4.5 ; The Wedding Debt

8.6K 1K 18
                                    

Berulang kali Tulip berusaha bertahan untuk tidak menjadi sosok lain—perempuan hobi mendesah—tapi selalu berakhir gagal. Hippo memujanya dengan luar biasa. Hatinya gundah karena beberapa ucapan aneh Hippo dan perlakuan pria itu padanya. Yang pertama adalah ucapan 'bertemu lagi' dan kalimat lain yang membuat Tulip curiga bahwa mereka pernah bertemu. Namun, apa mungkin mereka pernah bertemu dan Hippo mengingatnya?

"Melamun?" tanya Hippo yang mengusap berulang kali wajah Tulip untuk mengganggu perempuan itu dari ambang lamunannya sejenak.

Tulip menggeleng pelan dan memutuskan memeluk tubuh Hippo. "Kenapa berhenti, Mas?"

"Kamu kelihatan nggak fokus."

Tulip bisa merasakan perhatian pria itu dengan baik. Bagaimana Tulip tidak jatuh hati dengan hal itu?

Untuk memberikan balasan, Tulip memulai ciuman lebih dulu dan menarik tubuh pria itu untuk merapat kembali dan memberikan akses sepenuhnya bagi Hippo untuk meneruskan kegiatan mereka.

Tulip berusaha untuk mengimbangi Hippo. Dia belajar banyak dari pria itu untuk bisa menjadi perempuan dewasa untuk mengimbangi Hippo yang sudah pasti lebih dewasa secara usia dari Tulip.

Bergerak begitu sempurna, Tulip tidak bisa diam ketika Hippo juga menggunakan kesempatan untuk mengulum puncak dada perempuan itu dengan lihai. Tidak pernah terbayangkan bahwa rasa geli yang ditimbulkan oleh mulut pria itu bisa semenarik ini. Tulip tidak menyangka akan menyukai segala kegiatan intim yang Hippo perkenalkan ini.

Meski meraung seakan merasakan sakit, Tulip justru menekan kepala Hippo untuk terus tenggelam di dadanya dan mengangkat leher karena kepuasan yang terus hadir. Tidak ada yang menghitung sudah berapa lama mereka melakukannya. Waktu terus bergulir hingga Hippo tak mau menahan diri lagi. Setelah berulang kali mendapati Tulip lebih dulu mendapatkan kepuasan, Hippo akhirnya menenggelamkan diri di dalam Tulip dengan kehangatan yang tidak sadar dia biarkan ada di dalam rahim perempuan itu.

Keduanya meraih puncak bersama dan berhenti menggerakan tubuh. Tulip membiarkan Hippo menindihnya karena tahu pria itu kelelahan dengan semangat juang menggempurnya malam ini.

Friend with benefit yang mereka jalani ini mungkin tidak akan dijalani satu kali saja. Karena Tulip yang sudah memandang pria itu berbeda, begitu juga sebaliknya. Pertemanan diantara mereka jelas pamrih karena mengharapkan kepuasan satu sama lain.

"Sebaiknya kamu tidur di sini malam ini, Tulip. Sudah malam dan kamu juga kelelahan." Hippo memberikan saran dengan mata setengah terpejam.

"Tapi ..."

"Nggak ada tetangga yang peduli. Saya mengizinkan kamu di sini. Kamu bukan lagi teman biasa bagi saya, jadi kamu bisa tidur di sini. Temani saya."

Meski sebenarnya Tulip memang melancarkan rencana yang diinginkan oleh Agungsyah, entah kenapa ada rasa sakit mendapati fakta bahwa Hippo hanya menganggapnya bukan teman biasa. Label itu tetap bukan label resmi yang memastikan mereka naik ke jenjang serius. Tulip masih dianggap teman diluar pekerjaan.

"Saya nggak bisa tidur kalo belum bersih, Mas Pome."

Hippo mengangguk dan menyingkir dari tubuh Tulip. Pria itu sudah tidak bisa tertolong lagi karena rasa lelah yang menghinggap. Sedangkan Tulip tidak bisa istirahat dan memilih mandi setelah membersihkan sisa cairan—milik mereka bersama— yang melumer dari kewanitaannya.

Duduk di kloset, Tulip mengawang dengan semua yang terjadi dalam satu malam saja. Entah apa yang dirinya lakukan hingga seperti ini. Namun, ini awal yang baik untuk melunasi segalanya. Jika saja bukan nama Tulip yang digunakan untuk mengutang, tak akan kejadian ini terjadi.

"Berhenti menyesal, Tulip! Jalani saja dan berhenti mengeluh." Mencoba mengumpulkan kekuatan untuk dirinya sendiri, Tulip tetap tak merasa tenang.

Tulip akan dinilai sebagai perempuan jalang, jahat, dan licik jika ketahuan oleh kekasih Hippo. Pada saat itu terjadi, Tulip tidak tahu apakah dirinya sudah mengandung anak pria itu atau belum. Karena tanpa anak dikandungan Tulip, besar kemungkinan Hippo tak mau berpaling dari Zia. Dalam kondisi seperti ini, pikiran Tulip menjadi kemana-mana. Harusnya Tulip ikuti saja Hippo yang langsung tidur usai percintaan mereka.

[Di Karyakarsa sudah pasti aku jelaskan mengenai latar belakang tokoh utama cerita ini(Tulip dan Hippo) secara rinci. Kalo versi di sini dibahas sekilas aja.]

The Wedding Debt / TAMATKde žijí příběhy. Začni objevovat