ch.68

743 116 0
                                    

Gu Xiao selesai bercerita.

"ceritamu penuh dengan celah" Nana membantah Gu Xiao.

"bagaimana menurutmu?" kakek bertanya kembali.

"apakah maksudmu dewa iblis tidak punya susu? Sehingga dia harus membuang anaknya ke dunia manusia?" Nana bertanya.

"mungkin? Bagaimana jika ibunya sudah meninggal? Makanya dia meninggalkan anaknya diluar." Kakek berasumsi.

"apakah dewa iblis sangat miskin?"

Dua anak dibelakang segera tersandung. Pertanyaan Nana mengenai paku dikepala.

Itu benar, dewa iblis sangat miskin. Dia bahkan tidak punya bawahan. Dia hanya lelaki paruh baya penjelajah dunia dengan pakaian usang dan kekuatan aneh.

Hanya sejak Aria merampas perbendaharaan kekaisaran, mereka kaya raya.

"mm, setidaknya cerita ini menghibur" Gu Xiao putus asa dengan logika adiknya.

Nana memutar matanya.

"bukankah dewa kura kura tinggal dilaut? Mengapa dia memelihara anggrek dilaut? Dan jika cangkangnya pecah dia tidak disebut dewa kura kura lagi." Nana berkata sambil mengangkat bahu.

"lalu apa dia disebut?" sebuah pertanyaan datang dari belakang.

"penyu pipih.. Hahahaha" Nana berkata dan tertawa.

Lalu semuanya menoleh ke belakang dan melihat seorang lelaki tua dengan senyum cerah membawa keranjang dipunggung mengikuti perjalanan mereka.

"err. Kakek siapa?" Nana bertanya.

"hoho, aku kebetulan mencari herbal dan mendengar pembicaraan kalian. Apakah aku mengganggumu?"

"tidak, tentu saja tidak. Mari kita berjalan bersama." Nana berkata tanpa curiga.

Mereka akhirnya berjalan bersama.

"kawan siapa namamu?" kakek bertanya.

"panggil aku old gong."

"aku old Gu, mereka cucuku. Nana, Gu Xiao, Xiao Mei dan Xiao Xi" kakek menunjuk mereka satu per satu.

"wah kau diberkati banyak cucu." kakek gong berkata dengan kagum.

"Nah, masih ada delapan lagi dirumah." kakek melambaikan tangannya dengan santai.

"wow, mengapa kau sangat diberkati."

"tentu saja," kakek berjalan dengan bangga.

Lalu mereka mengobrol diantara mereka sendiri. Tidak ada yang tahu bahwa ini adalah dewa bumi Tu Di Gong.

..

Sebenarnya cerita Gu Xiao separuh benar. Tapi ada juga peristiwa, Saat itu untuk meredakan kemarahan dewa kura kura, putra Aria menawarkan anggrek keberuntungan lain, yang diperoleh kakek buyutnya dengan susah payah mendaki gunung kunlun.

Namun sayangnya itu adalah anggrek kesialan, yang menyebabkan seseorang sial selama seratus tahun. Saat dewa kura kura mencoba memperbaiki cangkangnya dengan anggrek, tiba tiba jatuhlah petir dari langit.

Dewa kura kura marah kepada dewa petir. Tapi dewa petir juga tidak tahu, mengapa petir gembalanya bisa jatuh tanpa diperintah.

Dewa kura kura menangisi cangkangnya yang gosong. Meski cangkang kura kuranya pecah, itu masih mengkilap seperti giok, namun sekarang cangkang itu gosong dan tidak cantik lagi. Bagaimana mungkin dewa kura kura tidak menangis.

Akhirnya dewa kura kura mengurung kedua ibu dan anak di gunung giok.

Ini semua salah dewa iblis Raksha. Dewa iblis Raksha tidak seseram namanya. Dia bahkan tidak bisa dibedakan dari seorang sarjana yang malang. Dia canggung, melankolis, tidak bisa diandalkan tapi penyayang. Akan tetapi memiliki kekuatan besar. Amarahnya bisa menenggelamkan satu benua kedalam lumpur hitam.

Sampai sekarang dewa iblis masih mengembara mencari anggrek keberuntungan.

Karena dewa kura kura sangat mengandalkan keberuntungan cangkangnya untuk memprediksi bencana masa depan. Dengan kesialan yang terus menerus ini. Dia pensiun dari urusan mengatur langit dan bumi. Bahkan kaisar langit hanya bisa bersiaga selama seratus tahun penuh. Ini adalah agar saat terjadi pemberontakan iblis dunia bawah, mereka bisa langsung turun tangan.

Hari ini adalah genap seratus tahun kesialan dewa kura kura berakhir. Jadi, Semua dewa langit mulai menghela nafas.

Saat ini dewa kura kura tidak lagi sial. Tapi tempurungnya masih gosong dan tidak cantik. Jadi dia dengan murung menyeret dewa bumi untuk minum bersamanya. Saat ini dia sudah mabuk dan tersungkur di kediaman dewa bumi. Itu sebabnya dia tidak mengetahui bahwa tawanannya telah lolos.

Ini juga bisa disebut takdir.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz