ch.20

1K 171 0
                                    

Sambil menunggu nasi matang mereka membongkar hal hal yang didapatkan oleh Gu Xiao dan Kakek Tuo di gunung.

"Wow, kakak kau memperoleh banyak hal."

"Umm, aku tidak tahu apakah ini berguna?." Gu Xiao berdiri di sisi Nana yang sedang membongkar muatan. Sementara kakek Tuo mengawasi dari bangku panjang. Antara mereka berdua dan makanan di atas meja. Kekek Tuo lebih memilih untuk menjaga makanan agar tidak dihinggapi lalat. Walaupun tidak ada lalat.

"Ini sedikit keras dan rasanya sepat dan tidak enak, namun ada sedikit rasa manis, yang ini sangat sepat. Beberapa manis, akan tetapi orang jarang memakannya karena hampir tidak ada yang bisa ranum di pohon. Yang ini, selain pohonnya yang tinggi buahnya penuh getah. Tidak ada yang akan memakannya."

Hal yang ditunjuk Gu Xiao adalah buah kesemek, buah sawo dan buah susu.

Nana merasa bahwa kehidupan mereka sangat diberkati.

"Kakak katakan padaku apakah ada banyak dari mereka?"

"Banyak sekali."

"Bagus aku akan menbawa turun semuanya" Nana berkata dengan bersemangat.

"Ada juga ini, buahnya manis akan tetapi sangat sulit untuk memakannya. Terkadang orang akan merasakan gatal jika memaksa memakannya"

Gu Xiao menunjuk sebuah Nanas.
Sementara Nana hanya tersenyum kegirangan.

"Oh, jangan lupakan hal yang membuatku terjatuh tadi" kakek Tuo menimpali.

"Oh, ini dia. Aku sudah mencoba satu, dan rasanya tidak buruk, jadi aku membawa kembali lebih banyak." Hal yang ditunjuk adalah bengkuang yang besar besar.

"Bagus, sangat bagus. Tunggu disini aku akan membuat sesuatu dengan ini.. haha.." hal yang terpikirkan oleh Nana adalah acar bawang.

Nana mengupas bengkuang, dan bawang merah. lalu memotongnya kecil kecil. Dilanjutkan Nana mengupas Nanas.

Gu Xiao merasa heran Nana mengerat mata nanas sedemikian rupa.

"Kakak jika kita tidak menghilangkan mata nanas, itu akan membuat mulut kita gatal."

"Oh" Gu Xiao dan kakek Tuo memperhatikan dengan serius.

"Gu Xiao aku ingin membawa benda ini kembali. Mari kita menaiki gunung lagi besok." Kakek Tuo sangat antusias tentang ini.

"Baik, kita harus membawa Nana juga." Gu Xiao menimpali.

"Eh, kulihat kalian sangat berbeda satu sama lain? Adikmu sepertinya berpengetahuan luas"

"Ini adalah berkah yang dibawa oleh Nana, dia selalu cerdas sejak lahir. Dia bisa membuat sesuatu dari yang tidak mungkin"

..

Saat ini Nana sedang meracik Acar. Nana menempatkan bawang bengkuang dan nanas ke dalam pot lalu menambahkan cuka, gula, sedikit air dan sedikit garam.

Lalu menyegel pot. Acar akan lebih lezat jika didiamkan semalaman.

Sementara sisa nanas dan bengkuang, Nana memotongnya untuk pencuci mulut setelah makan.

Saat nasi matang mereka bertiga. Segera menggali hidangan.

"Akan lebih lezat jika kita memiliki cabai" Nana bergumam

"Apa itu?" Kakek bertanya.

"Sesuatu yang membuat lidah panas dan kebas"

"Sepertinya ada satu. Tapi yang ini memiliki buah yang asam dan sepat. Hal yang membuat kebas ini ada diujung buahnya."

Sepertinya Nana tahu apa yang dimaksud. Jika tidak salah ini adalah biji jambu Monyet. Kacang mede akan membuat lidah kebas dan mati rasa jika dimakan mentah.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang