11.1 ; The Wedding Debt

6.9K 864 12
                                    

Tulip tidak tahu apa yang salah dengan dirinya sendiri karena setelah merasa diawasi selama beberapa waktu, sekarang setiap kali terbangun dari tidur, Tulip merasa bermimpi tetapi sangat nyata. Seolah apa yang dirinya mimpikan di malam hari adalah kisahnya sendiri. Tulip menjadi bertanya-tanya setiap kali terbangun dan membuatnya merasa tak nyaman. 

"Kamu kenapa?" tanya Hippo yang menyadari bahwa Tulip tidak makan sarapannya dengan baik. "Masakan Siwi nggak enak?" 

Tulip tahu dirinya sudah membuat banyak orang di rumah itu cemas. Namun, Tulip tidak bisa menjelaskan dengan benar apa yang terjadi dengan dirinya sendiri.

"Nggak gitu."

"Terus apa?" Hippo tidak akan berhenti bertanya jika belum mengerti apa yang Tulip mau. "Apa orang yang mengawasi kamu masih ada?"

Tulip menggelengkan kepala. "Udah nggak ada. Tapi belakangan kalo aku habis bangun tidur kayaknya ada yang aneh. Aku kayak habis mimpi, tapi itu kayak kisah nyata. Seolah itu adalah aku yang ngerasain."

"Mimpi kayak apa?"

Tulip menggeleng kembali karena memang tidak mengerti dengan mimpi itu.

"Aku ... kecelakaan, ada kamu. Tapi aku nggak paham dengan apa yang terjadi. Aku ... kepalaku selalu berat dan sakit kalo bangun tidur karena mimpi itu berulang kali."

Hippo tidak yakin bahwa dirinya bisa bernapas dengan baik ketika Tulip menjelaskan apa yang mengganjal dalam dirinya. Itu semua jelas ingatan Tulip sendiri yang ada di alam bawah sadar perempuan itu dan tidak bisa diurai begitu saja karena ada trauma yang kecelakaan itu sebabkan hingga Hippo juga tidak berani mengungkapkan kisah sebenarnya pada Tulip. Hippo tak mau memaksa apa pun pada perempuan yang sedang mengandung itu. 

"Jangan terlalu dipikirkan. Yang terpenting sekarang adalah kondisi bayi kita. Aku mau ajak kamu untuk memeriksakan kandungan setelah banyak drama yang terjadi kemarin-kemarin." 

Tulip sontak saja menatap perutnya yang semakin membesar. Jika diungkit mengenai kehamilannya, maka perasaan tak menyenangkan kembali hadir dalam pikiran perempuan itu. Hamil dan tidak kunjung dinikahi adalah hal yang sangat membebani batin dan pikiran Tulip. Namun, pria yang harusnya bertanggung jawab dengan segera menikahinya mengurus dengan baik meski tidak memberinya status pernikahan. 

Tulip juga tidak bisa meminta bantuan dari Agungsyah karena pria itu sudah menjelaskan untuk mengikuti apa yang ingin Hippo lakukan. 

"Kenapa? Perut kamu sakit?"

Tulip menggeleng dan mencoba merelakan segalanya. Setidaknya Hippo tidak kabur dan menelantarkan Tulip saat ini. Lupain hal yang bikin tertekan, yang penting sekarang anak kamu Tulip. 

"Nggak. Bukan perutku yang sakit," jawab Tulip yang membuat Hippo mengernyitkan kening. 

"Terus apa yang sakit?" 

"Hati aku."

Tidak akan pernah Hippo sangka jawaban perempuan yang sudah membawa hati Hippo sejak lama itu mengatakan hal demikian. Ini adalah serangan yang tidak bisa ditebak sama sekali oleh Hippo. Dia yakin bahwa tidak ada hal lain yang bisa dirinya lakukan selain memberikan keyakinan pada Tulip bahwa Hippo memiliki rasa yang sama.

"Maaf karena membuat hati kamu sakit, Tulip."

Tulip membalas tatapan pria itu dan menggeleng pelan. "Nggak ada yang perlu dimintai maaf. Aku mau makan nanti saja."

Tulip meninggalkan meja makan dan memanggil Siwi untuk menyiapkan makanan untuk dimasukkan ke dalam wadah bekal. Tulip tidak ingin menangis di depan Hippo meski dirinya begitu ingin. Lebih baik secara perlahan menjaga jarak dari Hippo. Ya, jaga jarak lebih baik daripada terus menuntut jawaban dari pria yang nggak benar-benar berjuang untukku. 

[Bab 11 ini bisa kalian baca lebih dulu secara full di Karyakarsa. Bagi yang sudah membali paket The Wedding Debt sudah bisa langsung buka tanpa beli satuan lagi, ya. Happy reading:)]

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now