ch.103

486 69 0
                                    

Saat Ryan kembali, itu sudah siang menjelang sore..

Nana juga sudah mandi. Dia ingin turun kebawah mencari makan.
Tapi Ryan sudah masuk ke dalam kamar.

"Sayang, ini buah yang kau minta.." Ryan menaruh semua buah di atas meja panjang.

"oh,.." Nana berkata kemudian memilih buah buahan diatas meja. Buah buahan itu aneh dan tidak normal.

Sebenarnya ini bukan saat yang tepat makan buah. Tapi.. Mari cicipi saja..

Tapi..

Zzpp..

Nana segera meludahkan daging buah.. Itu asam sampai mati.

"ada apa sayang?"

"cobalah.." Nana menyerahkan buah kepada Ryan. Ryan menggigit buah. Ryan mengerutkan kening bahkan lebih..

Lalu Ryan mencicipi berbagai buah di atas meja..

"yuck, apa ini? Mengapa tidak ada satupun yang terasa seperti buah.. " Ryan marah marah dan menampar meja.

"Nana dimana makanan tadi pagi?" Ryan sudah emosi..

"aku memberikannya kepada orang lain.. Ini akan sia sia jika dibuang kan.." Nana berkata sambil menundukkan kepala.

"Nana, kita bisa meminta dapur untuk memperbaiki makanan itu.. Mengapa memberikannya kepada orang..."

"lalu siapa yang akan memasak makanan? Bukankah masakan para kurcaci begitu begitu?" Nana mengangkat kepalanya.

"kau bisa memasaknya sesuai seleramu kan?" Ryan sangat kesal.

Pertama dia harus turun naik penginapan. Kemudian mencari buah buahan dimana mana. Tuhan tau bagaimana dia menggapai buah dipinggir jurang, atau saat dia hampir jatuh terpereset dari pohon dan sekarang ternyata semua buah itu asam dan pahit... Dia bahkan belum sarapan oke.. Dan sekarang menghadapi gadis yang rewel.

"aku sakit dan lemah oke.. Aku seharian tidak makan.. Dan kakak menyuruhku memasak.!?." Nana melontarkan omong kosong tanpa berkedip.

"ini semua karena kau pilih pilih.. Semua orang bisa memakan daging babi, lalu kenapa kau bisa alergi.."

Apa? Dia mempertanyakan preferensiku.. Sungguh keterlaluan..

Hati Nana menjadi dingin. Inikah Ryan yang sebenarnya. Selain acuh tak acuh dia juga egois. Sifat lemah lembutnya hanyalah fasad.

Nana kemudian bangkit dan keluar kamar.

"mau kemana?"

"aku butuh udara segar." Nana berkata tanpa melihat Ryan.

Bang.. Pintu segera tertutup.

"sial" Ryan menendang meja, mejanya hancur dan buahnya jatuh semua. Ryan bertekad tidak akan memanggil Nana kembali. Dia ingin melihat, bagaimana Nana akan bertahan diluar tanpanya.

"heheh" Ryan memainkan kantong uang, melempar keatas dan kebawah.


Sementara hati Nana kecewa dan marah. Nana mendatangi kurcaci di konter.

"paman, halo.. Paman apakah paman tahu dimana mendapatkan pekerjaan untuk wanita?"

"pekerjaan? Siapa yang ingin bekerja?"

"ini aku.."

"mengapa kau ingin bekerja?"

"ini karena aku tidak punya uang lagi.. Aku tidak mungkin menginap gratis kan?"

"hm.. Rex, antarkan nona ini ke tempat mama Lo.."

Lalu kurcaci bernama Rex mengajak keluar Nana.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungDonde viven las historias. Descúbrelo ahora