8.2 ; The Wedding Debt

6.3K 1.1K 34
                                    

Membawa Tulip ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan memang membawa hasil. Hasil yang tidak pernah Hippo duga. Di dokter umum, Tulip melakukan pemeriksaan yang basisnya melalui pertanyaan. Semua pertanyaan yang dilayangkan oleh dokter wanita itu mengarahkan Tulip untuk menjawab kapan tamu bulanan terakhirnya datang. Hal itu jelas membuat Hippo dan Tulip saling berpandangan.

"Jadwal menstruasi saya, Dokter?" tanya Tulip memastikan lagi.

"Betul, Ibu."

"Emm, sekitar dua bulan lalu. Saya agak kelelahan sepertinya makanya jadwal saya terganggu, Dok."

Dokter tersebut tersenyum dan memberikan catatan yang hanya terlihat dicoret-coret saja tapi menghasilkan sesuatu.

"Saya arahkan untuk appointment ke dokter kandungan, ya, Bu. Buat jadwal temu dulu ke lantai satu untuk menentukan. Karena biasanya dokter kandungan lumayan antri." Asisten dokter tersebut membawakan stiker nama Tulip, usia, dan keterangan lainnya. "Mau dokter perempuan saja atau boleh laki-laki?" Dokter tersebut bertanya entah pada siapa, tapi yang jelas Tulip memilih menjawab dokter perempuan saja.

"Oke. Ke dokter Sasmita, ya."

Hippo tidak bereaksi dengan baik atas kabar tersebut, hanya Tulip yang mengangguki dan bersedia melakukan semua saran dari dokter tersebut tanpa adanya loading sedikitpun. 

"Kita keluar, Mas." Tulip bahkan harus menarik lengan Hippo agar bisa pergi dari sana. Pria itu benar-benar kacau saat ini. 

"Siapa yang hamil?" tanya Hippo dengan wajah bodoh dan baru bisa mengungkapkan isi pikirannya saat diluar ruangan dokter.

"Kamu bisa kembali ke kantor duluan, Mas. Aku akan buat janji temu ke dokter Sasmita."

Melihat Tulip yang ingin menghindarinya dengan segera melangkah pergi, Hippo langsung menahan pergelangan tangan Tulip. "Kamu kamu ke dokter kandungan?"

Tulip menarik napasnya sebelum menjawab. "Mas denger sendiri semua penjelasan dokter di dalam. Aku harus memastikan kondisiku."

"Kamu nggak mungkin hamil, kan, Tulip?"

Pertanyaan itu menyinggung Tulip sebagai seorang perempuan yang hampir setiap harinya disetubuhi oleh pria yang menyangkal kehamilannya kini. Tulip tidak akan rela bila anaknya harus digugurkan dengan sikap pengecut dan tak siap Hippo. Ini adalah salah satu jalan agar Agungsyah juga melunaskan hutang orangtua Tulip. Namun, melihat bagaimana Hippo sibuk menyangkal ... Tulip rasa pria itu keterlaluan menolak kehadiran bayi mereka. 

Tak mau bertengkar dengan Hippo di rumah sakit, Tulip memilih untuk mengalah. Perempuan itu mengangguk pelan dan berkata, "Berdoa saja supaya ini hanya diagnosa salah. Tapi saya nggak bisa berdiam diri hanya menyangkal 'semoga kehamilan ini nggak terjadi', Mas Pome. Tolong pergi dari sini, dan saya akan kembali ke kantor setelah semua urusan ini selesai."

Tulip tidak menunggu lagi untuk mendapatkan sikap setuju dari pria itu. Jika memang Hippo tak ingin bertanggung jawab, Tulip sungguh tidak peduli lagi. Sekalipun melahirkan anak sama dengan menambah masalah, karena Hippo yang terlihat tak mau menanggung 'beban' berupa bayi, Tulip akan tetap melahirkan anak dalam kandungannya dan menyatakan hal ini pada Agungsyah selaku kakek dari bayinya. 

"Tulip!" seru Hippo yang berharap perempuan keras kepala seperti Tulip menghentikan langkahnya. 

Namun, Tulip tidak menggubris panggilan pria itu karena hatinya sedang tidak bagus sekarang. Ketimbang marah-marah pada Hippo, lebih baik memeriksakan diri sendiri saja. 

Sayangnya, Hippo tidak bisa bila tidak mengganggu kehidupan Tulip. "Saya bisa temani kamu atau kita nggak perlu mengantri untuk menemui dokternya." 

"Bisa tolong diam?" 

"Kamu mulai bersikap bossy, Tulip." 

Tulip berhenti dan membuat Hippo menghentikan langkah terkejut. "Kalo saya disepelekan terus menerus, saya juga bisa kesal, Pak. Bukan bersikap bossy, tapi saya nggak mau membuat diri ini semakin nggak memiliki harga diri. Tolong jaga jarak dari saya, kalo Anda nggak ingin terlibat masalah."

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now