. Maka dengan perlahan, Tulip menyingkirkan tangan suaminya dan menatap dengan serius.

"Aku tadi denger sedikit ucapan kamu sama orang yang ada di telepon."

Hippo menahan napasnya. Dia ternyata sudah membuat beban pikiran istrinya bertambah.

"Kenapa kamu nggak pernah mau bahas soal itu sama aku, Mas?"

Hippo tidak ingin mengelak lagi dari istrinya dan dia harus menyatakan kejujuran.

"Aku nggak mau kamu merasakan sakit lagi. Kejadian itu membuat kamu mengalami trauma sampe kamu melupakan ... kita."

Hingga saat ini, Tulip juga belum mengingat apa pun. Dia yakin bahwa dia harus tahu mengenai cerita masa lalu yang terlupakan itu, tapi rasanya tetap aneh karena Tulip tidak merasakan ikatan dengan ingatan tersebut.

"Boleh aku tahu apa yang terjadi saat itu dan sebelumnya? Meskipun aku belum bisa mengingat apa pun, aku ingin tahu, Mas."

Tulip juga ingin tahu apa perasaan Hippo pada Tulip. Jika memang masa lalu itu menjadi penghalang Hippo memberikan perasaannya untuk Tulip sekarang ini, maka Tulip ingin memastikan bahwa Hippo tak perlu menahan diri lagi. Mereka harus hidup menjadi pasangan yang saling mencintai.

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now