ch.18

1K 168 0
                                    

Sebelum berangkat Nana menginstruksikan Gu Xiao untuk membawa kembali sesuatu dari gunung yang menurut mereka tidak bisa dimakan. Baik itu semacam buah atau ubi, Nana akan mencoba mengidentifikasi mereka. Kecuali yang terbukti beracun Gu Xiao diizinkan membawa sesuatu yang mencurigakan.

Nana tidak khawatir karena ada kakek disebelahnya. Ngomong ngomong kakek tua itu namanya kakek Tuo.

..

Saat ini Nana membersihkan halaman. Dan mencoba menanam daun bawang. Nana membasahi tanah halaman di depan dapur untuk digunakan menanam daun bawang.

Nana membuat pagar sederhana untuk daun bawangnya. Nana memangkas ujung daun bawang untuk digunakannya nanti. Sementara bagian bawah daun bawang dengan akar akan ditanam.

Nana kemudian melihat bawang putih dan bawang merah. Nana tidak tahu bagaimana menanamnya. Jadi bawang putih dan bawang merah tidak akan ditanam.

Saat Nana sedang membuat pagar untuk daun bawangnya. Bibi Huo datang berkunjung.

"Halo, Xiao Na.. sedang apa kamu?"

"Oh bibi.. aku sedang menanam tanaman."

"Tanaman apa itu?"

"Ini daun bawang"

"Daun bawang, bukankah tidak enak dan langu?"

"Tidak, kakek berkata bahwa ini enak jika di goreng bersama telur kocok. Dan akan baik juga sebagai isian pancake."

"Kakek siapa?"

"Ah, kemarin sore seorang kakek pencari herbal menginap dirumah kami. Dan memberi kami pengetahuan ini" kakek maaf aku harus menarikmu.

"Ah, jadi dimana dia sekarang?"

"Dia pergi ke gunung bersama kakakku, bibi ada apa kerumah kami? Bisakah ku bantu"

"Oh, Xiao Na kau sangat pengertian. Begini, adik bungsu pamanmu datang berkunjung. Saat ini dia sedang hamil dan menginginkan sup ayam pegar, jadi pamanmu dan suaminya hendak berburu di hutan, tapi aku melihat ayam ini disini. Kupikir bagaiman jika aku membeli ayam ini darimu? Aku tidak akan menipumu oke?"

"Umm ini, bibi, ambil saja ayamnya dan berikan kami beras. Beras kami habis dan kami tidak sempat membeli dipasar."

"Oh, anak yang malang. Mari ke rumah bibi."

Nana melepaskan jerat dari pohon dan mengangkat ayam pegar.

Astaga, ayam ini sangat berat. Berapa bobotnya.?

"Xiao Na biarkan bibi membawanya." Bibi Huo mengambil alih ayam. Nana tidak keberatan karenanya.

"Wow, ayam ini lumayan gemuk. Apa yang kau beri makan padanya?"

"Dia makan seperti kami makan. Dia tidak makan beras" Nana menjawab sambil menutup pintu dapur.

..

Mereka sampai dirumah bibi Huo, rumah bibi Huo besar dan banyak ruangan. Ada tawa orang tua dan muda.

"Ayah, ibu, suami.. lihat apa yang ku bawa" bibi Huo berteriak dari depan pintu aula.

"Aish, kau ini sudah tua masih berteriak teriak.." pastor Huo mencaci bibi Huo, tetapi tidak ada nada kemarahan dalam suaranya. Lebih seperti memanjakan.

"Tidak masalah. Lihat apa ini"

"Wow, ayam pegar. Sangat gemuk"

"Yah, kita tidak perlu berburu di hutan" paman Huo dan Iparnya saling menepuk bahu.

"Dari mana kau mendapatkanya?" Nyonya tuo Huo bertanya.

"Ini milik gadis Gu. Aku membelinya. Tapi gadis Gu meminta beras sebagai ganti uang"

"Um, jika boleh aku ingin membeli minyak dan gula darimu" Nana mengeluarkan untaian 10 wen utuh yang kemarin.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now