ch.15

1K 182 0
                                    

Saat menaiki gunung Gu Xiao membawa keranjang jebakan. Sementara Nana membawa keranjang di punggung.

Nana berharap mereka akan menemukan berkah lain di gunung.

Gu Xiao memasang jebakan sementara Nana mengawasi disekitar. Hari hampir menjelang petang. Dan digunung semakin dingin dan lebih cepat gelap. Mereka membawa obor sebagai penerangan.

Tidak pernah terpikirkan bahwa Nana akan membawa keranjang dengan sia sia..

"Jika aku tahu, aku tidak akan membawa keranjang. Huh, ini sia sia" Nana menghentakkan kakinya ke tanah.

Gu Xiao hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Saat hendak berbalik Nana melihat wajah keriput berambut putih, berjanggut putih..

"Aahh...." Nana terkejut dan mundur beberapa langkah. Sebelum dia menginjak keranjang jebakan, Gu Xiao sudah menangkapnya.

"Ada apa?"

"Ha, ha, hantu.." Nana menunjuk ke depan.

Di depan mereka ada kakek kakek berbaju lusuh, rambut dan janggut panjangnya berwarna putih. Tubuhnya lurus, matanya memancarkan ketajaman.

"Hei, gadis kecil, aku bukan hantu" kakek tua tersebut berjalan maju ke kedua anak itu.

"Kakek ini sedang apa?" Gu Xiao mencoba setenang mungkin walaupun suaranya bergetar.

"Nah, kakek sedang mencari herbal, kebetulan bertemu kalian. Apa yang kalian lakukan disini?"

"Kami memasang jebakan"

"Oh" kakek tua itu melihat jebakan dibelakang mereka berdua.

"Apakah kalian berdua akan segera pulang?"

"Benar, rumah kami dibawah sana. Apakah kakek akan berkunjung sebentar?"

"Psst, Nana jangan mengundang orang sembarangan"

"Ini hanya basa basi tenang saja" mereka berdua berbisik bisik.

"Baik, kebetulan kakek sudah selesai. Kami bisa makan malam dirumahmu."

Mereka berdua tercengang. Tapi karena sudah menawarkan keramahan, tidak baik jika mereka memalingkan muka secara langsung kan?

"Baiklah.. mari kita pulang"

"Tunggu, tunggu sebentar, kakek akan mengambil sesuatu."

Saat kakek tua kembali, dia membawa kembali keranjang punggung, sebuah tas besar dan keranjang merpati pos. Ada merpati pos putih didalamnya. Dengan cincin kaki dan slip surat di kakinya.

"Kakek apa kau keberatan bahwa kami membawa barang barangmu?"

"Oh, tentu saja tidak, ini. Tolong bawakan merpati ini. Dan kau bisa membawa keranjang ini." Kakek tua tidak berbasa basi dan memesan kedua anak itu.

Gu Xiao memelototi Nana dengan pandangan "lihat yang kau lakukan"

Nana menatap dengan polos dengan pandangan "ini tata krama dasar kan? Bukan salahku"

Gu Xiao hanya bisa terus berjalan pulang. Lagi pula berbuat baik juga tidak ada salahnya.

..

Saat sampai dirumah Nana segera memberi tamu mereka air madu. Dan ubi ungu kukus yang tersisa di atas panci.

"Hmm,, apa ini?" Kakek tua mengambil ubi ungu dengan penasaran.

"Ini ubi ungu kukus" Nana menjawab dengan bersemangat.

"Kakek apakah kakek seorang dokter?"

"Haha, itu tidak benar. Kakek hanya seorang penjaga rumah herbal."

"Rumah herbal? Apakah itu apotik?"

"Apotik?"

"Apotik adalah tempat seseorang menjual aneka obat obatan. Sementara klinik adalah tempat dokter mengobati pasien" Nana menjelaskan.

"Istilah ini sangat cocok." Kakek tua mengeluarkan tumpukan lembaran kertas coklat lalu dia mengambil sisa ranting diperapian.

Nana mengawasi dengan penasaran.

Bukankah ada batu tinta?

"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi alat tulis arang lebih praktis."

"Oh"

"Ngomong ngomong gadis kecil siapa namamu?"

"Aku Gu Xiao Na, dan Kakakku Gu Xiao. Kami kembar"

"Hm" kakek tua menganggukkan kepalanya sambil makan.

"Kakek, aku ingin tahu. Dimana tempat menjual ginseng?"

"Ginseng? Kau punya ginseng?"

"Ini kami menemukannya"

"Perlihatkan kepadaku"

Nana mengambil ginseng dari dalam kamar tanpa kotaknya. Nana membungkus ginseng dengan kain sederhana.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now