10.3 ; The Wedding Debt

8K 1K 23
                                    

Agungsyah melihat putranya yang datang dengan wajah tak sempurna  yang cukup mengejutkan karena Lentera tidak mengabarkan hal ini padanya. Tentu saja pertanyaan pertama yang muncul dari mulut Agungsyah adalah, “Ada apa dengan wajahmu?”

Agungsyah adalah pebisnis berhati dingin, tapi dia juga seorang ayah yang tak ingin anaknya terusik atau mengalami kemalangan. Agungsyah tak suka bila anaknya kesakitan, kecelakaan, atau apa pun itu yang membuat Hippo berada dalam bahaya. 

“Apa ayah nggak nggak memberikan ultimatum ke keluarga Teresia? Kami bahkan nggak berhubungan lagi sekian lama. Saat aku bersama Zia, dia nggak berulah. Kenapa ketika aku berpisah malah anak manja itu berulah lagi?”

Kening Agungsyah mengernyit. “Teresia melakukan ini?” tanya pria itu.

“Dari informasi yang kudapat begitu keterangannya.”

Agungsyah tahu, dirinya belum cukup berkuasa karena semua ini bukan miliknya. Ini semua adalah titipan. Untuk menguatkan segalanya, maka Hippo harus menikah dengan Tulip. Papa dari Teresia memang masih memiliki kerjasama yang baik dengan SYAH CORP hingga saat ini. Bukan hal aneh jika Teresia mungkin mendengar banyak hal dari papanya. Namun, Agungsyah sendiri tidak pernah membagikan informasi mengenai Hippo yang akan menikah dengan Tulip. Lagi pula, apa mungkin ada orang lain yang tahu mengenai rahasia yang Agungsyah ikat rapat bersama orang-orang yang telah tiada itu? Pengacara. Satu-satunya informan yang bisa mengganjal rencana Agungsyah hanya pengacara keluarga yang sama dirahasiakan keberadaannya.

“Ayah akan memberikan ultimatum—”

“Jangan hanya ultimatum, Yah. Kita harus memutus hubungan kerjasama apa pun dengan pihak mereka.” Hippo menunjuk keningnya yang terluka. “Ayah nggak memikirkan kondisiku? Tulip sampai menangis dan panik karena aku terluka begini. Apa yang akan terjadi kalo nantinya kandungan—”

Agungsyah yang memasang ekspresi seolah mengetahui segalanya sontak membuat Hippo terdiam. Pemahaman Hippo, ayahnya tidak tahu menahu mengenai Tulip.

“Jadi, kamu membuat Tulipa berhenti dari pekerjaannya karena dia sedang mengandung anakmu?” tanya Agungsyah dengan cepat.

"A- hm ... itu ..."

"Katakan sejujurnya dan ayah akan bantu kamu cari jalan keluar."

Agungsyah tahu, putranya yang terlihat dewasa itu terlalu lugu untuk mengetahui segala rencana sang ayah. Agungsyah juga tahu, banyak kecemasan dan ketakutan Hippo sebagai seorang anak yang pernah ditinggalkan oleh sang ibu sejak kecil. Pengkhianatan pasti akan membuat Hippo merasakan sakit. Agungsyah sudah bisa mengatur diri dan hatinya akan perempuan, tapi Hippo mungkin belum sepenuhnya sembuh. Itu sebabnya Hippo belum berani mengambil keputusan menikahi Tulip sesegera mungkin.

"Yah, ini nggak semudah apa pun yang terangkai di kepala Ayah."

"Memangnya kamu tahu hal mudah apa yang ada di pikiran ayah? Kamu tahu semua yang rumit di kepala ayah?" tantang Agungsyah.

Hippo berdecak dan terpaksa mengakui tindakannya yang tergolong tidak bertanggung jawab.

"Kapan kamu akan menikahinya? Apa pun alasannya, yang ada dalam kandungan Tulipa adalah cucu ayah. Penguat garis keturunan SYAH CORP."

Hippo tidak sadar bahwa Agungsyah menyatakan kebenaran di dalam kalimatnya. Hippo bahkan tidak sadar hanya digunakan untuk mengurus perusahaan tanpa janji utuh sebagai pewaris utama. Hingga kini, Hippo masih bekerja di bawah kepemimpinan Agungsyah.

"Setelah bayinya lahir, aku akan menikahi Tulip."

"Kenapa membutuhkan waktu selama itu?" Agungsyah ingin mendengar alasan Hippo secraa langsung.

"Karena aku nggak mau terjadi sesuatu kepada Tulip dan anak kami. Kemarin, kening aku yang terluka. Aku nggak ingin Tulip dan bayi kami terluka disaat dia mengandung. Ketika anak kami lahir nanti, setidaknya aku bisa memastikan bayi kami berada di tempat yang penuh dengan pengawasan. Aku nggak mau Tulip keluar dalam kondisi hamil dan ada yang mengincarnya."

"Ayah bisa memberikan pengamanan selama kalian menikah jika itu yang kamu takutkan, Pome."

Hippo menggeleng keras kepala. "Aku akan menikahi Tulip setelah bayi kami lahir, Yah."

Agungsyah mendengkus. "Dasar keras kepala."

Setelah itu, Agungsyah memerintahkan Lentera untuk mengurus pertemuan dengan orangtua Teresia. Pesan Agungsyah sebelum menyudahi pembicaraan itu pada Hippo adalah, "Jangan macam-macam dengan lari dari tanggung jawab untuk cucu ayah. Kalo kamu linglung dan tidak menikahi Tulip, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dari SYAH CORP, Pome."

Pesan itu jelas maknanya, tapi Hippo tak menyadari pesan tersiratnya.

[Special chapter 8 udah tayang di Karyakarsa, loh. Udah intip? Silakan beli satuan atau paket yang kalo dihitung bakalan lebih murah. Thank you.]

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now