15.4 ; The Wedding Debt

1.4K 220 3
                                    

Tulip tidak tahu apa yang terjadi dengan suaminya. Sejak kembali dari agenda membeli kopi yang tidak terlaksana, Hippo menjadi sangat berbeda dan membuat Tulip merasa canggung. Iya, Tulip canggung dengan suaminya sendiri yang mengabaikannya. Meski semua pertanyaan Tulip dijawab, tapi perasaan diabaikan tidak bisa terhindar. Sikap semacam itu tidak perlu ditanyakan pasti sudah terasa jelas. 

"Mas."

Hippo lagi dan lagi hanya menanggapi dengan kata 'hm' yang mendadak menjadi favorit pria itu. 

"Apa ada hal yang mengganggu kamu?"

Hippo menghentikan gerakan jemarinya dari keyboard laptop. Tulip bisa melihat jelas gerakan tiba-tiba itu dan merasakan suasana semakin dingin. Hubungan mereka yang berjalan hangat mendadak sangat berbeda. Tidak heran jika Tulip menanyakannya, bukan?

"Apa aku kelihatan terganggu?" balas Hippo dengan pertanyaan juga.

"Nggak biasanya kamu seperti ini, Mas. Aku nggak tahu masalah apa yang mengganggu kamu sampai suasana hati kamu buruk. Tapi aku merasa kalo kamu mengabaikan aku sejak kembali dari tempat beli kopi."

Hippo akhirnya memilih untuk menutup laptopnya dan mendekati Tulip. Ingin sekali Hippo melupakan apa yang dirinya dengar secara tak sengaja tadi siang, tapi kemarahan di hatinya sedang berkobar. Semakin Tulip membahasnya, semakin Hippo ingin meluapkan segalanya. 

Saat dirinya sudah berada di depan sang istri, Hippo menjepit dagu Tulip dan membuat perempuan itu mendongak. Mereka saling menatap tanpa bicara apa-apa. Hippo sedang mencari kebohongan di sana, tapi entah kenapa dia tidak menemukannya. Kenapa? Apa yang kamu lakukan ke aku, Tulip? Bahkan disaat aku tahu kamu menipuku, kamu bahkan nggak menunjukkan kebohongan?

Hippo tahu, mungkin perasaan istrinya memang ada. Namun, semua kedekatan yang mereka miliki, bahkan anak yang hadir diantara mereka adalah cara untuk melunasi hutang! Itu bukan niat yang tulus. Hippo merasa dipermainkan oleh Tulip dan Agungsyah!

"Mas--"

"Kamu lagi nggak berhalangan, kan?"

Tulip tidak langsung mengerti dengan apa yang pria itu mau sebenarnya. Mereka membicarakan mengenai suasana hati Hippo yang buruk entah karena apa, tapi menanyakan mengenai siklus bulanan Tulip, mau tak mau membuat perempuan itu menyimpulkan bahwa mungkin hanya dengan bercinta suaminya akan merasa lebih lega.

"Iya, aku nggak lagi halangan, Mas."

Hippo mengangguk dan menggumam, "Bagus. Layani aku malam ini."

Ini bukan gaya bicara yang digunakan oleh suaminya, tapi Tulip tidak berniat memprotes apalagi menolak. Dia mengangguk untuk melayani suaminya. 

Pakaian yang niatnya Tulip buka dengan pelan, langsung ditarik oleh suaminya. "Mas--"

Tulip tidak bisa melakukan protes karena pria itu langsung mencium bibir Tulip denga keras. Lumatan yang didapatkan oleh Tulip sungguh tak membuat perempuan itu nyaman. Hippo melakukannya dengan cara yang jauh dari apa yang Tulip biasanya terima.

Gerakan Tulip yang berusaha menolak tidak digubris oleh Hippo. Pria itu mendorong bahu Tulip hingga telentang di ranjang. Ciuman Hippo menyebar ke seluruh tubuh Tulip, tapi bukannya merangsang, gerakan itu malah mengintimidasi Tulip.

Rasa tak nyaman membuat Tulip ingin menolak suaminya. Namun, tatapan mata dan ucapan Hippo membuat perempuan itu terkejut. 

"Kamu mau menolak?" pertanyaan itu terucapkan dengan nada yang sangat dingin. "Kamu mau menolak suami kamu, Tulip?"

Semua ini membuat Tulip takut, hingga dia menelan ludah dengan susah payah. 

"Mas ... aku nggak bisa--"

"Ini cara kamu melayani pria yang udah kamu tipu dan kamu jadikan pelunas hutang, hm?"

Tubuh Tulip menegang kaku. Dia tidak bisa bicara sepatah kata pun.

"Gimana? Kamu harus melayaniku, Tulip. Layani aku sebagai pria yang sudah membuat kamu terbebas dari hutang!"

Tulip ketahuan. Dia tidak bisa lari atau mengingkari lagi apa yang sudah dilakukannya. Kesalahannya harus dikuak dengan cara seperti ini dan hanya satu pertanyaan di kepala Tulip saat ini. Apa yang harus aku lakukan?



The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now