ch.24

989 163 0
                                    

Gu Xiao dan Nana kemudian mengangkut barang barang keperluan dapur.

Nana mencuci bersih peralatan yang ada. Kakek hanya terbengong melihat mereka berdua berbondong bondong bersama.

Nana kemudian menempatkan ikan asam manis di piring saji.

Nana menempatkan masing masing potongan ikan di tiga mangkuk.

Mereka mulai memakan dengan lahap.

Ikan terasa manis dan gurih dengan daging yang renyah diluar namun lembut didalam.

Mereka merasa sangat puas dan kenyang. Walaupun tanpa nasi.

Usai makan mereka membersihkan peralatan.

Nana mengupas bengkuang untuk pencuci mulut, dan menambahkan sedikit madu di atasnya.

Mereka kemudian meminum teh dihalaman.

Nana merasa hidup ini aneh dan tidak dapat diduga. Hanya keberuntungan yang akan merubah kehidupan seseorang.

Dan mendapatkan keberuntungan itu tidak mudah.

Setidaknya, untuknya saat ini, keberuntungannya cukup bagus.

Dia lolos dari kematian, mendapatkan kehidupan ke dua, dan memiliki kakak untuk menjaganya.

Nana sangat menyadari, hidup tanpa orang tua adalah pilihan terakhir dalam hidupnya. Dia tidak memiliki tempat untuk diandalkan.

Dia dan kakaknya harus menjalani kehidupan tanpa naungan orang tua.

Nana berfikir, Nana sangat sangat bersyukur, dia hidup di desa. Nana tidak dapat membayangkan bagaimana jika dia hidup dikota sendirian.

Setidaknya hidup di desa, dia bisa memakan siput dan rumput untuk bertahan hidup.

Hidup dikota tidak semudah kelihatannya. Apalagi untuk orang miskin seperti mereka.

Semua hal dikota membutuhkan uang.

Nana melihat kakaknya yang sedang berbincang dengan kakek.

Setidaknya aku harus membiarkan kakakku merasakan lingkungan sekolah.

Nana memandang matahari terbenam dipucuk gunung.

Hidup ini masih panjang. Masih sangat panjang jalan yang harus dia lalui.

Dia harus bertahan hidup.

Mungkin saat ini, inilah satu satunya hal yang ada dalam tujuannya.

Nana menyesap teh ditangannya.
Teh semakin dingin begitu pula hawa disekitar gunung.

Nana begitu melankolis saat ini. Dia bahkan tidak berfikir ingin kembali ke dunianya.

"Nana ayo masuk." Gu Xiao dan kakek Tuo melihat Nana yang sedang linglung.

Nana belum dapat membenahi perasaannya yang berantakan. Nana masih merasa ada yang mengganjal dihatinya.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now