ch.58

792 115 1
                                    

Dari percakapan kakek dan empat pendeta, dapat disimpulkan bahwa mereka telah berkelana selama satu tahun saat ini.

"kakak, kakak masak apa hari in?" Nana bertanya kepada Mingzhi.

"aku hanya membuat mie sederhana."

"berikan padaku aku lapar sampai mati" Xiaozhi berkata dengan memelas.

Akhirnya Mingzhi menghidangkan dua mangkuk mie tawar dengan irisan daun bawang. Belum sampai Nana memakan Mie, Xiaozhi sudah meludahkan mie.

"ada apa?" Nana bertanya.

"mm. Kami semua belum makan." kali ini kakek yang berkata.

"kenapa?" sekali lagi Nana bertanya.

"aku tidak bisa memasak, aku bahkan tidak mau memakan masakanku sendiri." Gu Mingzhi berkata dengan enteng.

"mengapa kau berikan kepadaku.?" Xiaozhi mencoba berdebat.

"siapa yang menyuruhmu memakannya?" Mingzhi menaikkan alisnya, memprovokasi.

Kakek, Gu Mingzhi, Gu Xiao, Gu Xiaozhi dan bahkan Gu Shizhi menatap Nana dengan tatapan memelas.

Akhirnya Nana turun tangan. Mie tawar yang agak keras saat ini sedang menjalani proses perbaikan diri.

Dibantu oleh semua orang, pekerjaan Nana lebih cepat selesai.

Nana membuat Mie goreng, menanak porsi besar Nasi, membuat susu jahe madu, sup tahu dan telur, dan bakwan jagung.

Mereka akhirnya sarapan dengan puas.

...

"Nana, kemarin ada beberapa bibi membawa belut kemari."

"sudahkah kakak membayarnya?"

"ya."

" Itu bagus. Aku akan berurusan dengan mereka nanti."

Saat ini mereka terlalu kenyang untuk bergerak. Mereka sedang makan buah persik dan minum teh .

Ini sebenarnya juga hal yang agak aneh menurut Nana. Setelah pengamatan yang cermat, Nana menemukan bahwa, tidak peduli berapa lama, bahan makanan yang dia simpan tidak membusuk.

Mungkinkah karena suhu dikaki gunung relatif rendah.

Bahkan saat mereka berbicara, akan ada uap yang keluar dari mulut mereka. Ya itu mungkin adalah pengawetan alami..

Saat siang hari Nana berencana menebus sarapan orang orang yang bekerja di rumah lama.

Nana berencana membuat makan siang yang sederhana dan lezat.

Nana melupakan bahwa dia memiliki banyak kaki ayam yang diberikan oleh paman penjual daging terakhir kali.

Saat itu, Setelah Nana menggoreng Kaki ayam dengan garing, Nana menyimpannya dipot tanah liat, sampai saat dia menemukannya kali ini dengan tidak sengaja, aroma kaki ayam yang di goreng masih menguar.

"ini sangat aneh, sudah berapa hari berlalu? Tapi kaki ayam masih segar. (mengendus) aku bahkan bisa merasakan kehangatannya saat itu keluar dari penggorengan." Nana melihat sekeliling dengan curiga.

"apakah kami nemiliki alat penghenti waktu disini?" Nana berfikir dengan konyol, lalu tertawa sendiri.

Nana dan Gu Xiao tidak tahu bahwa tubuh mereka memiliki semacam esensi spiritual yang aneh., Tubuh Gu Xiao memiliki Esensi Kekuatan. Sekali tubuh Gu Xiao digunakan untuk berlatih kultivasi, maka Kultivasinya akan meroket tanpa Hambatan. Tubuhnya bisa jadi sangat kuat, dan menentang langit.

Sementara Esensi Spiritual Tubuh Nana bersifat sebaliknya, Nana tidak akan bisa berkultivasi, tapi segala yang Nana sentuh akan memiliki kelebihan, baik itu lebih tahan lama, lebih lezat, lebih menyehatkan, lebih pintar atau menjadi lebih lemah, lebih bodoh, atau lebih buruk.. semuanya bisa disesuaikan.

...

Akhirnya Nana menanak Nasi, membuat tumis belut kecap, menggoreng tahu tepung, membuat kaki ayam pedas, dan keripik jamur. Dan memotong semangka. Semuanya dalam jumlah banyak.

Nana meracik bumbu bumbu, Gu Xiao membersihkan dan memotong bahan bahan, Xiaozhi menumbuk bumbu sampai halus,
Sementara Mingzhi dan Shizhi sedang membuat anyaman bambu untuk menjemur bahan bahan..

Empat pendeta sedang berjalan jalan dengan kakek.

...

Akhirnya siang hari saat pekerja beristirahat dan hendak memakan perbekalan. Gu Xiao memanggil mereka datang. Mereka sangat antusias. Mereka suka makan di keluarga Gu Xiao tetapi mereka malu.

Nana berencana memberi tahu para paman pekerja bahwa ular ompong bisa dimakan, jika istri mereka mau, mereka bisa belajar membuat masakan darinya lalu menjualnya ke kota, atau hanya menjual bahan mentah kepadanya.




Bonus pic.

Nasi + tumis belut kecap

Nasi + tumis belut kecap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now