12.3 ; The Wedding Debt

3.9K 474 6
                                    

Menjadi bisu ketika melakukan sesuatu yang disukai memiliki arti yang mudah untuk dijelaskan; terlalu keenakan. Bahasa yang digunakan untuk menggambarkan sebuah kegiatan yang mewujudkan semua fantasi akibat ditahan-tahan adalah hal yang tidak akan pernah mau dibagi pada orang lain begitu saja. Tentu saja yang dilakukan oleh Hippo dan Tulip adalah sebisa mungkin tak bicara dengan mulut mereka karena ingin mengungkapkan kata dengan menggunakan bahasa tubuh mereka sendiri. 

Tak peduli bahwa istrinya belum melakukan ritual mandi di pagi hari, Hippo tetap melakukan apa yang ingin dirinya lakukan. Tak penting dengan baju istrinya yang masih sama seperti tadi malam, karena Hippo lebih mementingkan betapa dirinya merindukan Tulip. 

Ini momen mereka. Momen dimana mereka bisa menunjukkan diri sendiri tanpa perlu malu atau mengunci keinginan diri terdalam. Bagi Tulip, dia tak memerlukan berbagai cara untuk menarik perhatian Hippo. Bahkan dia sudah membuang-buang uang dengan membeli gaun tidur seksi yang semula dirinya niatkan untuk memancing pria itu. Namun, bukannya sekarang dia memakai pakaian tersebut, malah hanya gaun tidur biasa yang Tulip kenakan. Ya, walaupun ujungnya tetap saja Tulip akan tetap telanjang karena Hippo sekarang saja sudah menarik lepas pakaian yang Tulip gunakan dengan sangat baik.

Tulip bahkan tidak menyadari kapan suaminya sudah tidak mengenakan apa pun setelah mengatakan pada perempuan itu untuk mandi besar setelah kegiatan mereka ini. 

Kepala Tulip kini hanya diisi oleh bayangan wajah Hippo di atas tubuhnya dan perempuan itu tak bisa melihat apa pun selain Hippo. Sepertinya Tulip benar-benar sudah terhipnotis dengan semua yang pria itu miliki. Tulip tidak bisa menghentikan gerakan tangannya untuk mengusap rahang dan seluruh garis wajah suaminya. Dia memiliki niatan untuk menciumi semua bagian itu saat ini. 

"Apa yang kamu pikirkan, Tulip?" tanya Hippo pada istrinya yang sepertinya tidak akan berkata apa-apa jika tak diberikan pertanyaan. 

Tulip terkesiap ketika tangan suaminya menjelajah di kedua pangkal pahanya. Perempuan itu mendesah sebelum menjawab dengan pelan, "Kamu. Aku memikirkan kamu, Mas."

Tidak ada kata yang bisa Hippo keluarkan karena kalimat jawaban Tulip serupa dengan pujian yang membuat Hippo sangat bangga. Istrinya memikirkan dirinya. 

"Terima kasih."

Tulip menerima kecupan demi kecupan di buah dadanya hingga rasanya tidak ada hal lain di kepala Tulip selain membayangkan bibir Hippo berada di tempat rahasianya. Tulip mendambakan pria ini, mendambakan seluruh yang bisa pria itu berikan padanya. 

"Aku nggak akan percaya dengan semua ini tanpa kamu benar-benar mengeluarkan suara akibat sentuhanku."

Tulip mencoba menuutp bibirnya agar tak terus menerus terbuka, tapi tak bisa. Gairah yang membara dan semua pelayanan yang suaminya berikan begitu menggoda hingga bibirnya tidak berhenti mengeluarkan suara yang membangkitkan sesuatu di bawah sana milik suaminya.

"Kita harus cepet, Mas ... Nia dan pekerjaanmmu menunggu."

Hippo bisa saja tidak peduli dengan pekerjaan. Namun, dia tak bisa mengabaikan Nania yang mungkin nantinya akan menunggu ditimang oleh sang ibu. mau tak mau pria itu memang harus bermain dengan cepat apa pun risikonya. 

Masuk dalam sesi utama yang tidak begitu banyak melakukan foreplay, Tulip nyatanya bisa untuk menerima suaminya dengan kondisi basah. Ini semua karena dirinya memang benar-benar mendamba Hippo, begitu pula Hippo yang tidak bisa berhenti mengeluarkan suara geraman dengan kesempatann bercinta di pagi hari. 

Hippo terus membisikkan kata, "Kamu milikku." di telinga Tulip yang dibalas Tulip di dalam hati saja hingga mereka mendapatkan puncak bersama.

Aku juga nggak bisa bayangin melakukan ini dengan pria lain.    

[Bab 18 full sudah bisa kalian baca lebih dulu di Karyakarsa, ya. Bagi yang sudah membeli paketnya, maka kalian tinggal baca. Happy reading!]

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now