6.1 ; The Wedding Debt

7.5K 1.1K 49
                                    

Maga sudah menantang pertempuran sejak awal dengan Hippo. Pria itu—yang lebih muda darinya—sengaja membuat baret pada mobil kesayangan Hippo saat melihat Tulip turun dari mobil. Sepertinya motivasi Magada masuk ke dalam perusahaan ini juga jelas bahwa dia tak suka Tulip bersama Hippo. Pria itu ingin Tulip lepas dari Hippo.

Meski tahu bahwa Hippo memiliki kekuasaan untuk mendepak dalam sekali titah, rupanya Maga tidak merasa kalah sedikitpun. Itu membuktikan bahwa ucapan Maga di masa lalu memang akan dibuktikan dengan baik.

"Mobil kamu ... ada yang rusak?" tanya Tulip ketika mereka sudah menaiki lift apartment.

Membangun percakapan dengan Hippo yang terlihat tak suka sama sekali dengan Maga membuat Tulip berhati-hati.

"Jangan bicarakan apa pun mengenai karyawan baru itu."

Tidak ada hal baik yang datang dalam diri Hippo saat ini. Apalagi sejak Hippo meminta salah seorang pegawai dari pihak teknisi yang mengotak-atik komputer pria itu, ruangan semakin terasa suram.

"Oke." Tulip tidak berani untuk mengganggu pria yang sedang suram nuansa hatinya.

Saat mereka pada akhirnya menapaki lantai unit yang saling bersebelahan, Tulip yang berniat pergi ke unitnya sendiri terkejut dengan gerakan Hippo yang menahan lengannya. Tanpa bicara, pria itu meletakkan kartu akses yang sudah diketahui oleh Tulip untuk masuk ke tempat tinggal Hippo.

"Ini apa, Mas Pome?"

"Saya nggak mau ribet bukain pintu buat kamu."

Tulip menatap kartu akses itu. "Saya nggak akan ngerepotin Mas Pome dengan datang dan minta dibukakan pintu."

"Siapa yang bilang begitu. Saya nggak mau repot bukain pintu kalo saya mau kamu datang. Ngerti?"

Sekali lagi pria itu tanpa bicara apa-apa meninggalkan Tulip yang kebingungan dengan sikap yang muncul hari ini. Hippo tidak sedang baik-baik saja, tapi apa alasannya?

*

Hippo menekan wajahnya dengan kedua tangan karena merasa kacau dengan semua yang terjadi hari ini. Kacau. Satu kata yang menggambarkan kondisinya sekarang. Harusnya ada satu kata lagi yang menjadi bagian dalamm diri Hippo saat ini, cemburu. 

Bayangan dimana Tulip memeluk pria lain dengan mudahnya di pantry membuat kepalanya panas. Tidak banyak ucapan yang Hippo berikan karena dia tak mau membuat amarah menguasainya dan malah semakin terjerumus dalam penyesalan. Sebab bisa saja kemarahannya menyakiti Tulip nantinya. 

"Anak ingusan itu datang lagi," gumam Hippo merenungkan apa yang sedang terjadi dalam hidupnya. 

Maga datang dan mengacaukan keinginan Hippo untuk bersama Tulip. Status yang Hippo berikan untuk hubungannya dan Tulip saat ini tidak menjamin kelanggengan antara dirinya dan Tulip. Jika Maga terus berulah dan mendekati Tulip dengan intens, bukan tak mungkin Tulip lebih memilih untuk bersama Maga yang akan memberikan status jelas. 

"Gila. Makin dipikirin makin nggak bisa gue cari cara supaya nggak sinting sendiri."

"Kalo hal begini terjadi lagi ke Tulip, gue nggak akan tinggal diem. Harusnya lo yang ada di sana dan bukan Tulip yang harus berkorban!"

Hippo kembali mengingat ucapan Maga dulu. Tidak ada yang bisa dirinya lakukan selain menerima umpatan Maga saat itu. Rasa kecewa terhadap dirinya sendiri juga menggunung sejak lama. Rasa bersalah itu juga yang membuat Hippo tidak bereaksi berlebihan saat tahu pertama kali Tulip akhirnya melamar pekerjaan di perusahaan inti SYAH CORP. Hippo bahagia karena Tulip memang tidak melupakan seluruh kenangan mereka. Kejadian itu memang didiagnosa oleh dokter menyebabkan sebagian ingatan Tulip terblokir. Amnesia disosiatif. Hippo tahu betul fakta itulah yang dialami oleh Tulip hingga pria itu tak berani mendekati Tulip meski perempuan itu sudah menjadi karyawan SYAH CORP dalam kurun waktu tidak sebentar. 

"Saya harus apa, Tulip?"



[Hayooo. Makin kepo, kan? Hehe, lanjutin keponya sampe nggak bisa tidur, yes.]

The Wedding Debt / TAMATWhere stories live. Discover now