12.1 ; The Wedding Debt

4K 580 14
                                    

Menikah dengan pria yang sudah ditargetkannya adalah hal yang selama ini tidak pernah Tulip sangka. Dia sudah berhasil menipu Hippo hingga pada tahap ini. Meski hatinya tak tega, tapi Agungsyah juga tak menuntut apa pun lagi pada Tulip. Pria itu hanya tersenyum lega, bahkan menangis ketika melihat putranya menikahi Tulip. Seolah Agungsyah menyatakan tugasnya sudah diemban dengan sangat baik. Pria itu bahkan tidak terlihat seperti pria yang dari awal meminta Tulip untuk menjebak Hippo dengan kehamilan agar dinikahi oleh Hippo. Agungsyah sangat baik memperlakukan Tulip dan Nania.

"Apa dia nggak nyaman?" tanya Hippo yang mendapati Nania tidak mau menyusu dan menangis. 

Tulip menggeleng pelan. "Nggak ngerti." 

Sejujurnya Tulip kelelahan menjadi seorang ibu baru sekaligus melaksanakan pernikahan. Semua jadwal yang terhitung bertubrukan itu membuat Tulip lupa bahwa bayinya pasti bisa merasakan kondisi si ibu yang tidak benar-benar sehat dan menolak mengonsumsi ASI karena tubuh Tulip sedang tidak baik-baik saja. Sayangnya, Tulip menahan diri untuk mengatakannya pada Hippo yang kini sudah resmi menjadi suaminya. 

Ternyata rasa sungkan itu masih ada, dan Tulip tidak berani untuk memberikan tugas pada suaminya untuk mengurus Nania sejenak agar Tulip bisa istirahat. Dia tidak ingin mengganggu waktu yang Hippo miliki. Pria itu pasti akan kesulitan merawat Nania karena setelah ini akan ada pekerjaan yang harus pria itu lakukan. 

Hippo yang sudah memahami kebiasaan Tulip yang selalu menahan apa pun sendiri sejak Nania dalam kandungan memilih untuk mengulurkan tangan untuk menggendong putrinya. 

"Biar aku yang gendong," ucap Hippo yang memastikan putrinya aman dalam gendongannya. 

Tulip yang sudah tidak memiliki daya untuk dirinya sendiri menyerahkan Nania tanpa penolakan lagi. Tubuhnya agak hangat, tetapi Tulip tak ingin orang lain tahu. Hippo mungkin hanya akan menggendong Nania untuk sebentar saja. Seenggaknya aku bisa istirahat sebentar. Tulip mencoba memejamkan mata sejenak di sofa dimana dia biasa menyusui Nania tanpa berniat tidur dalam waktu lama. Sebentar aja. 

Namun, Tulip tidak sadar bahwa sudah masuk dalam lelap yang ditahannya dengan kuat. Hippo melihat istrinya yang tidak bisa menahan kantuk dan tersenyum kecil. Nania lebih tenang berada dalam gendongannya dan perlahan anak itu bisa berhenti menangis. Hippo berusaha untuk mengambil botol susu yang disimpan oleh Tulip di kotak sterilisasi dan mengisi dengan ASI yang sudah lebih dulu disimpan juga untuk bisa memberikan Nania susu. 

Sepertinya Tulip terlalu pusing dan kelelahan hingga tidak sadar bahwa dia bisa memberikan Nania ASI yang sudah lebih disiapkan ketimbang memberikan puting kepada bayi yang bisa merasakan kondisi Tulip yang tidak sepenuhnya bisa mengurus Nania dengan baik. Hippo sudah mempelajari banyak hal selama kelahiran Nania, hanya saja Tulip lebih sering melarang Hippo mengurus putri mereka karena sepertinya perempuan itu tidak bisa percaya pada orang lain untuk mengurus Nania. 

Setelah memastikan Nania tidur dengan tenang di boks, Hippo mendekati istrinya dan berniat membawa tubuh Tulip ke ranjang. Namun, niatan itu terhenti karena Hippo menyadari demam yang menyerang tubuh istrinya. 

"Kamu sakit begini masih bisa nggak ngomong apa-apa, Tulip?" gumam Hippo yang merasa bahwa dia harus bertindak untuk memastikan Tulip tidak kelelahan mengurus anak mereka. 

Memastikan Tulip tidur dengan nyaman dan tidak kedinginan, Hippo mengamati perempuan yang sudah mengisi hatinya sejak lama itu. Kerut di kening sang istri menandakan bahwa selama beberapa waktu ini Tulip tidak pernah membagi lelah dan resahnya. 

Hippo tidak bisa mengungkapkan seluruh perasaannya dengan kata-kata. Yang bisa dirinya lakukan saat ini adalah menunduk dan mencium kening sang istri untuk menyataka segalanya.

[Baca duluan di Karyakarsa bisa banget, udah sampe bab 17 full. Happy reading!]

The Wedding Debt / TAMATOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz